Sequel: Presdir Tampan Itu Suamiku
Sebuah kesalahpahaman membuat Deya Kanza, gadis 21 tahun itu memutuskan hubungannya dengan sang kekasih. Namun setelah 4 tahun berlalu Deya dipertemukan kembali dengan sang mantan.
Devan Aksara, pemuda tampan 22 tahun itu menyadari kesalahannya setelah sang kekasih pergi jauh. Namun tiba-tiba kesempatan pun datang, dia bertekad untuk mengejar kembali cintanya Deya.
Apakah cinta mereka akan bersemi kembali atau malah berakhir selamanya? ikutin kisahnya yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ucy81, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Kamu Punya Pacar?
Deya termangu menatap sebuah cafe yang tidak asing lagi baginya.
Kenapa dia membawaku ke tempat ini? Apa dia sudah menyadari identitasku yang sebenarnya? Tanya Deya dalam batinnya.
"Kenapa bengong? Ayo, kita masuk!"ucap Devan kala melihat Deya tidak beranjak dari posisinya berdiri.
Deya pun bergegas mengayunkan langkahnya, dan berjalan mendekati Devan. "Apa pak Devan sering datang ke tempat ini?" tanyanya sembari menoleh pada Devan.
"Ya, saya sering kemari."
"Sama istri bapak ya?"
Sontak raut wajah Devan berubah. "Saya sudah pernah mengatakan sebelumnya, kalau saya belum menikah!" ketusnya.
Deya tersentak kaget melihat reaksi Devan. Dia tidak menyangka sang mantan yang selalu berkata lembut padanya itu, sangat menyeramkan saat marah. "Oh, maaf pak. Saya sedikit pelupa", balas Deya dengan cengiran kuda. "Kalau begitu bapak dan pacar bapak sering datang kemari - "
"Mantan pacar!" sela Devan.
What? Mantan pacar? Kaget Deya dalam batin. Entah kenapa Deya merasa gugup kala Devan menyebut kata mantan. "Oh, gitu ya pak", sahut Deya seraya mempercepat langkah kakinya. Lalu dia berjalan masuk ke dalam cafe.
"Sepertinya kamu akrab dengan tempat ini", ucap Devan kala dirinya berhasil mengejar langkah Deya.
Sontak Deya terbelalak. Lalu dia menoleh ke arah Devan. "Em, saya memang pernah ke tempat ini pak."
"Sama mantan kamu?"
'Kok bapak tahu?" balas Deya berlagak polos.
Seketika Devan membisu mendengar pertanyaan Deya. Namun dia belum mau menunjukkan pada Deya, kalau sebenarnya dia telah mengetahui bahwa wanita yang berdiri disampingnya adalah sang mantan. "Saya cuma asal tebak saja", balas Devan sembari berjalan menuju meja kosong.
Deya pun bergegas menghampiri meja tersebut. Lalu dia duduk pada salah satu kursi yang kosong.
Seorang pramusaji tiba-tiba datang mendekati meja mereka. "Silakan buku menunya mas, mba", tawar wanita cantik yang memakai seragam kafe itu.
Devan menjulurkan tangannya meraih buku menu tersebut. Namun dia tidak melihatnya sana sekali. Dia langsung memesan beberapa menu pada sang pramusaji.
Sementara Deya tampak tidak senang mendengar Devan memesan 2 porsi makanan yang biasanya mereka makan di kafe itu.
"Oke. Apa masih ada lagi?" Sang pelayan bertanya setelah mencatat semua pesanan Devan.
"Tolong pesanan yang tadi di buat untuk satu porsi saja, mba. Saya ingin memesan yang lain", sahut Deya dengan sopan.
"Tidak perlu!" sela Devan dengan raut wajah tidak senang. "Pesanan yang tadi tetap dua porsi, tapi tolong yang satu porsi lagi di bungkus", lanjutnya seraya menatap tajam Deya.
Namun Deya tidak terganggu oleh tatapan sang mantan tersebut. Dia tampak tenang kala hendak mengembalikan buku menu pada sang pramusaji. "Saya pesan burger dan milkshake", ucapnya.
"Oke mba. Di tunggu sebentar ya", sahut sang pramusaji. Lalu dia beranjak dari posisinya berdiri.
Sepeninggal sang pramusaji Devan langsung mencecar Deya dengan pertanyaan. "Kamu bukan Riya kan?" tanyanya to the point.
Sudah aku duga, dia pasti curiga kalau aku Deya. ucap Deya dalam batin.
"Kenapa diam?"
Deya menatap sang mantan dengan tersenyum. "Kalau saya bukan Riya, lalu saya siapa pak?"
"Jangan membuat pertanyaan jebakan!"
"Lalu pak Devan maunya gimana? Bukankah bapak sendiri yang mengatakan kalau saya bukan Riya?"
Sejak kapan dia menjadi sangat menyebalkan? Kesal Devan dalam batin. "Baiklah, saya akan mengubah pertanyaan saya. Kamu Deya kan?"
Sontak Deya tertawa mendengar penuturan Devan. "Maaf pak, tadi iru cuma reaksi spontan. Saya tidak habis pikir, pak Devan lebih mengenal pribadi saya dari pada diri saya sendiri."
Baru saja Devan akan membalas ucapan Deya, tiba-tiba sang pramusaji datang menghampiri.
"Silakan dinikmati", ucap sang pramusaji dengan sedikit gugup. Sorot tajam netra Devan membuat sang pramusaji merasa tidak nyaman. Apa mereka sedang bertengkar? Meski pria itu sangat tampan, tapi tetap saja terlihat menyeramkan saat sedang marah. ucap sang pramusaji dalam batin. Dia pun buru-buru meninggalkan meja Devan dan Deya.
Devan dan Deya menikmati makanan pesanan mereka masing-masing dalam kebisuan. Namun sesekali Devan melirik ke arah Deya.
"Pak Devan, jika tidak ada lagi yang mau bapak bicarakan, saya pamit undur diri", ucap Deya kala baru saja menyeruput milkshakenya.
Devan meletakkan sendok dan garpu di atas piring. "Saya dengar kamu lama tinggal di luar negeri. Apa kebiasaan makan kamu pun berubah?"
"Em, tidak juga. Hanya saja hari ini saya memang lagi pengen makan burger", jawab Deya dengan santai.
"Kalau begitu, apa makanan kesukaan kamu?"
"Tidak ada yang spesial pak", balas Deya yang tetap berusaha tenang. Namun dalam benaknya dia terus bertanya-tanya apa yang sedang Devan rencanakan.
"Apa kamu sudah punya pacar?"
Sontak Deya mendelik mendengar pertanyaan Devan. "I-itu, Apa perlu di jawab pak?"
Devan membalas dengan menganggukkan kepala. "Apakah itu pertanyaan yang sulit di jawab?"
Apa maunya mantan nyebelin ini? Kesal Deya dalam batin. Dia tidak menyangka sang mantan bertanya hal sekonyol itu padanya. "Punya pacar dong pak!" bohong Deya dengan suara lantang.
Jawaban Deya membuat perasaan Devan sedikit galau, karena bukan jawaban itu yang dia inginkan. "Apakah pria yang kemaren datang menjemputmu di kampus?" tanya Devan dengan raut wajah serius.
"Iya pak!"
Lagi-lagi Deya berbohong, agar sang mantan tidak bertanya lebih jauh.
"Apakah kamu kuliah sambil bekerja?"
"Iya pak", jawab Deya dengan cepat. Namun batinnya kesal, karena sang mantan terus bertanya padanya seperti sedang melakukan wawancara saja.
"Pasti kamu punya posisi yang bagus di perusahaan. Kalau tidak, bagaimana kamu bisa menjadi wakilnya perusahaan saat rapat pagi tadi."
"Saya cuma sekretaris pak."
"Saya rasa semua perusahaan mempunyai jam kerja yang hampir sama setiap harinya. Bagaimana kamu bisa masuk kerja sesuka hati?"
Deya mendengus kesal mendengar pertanyaan Devan. "Baiklah, saya akan jujur saja!" katanya sembari menatap Devan. "Sebenarnya saya ini sekretaris sekaligus pacar dari atasan saya!"
Devan membisu mendengar penuturan Deya. Dia tidak percaya begitu saja ucapan mantannya itu. "Sungguh suatu keberuntungan bagimu. Kamu bisa mendapatkan pekerjaan sekaligus pacar."
"Maaf pak, saya harus kembali ke kantor sekarang", ucap Deya sembari bangkit berdiri. "Saya pamit", lanjutnya. Lalu dia meninggalkan sang mantan yang masih duduk di tempatnya semula.
Sementara Devan hanya bisa memandangi punggung Deya yang semakin menjauh. "Sepertinya aku tidak punya kesempatan lagi", gumamnya lirih. Lalu Devan bangkit dari tempat duduknya. Dan berjalan menuju kasir.
"Devan!" pekik seseorang sembari berlari mendekati Devan. "Aku senang bertemu denganmu di sini. Ayo, kita makan bareng", ajaknya kemudian.
"Maaf Clarisa. Aku baru saja selesai makan", sahut Devan tanpa ekspresi. Lalu dia meninggalkan Clarisa sebelum wanita itu menyahut ucapannya.
Clarisa menghentakkan kakinya dengan kesal. "Sampai kapan kau bersikap dingin padaku? Bukankah Deya sudah pergi dan tidak pernah kembali?" gerutunya.
maaf baru sempat mampir.. lagi sibuk revisi soalnya