NovelToon NovelToon
Bertahan Sakit Berpisah Sulit

Bertahan Sakit Berpisah Sulit

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Sinopsis:

Melia Aluna Anderson, seorang manajer desain yang tangguh dan mandiri, kecewa berat ketika pacarnya, Arvin Avano, mulai mengabaikannya demi sekretaris barunya, Keyla.

Hubungan yang telah dibina selama lima tahun hancur di ulang tahun Melia, saat Arvin justru merayakan ulang tahun Keyla dan memberinya hadiah yang pernah Melia impikan.

Sakit hati, Melia memutuskan untuk mengakhiri segalanya dan menerima perjodohan dengan Gabriel Azkana Smith, CEO sukses sekaligus teman masa kecilnya yang mencintainya sejak dulu.

Tanpa pamit, Melia pergi ke kota kelahirannya dan menikahi Gabriel, yang berjanji membahagiakannya.

Sementara itu, Arvin baru menyadari kesalahannya ketika semuanya telah terlambat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terabaikan

Hari ini adalah hari jadi ke-5 tahun Melia dan Arvin. Sejak pagi, Melia bangun dengan perasaan campur aduk, antara bahagia karena mengingat momen spesial itu, dan khawatir jika Arvin malah melupakan hari penting mereka.

Di kamar, Melia membuka laci kecil di samping tempat tidur dan mengeluarkan sebuah kotak mungil berwarna merah marun. Di dalamnya ada jam tangan mahal yang sudah ia siapkan sebagai hadiah untuk Arvin. Ia bahkan rela menabung selama berbulan-bulan demi membeli jam tangan edisi terbatas itu, sesuatu yang pernah Arvin bilang ia inginkan sejak lama.

Melia menatap jam itu sambil tersenyum kecil, tetapi senyumnya terasa getir.

“Apakah Arvin masih ingat?” pikirnya.

Namun, ia berusaha meyakinkan diri sendiri. Ini bukan sekadar hari jadi biasa. Lima tahun bersama, melalui banyak suka dan duka, bukan sesuatu yang mudah dilupakan begitu saja.

 

Arvin sudah duduk di ruangannya sejak pagi. Tumpukan pekerjaan ada di atas mejanya, tetapi perhatiannya teralihkan ketika pintu ruangannya diketuk.

“Masuk,” ujar Arvin singkat.

Keyla muncul dengan senyumnya yang khas, membawa dua gelas kopi di tangannya. “Selamat pagi, Pak Arvin. Saya bawakan kopi, saya pikir Bapak butuh energi pagi ini.”

Arvin tersenyum tipis. “Terima kasih, Keyla. Kamu tahu saja saya lagi butuh kopi.”

Keyla tertawa kecil dan duduk di depan meja Arvin. “Pak, hari ini jadwal Bapak padat, tapi nanti malam ada acara makan malam bersama tim proyek. Bapak bisa datang, kan?”

“Makan malam?” Arvin mengernyitkan dahi, mencoba mengingat.

“Iya, Pak. Ingat nggak, minggu lalu kita bahas? Ini penting, biar tim proyek kita lebih solid.”

Arvin menatap Keyla sebentar, lalu mengangguk. “Baik, nanti saya usahakan datang.”

Keyla tersenyum puas. “Sip, Pak. Saya catat di agenda ya.”

 

Melia duduk di ruangannya sambil memandangi layar komputer. Namun, pikirannya terus melayang. Setiap menit, ia mengecek ponselnya, menunggu satu pesan dari Arvin. Setidaknya sebuah 'Selamat hari jadi kita' atau apa pun yang menunjukkan Arvin masih peduli. Namun, notifikasi tetap kosong.

“Mel!” Suara Laura tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Laura masuk dengan senyum cerah, membawa dua bungkus makanan.

“Aku beliin makan siang buat kamu,” kata Laura sambil meletakkan kotak makanan di meja Melia.

Melia tersenyum kecil. “Makasih, La.”

Laura menatapnya tajam. “Mel, kenapa muka kamu kusut banget hari ini?”

Melia menghela napas pelan. “Hari ini... hari jadi aku sama Arvin.”

Laura langsung diam sejenak, lalu mendengus. “Terus, dia ngapain? Udah ngucapin?”

Melia menggeleng pelan. “Belum.”

“Kamu yakin dia ingat?” tanya Laura dengan nada skeptis.

Melia mencoba tersenyum. “Dia pasti ingat. Ini kan lima tahun, La. Masa iya dia lupa?”

Laura menatap Melia dengan prihatin. “Mel, aku nggak mau bikin kamu makin down, tapi... Arvin bukan Arvin yang dulu. Jangan terlalu berharap banyak.”

Perkataan Laura membuat hati Melia terasa perih, tapi ia berusaha tetap berpikir positif. “Aku percaya dia. Nanti malam mungkin dia punya kejutan buat aku.”

“Semoga,” ujar Laura singkat sambil menatap sahabatnya dengan khawatir.

 

Melia pulang lebih cepat dari kantor. Ia ingin menyiapkan makan malam spesial untuk Arvin. Dengan teliti, ia memasak menu kesukaan Arvin, steak daging lengkap dengan saus jamur. Aroma masakan itu memenuhi apartemen, menciptakan suasana hangat yang sudah lama hilang.

Melia mengenakan gaun sederhana berwarna putih, membiarkan rambut panjangnya terurai. Ia duduk di ruang makan, menunggu Arvin pulang sambil sesekali menatap jam di dinding. Pukul 7 malam.

“Dia pasti pulang sebentar lagi,” gumam Melia meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, satu jam berlalu, kemudian dua jam. Jam menunjukkan pukul 9 malam, tetapi Arvin belum juga pulang. Telepon dan pesan yang Melia kirimkan hanya berakhir tanpa balasan.

 

Arvin duduk di meja panjang bersama tim proyeknya. Keyla duduk di sebelahnya, sesekali bercanda dan tertawa kecil. Suasana makan malam itu penuh tawa, tetapi di sela-sela itu, ponsel Arvin bergetar beberapa kali. Nama Melia berkedip di layar.

Keyla yang melihatnya berpura-pura tidak sengaja bertanya, “Pacar Bapak telpon, ya?”

Arvin hanya melirik sekilas ponselnya, lalu mematikan suara dering. “Iya. Nggak penting. Dia mungkin cuma nanya aku pulang jam berapa.”

Keyla tersenyum kecil, namun sorot matanya menunjukkan rasa puas. “Pak Arvin sibuk kerja, pasti dia ngerti kok.”

Arvin mengangguk, seolah meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua baik-baik saja.

 

Pukul 11 malam, suara pintu terbuka pelan. Arvin masuk ke dalam apartemen dengan wajah lelah. Ia melihat apartemen itu hening, lampu di ruang makan masih menyala, dan di atas meja ada dua piring makanan yang sudah dingin.

Melia duduk di sofa dengan wajah kosong. Matanya sembab, jelas ia menangis sejak tadi.

“Mel, kok belum tidur?” tanya Arvin datar, seolah tak menyadari apa yang terjadi.

Melia menoleh dengan tatapan penuh luka. “Kamu tahu hari ini hari apa?”

Arvin terdiam sejenak. “Hari apa?”

Pertanyaan itu menusuk hati Melia seperti ribuan pisau tajam. Tangisnya yang sejak tadi ia tahan akhirnya pecah. “Hari jadi kita yang ke-5 tahun, Arvin!” suaranya bergetar.

Arvin mematung di tempatnya. Wajahnya menunjukkan keterkejutan, tetapi tak ada sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

“Kamu lupa? Kamu benar-benar lupa?” lanjut Melia dengan suara serak. “Aku masak makanan favorit kamu. Aku nungguin kamu dari jam 7 malam. Kamu bahkan nggak jawab telepon atau balas pesanku!”

Arvin hanya bisa menunduk. “Maaf, Mel. Aku sibuk. Ada acara makan malam sama tim.”

“Acara makan malam sama Keyla?” tanya Melia dengan sinis.

Arvin mendesah kasar. “Mel, ini bukan tentang Keyla. Kamu selalu mikir yang aneh-aneh!”

“Aneh? Aku jadi aneh karena kamu berubah!” Melia berdiri, air mata terus mengalir di pipinya. “Aku nggak pernah minta banyak, Arvin. Aku cuma minta kamu ingat hari penting kita. Lima tahun, Arvin! Apa itu nggak cukup berharga buat kamu?”

“Mel, aku capek. Aku bilang maaf, kan?” balas Arvin datar.

“Maaf?” Melia tertawa pahit. “Kamu pikir kata maaf bisa menyembuhkan luka ini? Kamu bahkan nggak kelihatan menyesal!”

Arvin memilih diam. Dalam hatinya, ia memang merasa bersalah, tetapi egonya terlalu besar untuk mengakui kesalahannya. Ia melangkah ke kamar, meninggalkan Melia yang berdiri mematung di ruang tamu dengan hati yang semakin hancur.

 

Arvin tertidur pulas, sementara Melia duduk di tepi ranjang dengan pandangan kosong. Jam tangan yang ia beli sebagai hadiah untuk Arvin masih ada di pangkuannya. Dengan tangan gemetar, ia membuka kotak itu, menatap jam tersebut sambil menangis pelan.

“Apa aku ini nggak berharga lagi buat kamu, Arvin?” gumamnya lirih.

 

Di kota B, di kediaman Gabriel.

Gabriel duduk di balkon rumahnya, menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Pikirannya tak bisa lepas dari Melia. Entah mengapa, malam ini ia merasa ada sesuatu yang salah.

Ia membuka ponselnya dan mengetik pesan untuk Melia, tapi kemudian mengurungkan niatnya. “Apa kabar kamu, Melia?” hanya itu yang terlintas di pikirannya.

Baskara yang kebetulan lewat melihat Gabriel termenung. “Masih mikirin Melia?” tanyanya.

Gabriel hanya tersenyum tipis. “Aku cuma berharap dia baik-baik saja.”

“Kalau lo khawatir, kenapa nggak langsung temuin dia?” desak Baskara.

“Aku nggak mau mendahului takdir, Bas. Tapi, kalau dia butuh aku, aku akan ada di sana,” jawab Gabriel tegas.

 

Malam itu, Melia duduk di sofa sendirian, menatap apartemen yang terasa begitu sepi dan dingin. Suara jam dinding terdengar begitu nyaring, seolah mengejeknya. Hubungan yang selama ini ia pertahankan dengan segenap hati terasa semakin jauh.

Arvin, yang tertidur di kamar, tidak menyadari bahwa satu kesalahan kecil, melupakan hari jadi mereka, telah menyisakan luka yang begitu dalam di hati Melia.

Sementara itu, di kejauhan, Gabriel mulai merasakan firasat bahwa Melia membutuhkan seseorang di sisinya. Namun, waktu masih menyimpan jawabannya.

 

Melia yang merasa diabaikan di momen spesialnya, sementara Arvin tetap tenggelam dalam dunianya sendiri. Keadaan semakin memburuk, dan luka di hati Melia semakin bertambah.

1
Anto D Cotto
lanjut thor
Anto D Cotto
menarik
Yuni Ngsih
waduuuh Thor ko dipotong ...👍👍👍💪💪💪
Yuni Ngsih
rasakan marvin itu adalah karma bagimu ...huh
Yuni Ngsih
maju terus melia didlm kehidupan itu sdh di beri pasangan masing "sdh ada hujan pasti ada pelangi ....ok
Yuni Ngsih
melia lepaskan laki" seperti si Arvin ....dunia tdk selebar daun kelor .....pasti kamu mampu ....💪💪💪
Yuni Ngsih
klw aku jd Melia selidiki dah tau karakter seperti itu tinggalka azah ,jadi wanita hrs kuat yg berumah tangga azah bisa pisah apalagi pacaran .....laki" apa yg cepet terpengaruh oleh perempuan lain ....😡😡😡
nadira ST
sukurin lo maemunah, berharap dapatin arvin eh ternyata zonk,keyla kamu tu seperti virus perlu dsikat wc umum
Kang cilok: Mampir yuk kak ke KAU DAN AKU BERSAMA 😄
total 1 replies
nadira ST
waktu kamu mengabaikan melia, membuat semua orang terluka termasuk pemirsa, kini kamu merasakan jadi melia betapa terlukanya hati, padahal beban hidupku lebih berat daripada terluka karna cinta
Wahyuningsih
ma2m tuh pnysln nyakho emng enk kcian deh lu mngknya jgn mngabaikn prsaan orng yg tlus sma kta bru mrskn kn stlh orngnya udh prgi mnjauh. d tnggu upnya kmbli thor jgn lpa yg buanyk n hrs tiap hri sellu jga keshtn istrht yg ckp mkan tept wktu sellu 💪💪💪💪💪💪😃😃😃
Kang cilok: Mampir yuk kak ke KAU DAN AKU BERSAMA 😄
total 1 replies
Wahyuningsih
cinta bleh tpi jgn bdh krktrnya kk mnyblkn bngt sih thor bkin emosi sja udh d skti msih aj ngrpin goblk emng
Uti Enzo
Luar biasa
Uti Enzo
pling malas ada wanita bodoh
Uti Enzo
wanita bodoh
Myra Myra
tak sbr ape akan jadi
Titik Martiyah
instink seorang wanita biasanya tak dpt diabaikan...arvin yg mulai cuek dan lebih nyaman dg keyla...
Ayu Ayu
akhirnya sadar klu hidup gk cuma mkn cinta biar di rasain TU laki" gk Tau diri sama si pelakor halus
nadira ST
makan tu penyesalan arvin sampai diare
ratu
akhirnya keluar... jadi wanita jangan bodoh menatapi laki seperti itu
Lily of The Valley: sabar kak.. sesuai judul ,😭😭
total 1 replies
Ika Kirana
kee terlalu bertele2 gk sih?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!