Menikah dengan pria yang tidak di cintainya, dan sering di sakiti oleh suaminya sendiri, membuat hati Farhana mati rasa. Namun semua berubah saat kedatangan Ayah mertuanya yang berstatus Duda dan sangat Hot. Lalu apakah Farhana akan beralih ke lain hati ataukah akan tetap mempertahankan pernikahannya?
Ikuti terus kisahnya, ya!
follow IG @thalindalena
Add Fb Thalinda Lena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Dante
Dante membuka kedua matanya saat merasakan ada sesuatu yang mendesak tubuhnya. Ia mengerjap berulang kali dan tersentak kaget saat melihat Hana tidur di sampingnya. Di tambah lagi posisi tidur mereka terlihat sangat intim. Dante tidur miring mengadap Hana, begitu pula dengan Hana menelusupkan wajahnya di dada bidang Dante.
"Astaga." Dante langsung menjauhkan diri, menjaga jarak dari Hana dengan perlahan, dan kedua tangannya yang memeluk Hana pun segera ia lepaskan.
Otaknya berusaha mengingat yang sebenarnya terjadi hingga ia bisa tidur satu ranjang dengan Hana.
Tadi malam Hana mengigau dan menangis lirih saat ia akan keluar dari kamar tersebut. Dante yang tidak tega pun menenangkan Hana, dengan memeluk menantunya itu hingga terlelap kembali, dan tanpa sadar Dante pun lama kelamaan ikut terlelap di samping Hana.
Dante segera beranjak dari tempat tidur yang berukuran tidak terlalu besar itu dengan perlahan, agar tidak membangunkan Hana yang masih terlelap. Lalu ia segera keluar dari kamar Hana, menuju kamar tamu untuknya menginap di rumah tersebut yang letaknya tidak jauh dari kamar Hana.
Dante mengelus dada saat sudah berada di luar kamar Hana. Merasa lega karena sejak tadi jantungnya berdetak tidak karuan.
"I must be crazy!" Dante mengumpati dirinya sendiri, sembari menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk menetralkan detak jantungnya yang masih berdetak dengan cepat.
Terbayang wajah Hana yang terlihat manis dan sangat cantik saat tidur terlelap di dekapannya. "Dia adalah menantumu. Jangan Gila, Dante!" Ia berusaha untuk mengingatkan diri sendiri, dan segara menepis perasaan aneh yang mulai bertengger di dalam hatinya.
Ia segera menutup pintu kamar tamu tersebut, lalu menguncinya. Berjalan menuju kamar mandi.
Sepertinya mandi air dingin di waktu subuh adalah pilihan yang tepat untuknya. 😆
*
*
*
Jam 6 pagi, di rumah Fernan.
Dante dan Hana sudah bersiap untuk untuk kembali.
Kartika dan Fernan menatap putrinya dengan perasaan bersalah. Sedangkan Hana diam tidak bersuara. Dadanya terasa sangat sakit mengingat perbuatan kedua orang tuanya.
"Kami permisi, Tuan, Nyonya," pamit Dante sembari mengenakan kaca mata hitamnya.
Fernan mengangguk dan mengulas senyum tipis, begitu pula dengan Kartika. Kedua orang itu merasa tidak enak hati dan malu kepada Dante.
Hana langsung masuk ke dalam mobil ayah mertuanya tanpa mengatakan apapun kepada ayah dan ibunya.
"Aku sudah tahu semuanya. Aku merasa sangat kecewa dengan sikap kalian!" ucap Dante dengan datar dan terdengar sangat dingin.
"Perusahaan Gery sekarang berada di genggamanku. Jadi, berbaik hatilah kepada Hana, jika kalian tidak ingin menjadi gelandangan!" ucapan Dante terdengar pelan namun penuh penekanan dan mengandung ancaman.
Fernan dan Kartika sangat terkejut. Bagaikan makan buah simalakama, sebuah pepatah yang menggambarkan seseorang berada di pilihan yang sulit, itulah yang di rasakan Fernan dan Kartika saat ini.
Berada di genggaman Dante dan juga Gery.
Dante segera masuk ke dalam mobilnya, duduk di balik kemudi. Ia menoleh ke arah Hana yang masih diam membisu, terlihat jelas jika menantunya itu sangat terpukul.
"Jangan bersedih lagi," ucap Dante seraya menggenggam lembut tangan Hana yang ada di atas pangkuan.
Hana menoleh dan mengangguk pelan. "Aku merasa nyaman jika berada di dekat Daddy," ucap Hana seraya mengulas senyum tipis di bibir mungilnya.
"Iya, tentu saja," jawab Dante, berdehem pelan, lalu segera menyalakan mesin mobilnya.
***
Spot jantung ya, Dad?🤣