Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Dugaan Yang Salah
Arneta sedikit bertanya-tanya kenapa beberapa hari belakangan ini El tidak pernah melontarkan tuduhan dan makian yang menyakitkan kepada dirinya lagi. Bahkan, sikap El juga sudah mulai berubah kepada dirinya. Pria itu mau membelikan makan untuk dirinya, dan terkadang mau memakan hasil masakannya.
"Apa dia sudah berubah?" Arneta berpikiran positif. Jika hal tersebut benar adanya, maka Arneta pasti akan senang. Walau pun El tidak mencintainya, setidaknya El tidak lagi menuduhnya yang bukan-bukan.
Perubahan sikap El pada Arneta mulai tercium oleh Oma Sukma. Tentu saja Oma Sukma tidak menyukai hal itu. Oma Sukma menginginkan El tetap bersikap buruk pada Arneta dan gegas menceraikannya.
"Cahya, Oma itu lebih suka kalau El sama kamu dari pada wanita itu. Jadi Oma harap kamu bisa membuat El jatuh cinta sama kamu, ya." Pinta Oma Sukma saat ia bertemu Cahya di rumahnya siang itu.
Cahya mengarahkan pandangan ke arah kamar mandi dimana El berada saat ini. Dia memastikan pria itu belum keluar baru menjawab perkataan Oma Sukma. "Iya, Oma. Aku juga sedang berusaha. Tapi Oma tahu sendiri kalau El sangat sulit untuk didapatkan hatinya. Dia masih sangat mencintai Sheina. Bahkan menunggu Sheina kembali."
Lidah Oma Sukma berdecak. Dia sedikit tidak habis pikir pada El yang masih saja menunggu kekasihnya itu. "Kamu gak usah mikirin itu. Yang jelas, kamu berusaha untuk mendapatkan hatinya!" Tegas Oma Sukma. Dia yakin dengan berjalannya waktu nantinya, El bisa melupakan Sheina dan mencintai Cahya. Untuk masalah Arneta, Oma Sukma yakin El bisa menceraikannya segera.
Cahya mengiyakannya dengan wajah tersenyum. Tak lama, El telah kembali. Pria itu langsung mengajak Cahya pergi karena siang itu dia memiliki janji bertemu dengan salah satu sahabat baiknya.
"Aku ikut, ya!" Pinta Cahya. Dia juga ingin bertemu dengan Ben. Sahabat baik El.
"Maaf, aku gak bisa ajak kamu. Aku mau membahas hal penting dengan Ben!"
Cahya menghargi keputusan El. Dia tidak bersikap kekanakan dengan merajuk. Cahya tidak ingin El jadi ilfeel dengan sikapnya itu.
Setelah mengantarkan Cahya kembali ke rumahnya, El gegas menuju rumah sakit dimana Ben bekerja. Setibanya di sana, El tidak bisa langsung berbicara dengan Ben karena pria itu masih memiliki jadwal praktek sampai setengah jam ke depan. El tidak mempermasalahkannya. Dia menunggu dengan tenang hingga akhirnya Ben datang menghampiri dirinya.
"Maaf El, sudah buat lama menunggu." Ben gegas duduk di sofa yang berhadapan dengan El. Kini keduanya sudah berada di dalam ruangan kerja Ben yang terbilang cukup besar dan berfasilitas lengkap. Maklum saja, sebagai anak pemilik rumah sakit, Ben mendapatkan fasilitas lengkap dan terbaik di sana.
El menanggapi dengan santai. Kemudian meminta Ben untuk menyampaikan hal penting yang katanya ingin Ben sampaikan kepada dirinya.
"Sebelumnya aku ingin bertanya sama kamu, El. Apakah hubungan kamu dan Arneta baik-baik saja?" Tanya Ben. Entah apa maksudnya Ben bertanya seperti itu. Padahal, Ben tahu sendiri jika El sangat tidak menyukai Arneta.
"Sama seperti sebelumnya. Tidak ada kemajuan di hubungan kami. Aku juga gak mengharapkan hal yang lebih baik untuk hubungan kami."
Ben menghembuskan napas bebas di udara. Kemudian menatap lekat wajah El. "Kupikir kamu harus mulai belajar bersikap baik kepada Arneta, El."
El menatap Ben dengan sengit. "Atas dasar apa kamu memintaku melakukan hal seperti itu?"
Ben kembali mengingat pertemuannya dengan salah satu mantan kekasih Arneta beberapa hari yang lalu. Kemudian ingin menyampaikannya pada El. Karena jadwal prakteknya penuh beberapa hari belakangan ini, membuat Ben tidak punya waktu cepat untuk mengatakannya pada El.
"Kamu masih ingat dengan Farhat. Teman angkatan kamu dulu?"
El mengangguk. Dia tentu saja tidak melupakannya. El pun ingat jika Farhat adalah salah satu pria yang pernah menjalin hubungan dengan Arneta saat mereka kuliah dulu.
"Tiga hari yang lalu, aku bertemu dengannya di rumah sakit ini. Ternyata, ibunya Farhat adalah pasienku. Aku juga baru tahu karena kemarin dia yang mengantarkan ibunya kontrol denganku."
El menatap wajah Ben dengan dahi yang nampak mengkerut. Dia belum bisa menangkap kemana arah pembicaraan Ben. "Jadi urusannya denganku apa?" El akhirnya bertanya. Dari pada bingung sendiri.
"El, kamu masih ingat kan kalau dia itu juga mantannya Arneta?" Tanya Ben. El mengangguk mengiyakannya. "Kemarin itu aku sempat berbincang dengan dia membahas tentang Arneta. Kebetulan sekali ibunya menjadi pasien terakhirku sehingga kami bisa berbicara panjang lebar tentang hubungannya dan Arneta."
El menegakkan tubuhnya yang awalnya bersandar di sofa. Kemudian menatap wajah Ben dengan intens. Menunggu pria itu menjelaskan dengan rinci apa maksud perkataannya tadi.
"Karena kamu selalu menuduh Arneta itu adalah wanita murahan, jadi aku bertanya tentang sikap Arneta kepadanya. Farhat bercerita memang benar jika saat menjalin hubungan dengannya, Arneta adalah wanita yang matre. Suka meminta barang dan uang dari dia. Namun, ada satu hal yang tidak mau Arneta berikan kepadanya walau pun Farhat pernah memintanya dan menjanjikan akan memberikan barang mewah pada Arneta."
"Apa itu?" El tanpa sadar bertanya dengan cepat. Entah karena ia sangat ingin tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya atau bagaimana.
Ben menatap intens wajah El sebelum menjawabnya. "Arneta tidak mau melakukan hal terlarang dengan Farhat. Dia menolak keras saat Farhat meminta untuk melayani dirinya."
El tertegun. Kedua kelopak matanya nampak terbelalak. "Jangan ngawur kamu. Mana mungkin dia menolaknya. Apa lagi Farhat sudah menjanjikan akan memberikan barang mewah kepadanya!" El merasa tidak bisa percaya begitu saja.
Ben jengah juga menghadapi sikap El yang tidak mudah percaya kepada dirinya. Untuk meyakinkan El, Ben akhirnya memutar rekaman cctv di ruangan kerjan prakteknya dan tak lupa menghidupkan audionya. Suara Farhat yang terdengar cukup jelas di audio tersebut, membuat El akhirnya percaya dengan pernyataan Ben baru saja.
"El, aku pikir kamu harus menyelidiki lebih dulu bagaimana hidup Arneta yang sebenarnya sebelum menuduhnya yang bukan-bukan. Bukannya apa-apa, aku hanya takut kalau kamu nantinya menyesal dengan perbuatan kamu sendiri kepada dirinya."
El menatap sinis wajah Ben. Entah kenapa dia menatap seperti itu. "Apa kamu hanya ingin mendengar cerita dari Farhat saja? Apa kamu lupa dengan cerita Andika saat kita bertemu dengannya saat itu?" El mengingatkan. Memang benar jika ia harus menyelidiki hal tersebut lebih dalam. Namun, El tidak ingin Ben lupa dengan cerita Andika juga. Terlebih kejadian beberapa bulan lalu di saat ia melihat dengan jelas Arneta menjadi pekerja di salah satu klub yang sering mereka kunjungi.
"Mungkin benar jika Arneta tidak melakukannya dengan Farhat karena saat itu hidupnya tidak hanya memikirkan tentang uang. Tapi, di saat dia menjalani hubungan dengan Andika, dia melupakan segalanya termasuk harga dirinya!"
***
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga