Tuan putri yang memiliki berkah dari dewa perang. Kecantikan dan keanggunan dengan belahan pedang yang tajam yang mampu menebas apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himme, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelatihan
Dihalaman Academy.
Semua murid baru telah berkumpul termasuk Arlina, mereka berbaris dengan rapi. Didepan mereka sudah ada Keandra dan lainnya, berserta Raymond dan guru pembimbing lainnya.
"Untuk pengujian ada 3 dasar untuk mengetes kemampuan kalian sebagai ujian pertama kalian ada di Academy ini. Kalian akan uji dalam cekatan kalian untuk mencari celah atau memojokkan lawan, lalu penembak dan juga uji mental. "
"Jadi langsung saja mulai dari yang pertama. Anshel, silahkan. " ucap Raymond dan mundur kebelakang.
Anshel mengangguk dan maju.
"Terimakasih kepala sekolah. "
Lalu Anshel melihat kearah juniornya yang berbaris rapi didepannya.
"Aku akan memberikan penjelasan sedikit. Mencari celah saat berperang adalah hal yang sangat penting untuk kesatria. Dimana kesatria dituntut untuk mencari celah saat bertarung. Celah mencari celah untuk memojokan lawan dan saat kalian berhasil menyerang dititik yang tidak bisa dijangkau musuh maka kalian akan memiliki peluang untuk memenangkan pertarungan. "
Mendengar itu para murid alias junior mengangguk meski ada sebagai paham dan sebagian masih bingung.
"Kalau begitu kita mulai pengujiannya. " Anshel melihat sekeliling. "Nah kamu, maju."
Pemuda dengan surai pirang yang merasa dirinya ditunjuk, maju kedepan.
"Bisa kenalkan namamu? " tanya Anshel.
"Leo, Kak. " jawab pria itu.
"Oke, Leo. Kau yang akan pertama memulai pengujian. Saat kamu melakukan penyerangan harus fokus dan kau harus mencari celah agar kau memiliki luang untuk memojok lawan. Kau mengerti? "
"Mengerti Kak. "
"Kalau begitu langsung praktik. "
Kini Anshel berhadapan dengan Leo. Sementara murid lainnya melihat. Anshel membawa dua tongkat kayu berukuran sedang yang satu diberikan kepada Leo.
"Cari celah, upayakan kau harus perlu memojokkan aku. "
Leo mengangguk.
"Baik, Kak. "
"Oke, mulai! "
Terlihat Anshel yang langsung meluncurkan serangan.
Prang
Trang
"Jangan ragu, langsung serang. "
Leo menyerang namun beberapa kali mundur saat Anshel mengerakan tangannya dan beberapa menghindar saat tongkat itu hampir mengenai dirinya. Terlihat Leo mencoba mencari celah namun karena terlalu lambat hingga beberapa kali Leo terkena pukulan atau pergerakan Leo mudah dibaca.
"Cukup! Ujianmu sampai disini. " ucap Anshel menurunkan tongkatnya dan Leo juga berhenti.
"Leo kau terlalu banyak keraguan. Bahkan beberapa kali kau menghindari serangannya bukan menangkisnya. Dan untuk mencari celah kau belum mengerti akan hal itu. Hingga beberapa kali pergerakanmu mudah dibaca. Jika kau seperti ini terus kau bisa cepat kelelahan dan membuang-buang waktu."
"Ma-maaf Kak. "
"Tidak papa. Kau bisa memperbaikinya dan berlatih lagi. Sekarang kau kembalilah dibarisan. "
"Baik Kak. " Leo mengembalikan tongkat kayu itu dan kemudian kembali bersama temannya lainnya untuk berbaris.
"Selanjutnya, kamu. " tunjuk Anshel dan semua orang langsung melihat kearah Arlina.
"A-aku? " tanya Arlina menunjuk dirinya sendiri.
"Iya kamu, ayo maju. " jawab Anshel.
Arlina pun maju meski sedikit nervous. Dia bukan gugup karna ujiannya tapi pandangan orang-orang kearahnya.
"Oke, bisa kenalkan dirimu? " tanya Anshel dengan senyumnya.
"Arlina, Kak. " jawabnya
"Oke Arlina. Kau sudah dengar yang aku jelaskan dan melihat intruksi untuk Leo barusan? "
Arlina mengangguk menjawab.
"Jadi kau sudah mengertikan. Jadi tidak perlu aku membahasnya lagi. "
Arlina kembali mengangguk.
"Iya Kak, aku sudah mengerti. "
"Kalau begitu langsung aja ujiannya. Kamu hanya perlu memojokkan aku saja. "
"Baik, Kak. "
"Kalau begitu kita akan mulai. Ini ambil tongkatmu. "
Arlina menerima tongkat itu.
"Kau siap? "
"Siap Kak. "
"Mulai! "
****
TRANG!
Prang
Prang
Benturan antar tongkat terdengar. Arlina fokus dengan gerakan tongkat dan saat ada peluang dia melirik sekian detik untuk mencari celah. Dengan Anshel beberapa kali tongkatnya hampir mengenai bahunya namun karna insting yang kuat berhasil menghindar. Hingga saat Anshel akan kembali mengarahkan senjatanya dan itu langsung menjadi peluang. Arlina langsung melompat roll belakang dengan tumpuan tongkat yang Anshel yang diarahkan padanya.
Saat tau juniornya berada dibelakangnya, Anshel berbalik akan menyerang namun Arlina terlebih dahulu mengarahkan tongkatnya di leher Anshel untuk mengunci pergerakannya.
"Selesai! "
Mendengar seruan seniornya itu. Arlina menurunkan tongkatnya. Anshel menatap Arlina dengan senyum puas.
"Luar biasa, jenius. Tidak hanya pergerakan yang gesit dan daya fokus yang kuat. Kau mampu mencari celah untuk memojokkan aku. Luar biasa dan Arlina kau lolos dari ujian ini. Dan setelah ini kau langsung masuki ujian selanjutnya. " puji Anshel
Terdengar gemuruh tepuk tangan baik dari teman seangkatan, senior, pelatih atau kepala sekolah. Mendengar itu Arlina tersenyum bahagia dan Arlina sempat melihat kearah Kakaknya yang tersenyum bangga kepadanya. Dan kemudian kembali melihat kearah Anshel.
"Terimakasih Kak. " ucap Arlina.
"Oke kamu bisa kembali dan kau akan langsung saja ke ujian babak selanjutnya. "
"Baik, kak. " Arlina menaruh mengembalikan tongkat kayu itu dan pergi untuk ujian selanjutnya.
"Selanjutnya! "
*
*
*
Tidak hanya Arlina beberapa murid lainnya juga lolos meski nilainya tidak sesempurna Arlina. Namun itu adalah hal yang luar biasa apalagi untuk murid baru seperti mereka.
Diujian kali ini diawasi oleh Leandro.
Kini ada 80 junior yang lolos termasuk Arlina. mereka berbaris yang satu barisan kelompok berisi 10 orang.
"Oke, selamat untuk kalian yang lolos di ujian pertama dan diujian kali ini aku yang akan membimbing kalian. " ucap Leandro pembukaan dengan suara lembut dan dengan wajah periang. Membuat para junior merasa nyaman.
"Seperti yang kalian lihat didepan ada beberapa papan dart dan berserta pistol lengkap dengan peluru. Dan jadi kalian tau ujian apa yang akan kalian lakukan hari ini. "
"Menembak, kak! "
"Benar, menembak. Perlu kalian tau meski pistol digunakan untuk senjata jarak jauh dan diunggulkan dengan kecepatan dalam membidik sasaran. Namun seseorang sering terjebak, karna terlalu sering menggunakan pistol terkadang bisa membunuh penggunanya. Seperti kehabisan peluru. "
"Kak apakah ada perbedaan dengan penahan? " tanya salah satu junior perempuan.
"Pertanyaan yang bagus. Meski panah dan pistol sama-sama senjata untuk pertempuran jarak jauh. Keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan menembak pada kecepatan dan kelincahan atau disebut skeet and trap. Sementara panahan lebih fokus pada ketepatan pengaturan pada waktu bidikan hingga kecepatan yang bersifat statis dari sasaran yang diam. "
"Maka dari itu pistol lebih sering digunakan karena kecepatannya namun bukan berarti panahan tidak digunakan. Panahan berguna untuk penyerangan secara senyap dan bisa diluncurkan lebih dari satu anak panah dengan jarak yang berbeda juga. " jelas dan jawab Leandro.
Mendengar penjelasan Leandro semua junior mengangguk mengerti. Dimana kedua senjata itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan pengukuran waktu dan jarak yang berbeda. Dan digunakan diwaktu yang tepat.
"Kalau begitu langsung saja. Maju empat dari kalian yang akan menjadi contoh. " pintar Leandro.
Hingga maju dua perempuan diantaranya Arlina dan dua laki-laki yang berdiri berhadapan dengan papan dart didepan mereka.
"Cara mencapai target ditentukan dari cara kalian membidik. Kalian fokus pada sasaran dan pastikan saat memegang pistol tangan kalian tidak lemas dan tidak kaku. Dan satu lagi tetap tenang, karena saat pelatuk ditekan akan terdengar pelatukan keras yang akan membuat kalian terkejut karna ini pertama kali kalian melakukannya dan saat itu pastikan tenang. Jika kalian tidak bisa tenang bahkan panik dipastikan tembakan pada sasaran akan meleset. "
Mendengar instruksi Leandro, junior itu mengangguk mengerti
"Kalian masing-masing ambil pistol itu. Didalam pistol itu telah terisi tiga peluru berarti kalian memiliki tiga kali kesempatan membidik atau menembak. " Arlina dengan ketiga rekannya lainnya mulai mengambil pistol.
Terlihat beberapa dari mereka berat karena pistol itu terbuat dari logam. Jadi yang tidak biasa menggunakannya akan wajar saja jika keberatan.
"Tenang, rileks dan jangan kaku apalagi tegang. Jika kalian tegang dan gugup seperti ini akan berbahaya. Ayo coba rileks, tenang dan jangan tegang apalagi gugup. "
Arlina dan ketiga lainnya mengikuti intruksi dari Leandro. Keempatnya mulai membidik dengan jarak 18,2 meter untuk percobaan pemula. Leandro bahkan mengarah pistol satu junior perempuan yang terlihat kaku.
"Ayo, lemaskan jangan kaku. " ucapnya. Sambil Leandro mengawasi keempat juniornya dan sesekali membenarkan cara memegang pistol atau postur tubuh.
"Sudah, siap? "
Arlina dan ketiga murid itu mengangguk.
"Tekan pelatuknya. "
Crekk
"Lepaskan! "
DOR
mw bca msih ragu, soalny gk ska ma yg pda hiatus🥺