Tepat pada saat acara pesta, Rachel Victoria tidak sengaja melakukan ONS bersama pria yang begitu ia hindari, Leonardo.
Karena satu malam itu, sekaligus menghindari perjodohan orang tuanya, Rachel dan Leon melakukan perjanjian pernikahan selama 80 hari.
Akankah perjanjian pernikahan bisa membawa cinta dalam hati masing-masing?
Note!!!
(Season dua dari cerita : Menikahi Ceo Dingin) Sebaiknya baca S1nya terlebih dahulu🥰🥰
Follow ig : @dsifaadian_
Tik-tok : @dsifaaadian_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19.
Kiyara sontak kaget dan mengibaskan bajunya yang terasa panas.
Leon seketika panik. "Kenapa kau mengagetkanku!"
Kiyara tiba-tiba saja membuka kancing kemeja atasnya dua, hingga dadanya yang mulus terlihat.
Leon terkejut melihat tindakan yang dilakukan oleh Kiyara. Pria itu segera memalingkan wajahnya.
"Apa yang kau lakukan! Cepat tutup bajumu!" Ucap Leon dengan suara tegas.
"Leon, dadaku panas!" Protes Kiyara dengan suaranya yang sendu.
Leon tau penyebabnya, itu karena air yang ia pegang. "Tunggu sebentar!"
Leon meletakkan gelas ditangannya diatas meja, lalu berubah mengambil wadah dan membuka kulkas mencari air dingin dan juga handuk kecil.
Leon membalik badan dan menghampiri Kiyara kembali. "Ini, ambillah! Kompres dadamu dengan air dingin!" Ucap Leon dengan dinginnya.
Kiyara terkejut dengan yang dikatakan Leon. Ia fikir Leon akan merawatnya, tapi Leon hanya memberinya air dan handuk.
"Leon, tapi aku tidak bisa mengompresnya sendiri!"
Leon tidak suka meladeni Kiyara. Gadis yang selalu mencuri-curi perhatiannya.
"Leon, aku mohon bantu aku!" Rengek Kiyara sambil memperlihatkan sedikit dada atasnya yang merah.
Suara decakan lidah terdengar dari Leon. Pria itu menghembuskan nafasnya gusar, lalu meletakkan wadah air dingin dan handuk diatas meja. "Cepat duduk!"
Leon duduk, sementara kiyara tersenyum penuh kemenangan. Gadis itu akhirnya duduk dihadapan Leon dengan jarak yang dekat dan membuka kemeja bagian dada.
"Tidak perlu membukanya sangat banyak!" Titah Leon. Ia bisa melihat dua gundukan yang sedikit terlihat ketika Kiyara membuka lagi kancing kemejanya.
Kiyara menganggukkan kepalanya. Ia menyerahkan dirinya untuk Leon sentuh.
"Pelan-pelan Leon!" Desis Kiyara ketika handuk dingin menyentuh kulitnya.
Leon sangat terpaksa melakukannya. Ia bahkan enggan menatap tubuh Kiyara yang terbuka, apalagi menatap wajahnya.
Disisi lain, Rachel keluar dari kamar mandi namun tidak menemukan siapapun dikamar itu. Ia hanya menemukan beberapa paper bag diatas ranjang.
Rachel berjalan mengecek isinya yang ternyata adalah beberapa pakaian yang ia pesan tadi.
Setelah mengganti handuknya dengan setelan piyama maroon yang sesuai ukuran tubuhnya, Rachel keluar kamar karena penasaran kemana pria itu pergi.
Ia menuruni anak tangga satu persatu, sambil melihat sekeliling rumah. Begitu dipertengahan tangga, tatapan Rachel tertuju pada ruang dapur tepat dimeja makan.
Rachel mengernyitkan keningnya saat melihat seorang wanita yang ia yakini adalah gadis tadi, Kiyara. Duduk dikursi membelakanginya sedangkan didepannya ada seorang pria yang sedikit menunduk dengan jarak yang dekat.
"Apa yang mereka lakukan?" Gumam Rachel penasaran.
Tiba-tiba saja ia merasa geram karena memikirkan hal aneh yang dilakukan oleh Leon dan Kiyara di meja makan.
Sikap Leon tadi terhadap Kiyara memang sangat dingin. Leon seolah memang pria yang tidak tersentuh, tapi ternyata kelakuannya sangat menjijikkan.
"Mereka benar-benar tidak tau tempat!" Rachel mengepalkan tangannya.
Ia tidak mengerti kenapa harus marah melihat Leon berbuat gila bersama Kiyara. Seharusnya tidak seperti ini perasaannya, karena pernikahannya dan Leon hanyalah hitam diatas putih.
Rachel terus memperhatikan, hingga beberapa saat, Leon mengangkat kepalanya yang baru saja mengecek, apakah kulit Kiyara melepuh atau tidak.
Tiba-tiba saja, Rachel menghela nafasnya usai kontak matanya terkunci pada tatapan mata Leon yang terkejut melihatnya berdiri dipertengahan anak tangga.
Rachel membalik badannya lalu melangkah menaiki lagi anak tangga menuju kamar.
"Dasar pria sok polos, kulkas dua puluh pintu! Tapi kelakuannya sangat menjijikkan!" Gerutu Rachel sambil menutup pintu kamar dengan keras.
Sementara Leon, pria itu terkejut melihat Rachel ada disana. Setelah Rachel pergi, Leon langsung berdiri secara tiba-tiba yang membuat Kiyara bingung.
"Kenapa Leon?"
"Kulitmu tidak melepuh! Kalau masih sakit, datanglah ke dokter spesialis kulit!"
Leon mengambil air hangat yang baru lalu membawanya pergi menuju kamar.
Sedangkan Kiyara, ingin menahan pria itu namun diurungkan. Ia masih memiliki banyak waktu untuk mendekati Leon.
.....
Leon masuk kedalam kamar. begitu membuka pintu, korneanya seakan mencari keberadaan seseorang, dan ia menemukan Rachel duduk disofa dengan santai sambil memainkan ponsel.
Gelas berisi air hangat ia teguk, lalu meletakkannya diatas meja nakas. Leon berjalan menuju tempat Rachel, namun bukan untuk menghampiri wanita itu atau bahkan menjelaskan apa yang wanita itu lihat tadi.
Melainkan mengambil laptop yang tersimpat diatas meja. Leon kemudian berjalan menuju ranjang duduk dibibir ranjang sambil membuka laptopnya.
Rachel mendengus ketika Leon justru bersikap acuh dan seolah tidak terjadi apa-apa. Bahkan sedikitpun tidak bicara atau menjelaskan.
"Bisa-bisanya pria itu bersikap santai!" Gerutunya dalam hati.
Meskipun Rachel tidak mencintai Leon, tetap saja ia merasa harga dirinya sebagai istri bisa diinjak-injak oleh Kiyara. Gadis asing yang terlihat mengagumi Leon.
Satu menit, dua menit, bahkan dua jam terlewati. Kamar besar itu masih saja terasa hening dan senyap.
Leon fokus pada pekerjaannya digrup Arron yang masih menjadi tanggung jawabnya, sebelum benar-benar terjun keperusahaan keluarganya.
Sedangkan Rachel, ia merasa jenuh bosan, dan lama-lama lapar karena memang sudah waktunya makan malam.
Rachel gengsi sekaligus enggan untuk mengatakan kepada Leon. Namun semakin ditahan, cacing-cacing dalam perutnya semakin memberontak hingga menjerit-jerit. Bahkan sampai terdengar ditelinga Leon.
Rachel menutup matanya dan menggerutui perutnya sendiri. 'Dasar perut tidak bisa diajak kompromi!'
Leon melihat jam, ia menutup laptopnya lalu meletakkan diatas meja lagi.
"Ayo keluar! Kau lapar kan!" Leon berjalan lebih dulu.
Rachel sampai geram dengan sikap pria itu yang tidak ada lembut-lembutnya sama sekali.
"Sabar Rachel, sabar! Jangan sampai kau cepat tua karena pria dingin itu!" Rachel mengusap dadanya, kalau saja cacing-cacing perutnya tidak menjerit, sudah pasti ia enggan mengikuti Leon.
Mereka tiba diruang makan. Tempat dimana Rachel melihat Leon dan Kiyara sedang...
Mengingat kejadian tadi, Rachel rasanya ingin menendang Leon dan Kiyara.
Bahkan gadis itu bersikap santai dan duduk dihadapannya dengan sok polos.
"Oh ya, siapa namamu?" Tanya Mommy Yuna.
"Rachel!" Jawab Rachel. Ia melihat Mommy Yuna sedikit ramah, tapi ia merasa tidak bisa sedekat layaknya menantu dan mertua. Tidak akan bisa!
"Aku adalah ibu mertuamu! Panggil aku Mommy!" Sahut Mommy Yuna.
Rachel tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Ia belum bisa melihat sifat asli yang dimiliki Yuna seperti apa. Apakah memang baik dan ramah, atau sebaliknya.
Tapi ia bisa melihat, Mommy Yuna terlihat sedikit angkuh dan entahlah...
"Leon, kamu masih suka sup tom yam bukan? Aku ambilkan untukmu ya." Kiyara berdiri dan hendak mengambil mangkuk sup tom yam.
Namun Rachel dengan cepat ikut berdiri dan mencegah Kiyara. "Terimakasih atas bantuanmu! Tapi Leon memiliki istri!" Rachel tersenyum seolah bersikap ramah, sembari meraih mangkuk sup dan meletakkannya didepan Leon.
up yg banyk thor
udh up nya dkit² sikap nya Leon tetep aja gt....konflik nya org ketiga trus....kapan Rachel hamil nya kapan Leon sadar nya kalau bkn hnya karena tanggungjawab saja menikahi Rachel tetapi mmg udh ada rasa dari dulu.....jgn sampai jg ya Kiyara & Boy nanti bersatu memisahkan Leon & Rachel