6 tahun tidak bertemu banyak sekali hal yang berubah dalam pertemanan Adrian dan Ansara. Dulu mereka adalah sahabat baik namun kini berubah jadi seperti asing.
Dulu Ansara sangat mencintai Adrian, namun kini dia ingin menghapus semua rasa itu. Karena ternyata Adrian kembali dengan membawa seorang anak kecil.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYM Bab 15 - Tidak Ditahan-tahan Lagi
Ansara sungguh tak tahu apa yang terjadi di dalam rumah tangga Adrian, mungkin sebenarnya Adrian adalah pihak yang terluka.
Mulai dari Naura yang menginginkan sosok Mama baru, lalu Adrian yang pilih tinggal di apartemen berpisah dengan istri dan anaknya.
Sementara Ansara juga belum berhak untuk ikut campur terlalu dalam, jadi daripada terus menerka-nerka dia memutuskan untuk mengikuti saran Mayang, menjalani saja semua yang ada sekarang.
Jika hatinya ingin berdebar maka akan Ansara biarkan tanpa perlu merasa bersalah.
"Ans, ada yang ingin aku katakan tentang Naura," ucap Adrian, mereka masih berada di dalam mobil yang terparkir di halaman rumah ibu Aruni.
Untuk pertama kalinya di dalam hidup Adrian akhirnya dia ingin menjelaskan tentang hal ini pada seorang wanita, bahwa Naura bukanlah anaknya melainkan sang adik.
"Tidak Adrian, kamu tidak perlu menjelaskan apapun tentang Naura padaku," jawab Ansara, saking gugupnya dia sampai keceplosan lagi memanggil tanpa Tuan, bahkan menyebut dirinya sendiri dengan sebutan aku, bukan saya.
Ternyata Ansara belum siap mendengar kebenaran, jantungnya makin deg-degan.
Dan mendengar Ansara kembali memanggilnya tanpa Tuan membuat Adrian tersenyum kecil. Rasanya lebih nyaman seperti ini daripada terus berjarak. Adrian juga merindukan interaksi mereka sebagai teman.
"Maaf, saya keceplosan_"
"Tidak apa-apa Ans, bukankah sudah aku katakan, kamu boleh memanggilku Adrian jika kita hanya berdua. Bahkan saat berada di kantor," terang Adrian, jadi lupa niat awalnya untuk menjelaskan tentang Naura.
Dan jika kemarin Ansara menolak tawaran itu, kini dia jadi berpikir dua kali. Sampai akhirnya memutuskan untuk menganggukkan kepala tanda setuju.
"Benarkah?"
"Iya Ansara."
"Baiklah ... tentang Naura aku tidak merasa direpotkan olehnya, aku juga tidak keberatan dengan semua ucapannya tadi," jelas Ansara, meski gugup namun dia coba memberanikan diri.
Agar hubungan ini jadi sedikit lebih santai, tidak tegang seperti beberapa hari terakhir.
Adrian mengangguk, "Kalau begitu kita pergi sekarang ya?"
"Iya," jawab Ansara.
Mereka kembali ke perusahaan, sebelum jam 3 telah tiba di kantor.
Ansara juga langsung menyiapkan beberapa keperluan untuk pertemuan Adrian nanti. Saat tuan Steven datang Ansara tidak ikut bergabung, yang mendampingi Adrian adalah asisten Juan.
Jika sebelumnya Ansara selalu menyapa sekretaris Jessi lebih dulu, maka kini Ansara pilih untuk diam. Tak mau berbasa-basi selain membicarakan tentang pekerjaan.
"Ansara," panggil Jessi, yang jadi semakin kesal melihat anak baru ini.
"Setelah ini panggil aku sekretaris Ansara, bukan hanya Ansara," jawab Ansara.
"Astaga, darimana kamu mendapatkan keberanian itu? Lancang sekali."
"Kata asisten Juan bahkan jabatanku lebih tinggi daripada jabatanmu, selama ini aku masih bisa bersabar, tapi lama-lama sepertinya kamu yang semakin lancang," balas Ansara, dia menatap tajam.
Ansara mungkin hanya lulusan SMA, tapi selama ini dia bukan hanya terkurung dalam tempurung. Ansara justru memiliki banyak pengalaman kerja.
Jessi tak mampu berkutik, kini benar-benar kalah berdebat dengan Ansara.
"Tidak perlu membahas hal lain, mulai sekarang aku hanya akan membicarakan tentang pekerjaan," tegas Ansara.
Dan Jessi hanya mampu mengepalkan kedua tangannya.
Menjelang jam pulang kantor, berakhir pula pertemuan diantara Adrian dan Steven.
Ansara ikut mengantar kepergian tuan Steven sebagai tanda hormat. Tapi keberadaan Ansara di perusahaan ini rasanya masih asing di mata pria blasteran tersebut.
Kerja sama Steven dengan perusahaan Abraham Kingdom sudah berlangsung lama, tapi baru kali ini melihat Ansara.
Adrian yang memahami pertanyaan di mata Steven langsung menjelaskan. "Ini adalah Ansara, sekretaris pribadiku," jelas Adrian.
Steven mengangguk, tapi bibirnya tersenyum kecil. Lucu saja melihat gadis mungil ini jadi sekretaris pribadi. Mungkin karena mungil pekerjaannya jadi lincah.
"Salam kenal Ansara, lain kali jika kami bertemu lagi ikutlah bergabung," ucap Steven.
"Baik, Tuan," jawab Ansara dengan kepala menunduk.
Adrian langsung mengakhiri pembicaraan itu dan menekan tombol lift, memberi isyarat agar Steven segera pergi.
"Abaikan ucapan Steven, kamu tidak harus ikut saat aku bertemu dengan klien," ucap Adrian.
"Iya, Tuan."
"Kita pulang sekarang."
"Iya, Tuan."
"Tapi belajar mobil dulu."
"Iya, Tuan," jawab Ansara, iya iya terus.
Sementara Juan yang ada di sana juga seperti tak dianggap keberadaannya.
Tapi melihat interaksi diantara tuan Adrian dan Ansara seperti bukan bos dan sekretarisnya, melainkan seperti adik dan kakak.
Sore ini Adrian membawa mobilnya menuju sebuah komplek perumahan, sore ini Ansara akan langsung berlajar di jalanan sepi ini.
Memasuki kompleks tersebut mereka langsung bertukar posisi, tanpa instruksi dari Adrian, Ansara langsung mengemudikan mobil dengan hati-hati.
Berulang kali meringis sendiri karena merasa takut, tapi setelah terbiasa jadi bangga dan merasa antusias.
"Ini sangat menyenangkan," ucap Ansara.
"Aku tahu kamu pasti bisa belajar dengan cepat," balas Adrian, lalu reflek mengelus puncak kepala Ansara dengan lembut.
Ansara yang terkejut nyaris saja menekan rem, namun untungnya dia masih mampu mengendalikan diri.
Ansara hanya tersenyum lebar dan terus mengemudi, menikmati debaran di hati yang tidak ditahan-tahan lagi.
Jadi adik ipar aja serakah sama warisan😏
Kerja yg rajin dan jujur gitu loh biar gak iri terus sama kehidupan dan perusahaan milik Gio😏
Gio lebih pinter dari km dan juga Hendra 😏
jangan sampai mau jadi sekutu om2 lucnat
yg berkepentingan siapa
seenaknya jidat ngatur2 orang
anak bukan