Tak ada yang bisa menebak akhir dari sebuah perjalanan Cinta, bahkan kadang buta akan Serigala berbulu Domba.
Tak pernah menyangka akan akhir yang begitu tragis, sebuah pengkhianatan dari orang yang dicintai, bahkan bertahun-tahun menjalin ikatan, namun nyatanya hanya sebuah tipuan.
Apalagi kalau bukan demi harta dan tahta, itulah yang menjadi tujuan utama, tidak perduli akan kasih dan sayang yang di utarakan, dan Luka akan tetap Sakit pada Akhirnya.
Jangan bilang Tuhan tidak pernah adil pada kehidupan, pada kenyataannya DIA membuat apa yang di Tanam akan di Tuai, Sakit yang dirasakan tak akan sia-sia, luka yang tertoreh pasti akan ada obatnya, terkadang rasa sakit membuat kita menjadi Luar biasa.
Begitulah keajaiban kehidupan, akan tertulis dalam Novel you're AMAZING, perjalanan seorang wanita dengan semua lukanya, mampu bangkit dan berdiri kembali bersama dengan Laki-laki yang luar Biasa.
Salam sehat, semangat dan jangan lupa bahagia...Sinho.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling menyerang
Sifa terkesiap, kini sadar dari pikiran rumitnya dan menatap lebih serius kearah Than.
"Kalau aku belum siap?" Tanya Sifa.
"Siapkan saja, kenapa harus repot?" Jawab Than.
"Bukan masalah repot, tapi kita, landasan penting untuk sebuah pernikahan belum ada, aku bahkan belum sepenuhnya mengenal mu, hanya panggilan saja kita honey, tapi nyatakan perasaan tidak nyambung sama sekali"
"Maksudnya cinta?"
"Yap, itu, tepat sekali" sahut Sifa.
"Aku tanya, kau dulu dengan mantan brengsek mu itu berlandaskan cinta?"
"Tentu saja, kami saling cinta dan menjadi sepasang kekasih" jawab Sifa.
"Oh begitu?" Than manggut-manggut, lalu kemudian tersenyum tipis.
"Kenapa?" Tanya Sifa.
"Aneh, berlandaskan cinta tapi mengkhianati, bahkan sekarang kalian saling menyerang dan melukai, bisa kau jelaskan hal itu?"
Sifa terdiam, tak bisa menjawab apapun karena jelas akan mengungkit semua luka batinnya, hingga kemudian hanya terdiam di depan Than.
"Aku belum siap" akhirnya hanya kata itu yang diberikan kepada Than.
Than hanya menatapnya sejenak, lalu berdiri dan tak mengatakan apapun lagi, menutup pintu Apartemen dan pergi.
Begitulah seorang Than, Auranya begitu kuat mendominasi, bahkan kini Sifa menjadi bingung sendiri, ragu akan keputusannya dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Ucapnya lirih dengan nafas yang dalam.
*
*
Waktu terus berlalu, di tengah bingungnya sikap Than, Sifa juga tidak ingin kondisi perusahaan menjadi tak kondusif, segera mempercepat langkah selanjutnya, mengisi kekosongan beberapa jabatan penting dengan menerima karyawan baru.
Sekretaris perempuan sudah di dapatkan, sesuai dengan keinginan Sifa, sosok wanita singgel dan masih lebih muda darinya.
Wanita yang bernama, Dira Isyana sempat menjadi pusat perhatian saat kini sudah bertugas menjadi pengganti Hans, namun beberapa menit kemudian, ada yang lebih mengejutkan.
Dihari yang sama, Sifa memperkenalkan dua orang yang akan menduduki jabatan penting di perusahaannya.
Jika yang pertama adalah sekretaris baru bernama Dira Isyana, yang kedua membuat kehebohan saat sosok wanita memperkenalkan dirinya, Amelia Putri, begitulah nama itu disebutkan dan seketika membuat geger perusahaan.
"Brengsek, sialan!, apa-apaan ini, kenapa Amelia yang menggeser kedudukan ku" Hena penuh emosi berada di sebuah Toilet perusahaan, rasanya tak percaya jika sahabatnya itu kini malah membuatnya hengkang dari jabatannya.
Banyak spekulasi bermunculan di benak Hena, tentunya menganggap ada kerjasama antara Amelia dan Sifa untuk menghancurkan karir nya.
"Ini pasti disengaja" gumam Hena lalu berusaha mengendalikan emosinya.
Masih tak terima dengan keadaan saat ini, hena segera melangkah untuk mencari keberadaan Hans.
"Jelaskan semua ini Hans!" Bentak Hena yang kini sudah berada di belakang gedung perusahaan bersama dengan Hans.
"Apa yang perlu aku jelaskan, bukan hanya kau, aku juga terkejut saat Amelia sudah ada di perusahaan ini dan menggantikan kedudukan mu, sumpah, aku tidak tau apapun"
"Bullshit!, itu tidak mungkin, kalian tinggal satu atap, bagaimana kau tidak tau ha!"
"Aku tidak tau Hen, Amelia hanya bercerita kalau dirinya akan melamar pekerjaan di perusahaan, dan dia tidak menjelaskan kalau itu di TRULA GROUP"
"Kalian memang brengsek!" Teriak Hena, dan langsung pergi meninggalkan Hans yang masih terdiam disana.
"Shit!, kenapa keadaan makin runyam" ucap Hans, baru saja hitungan hari dirinya cek cok dengan Rusman, dan bahkan kini saling menghindari, sekarang ditambah masalah dengan Hena, benar-benar membuat Hans makin sakit kepala
Sifa tak membiarkan waktu terbuang percuma, memanggil Hans dan memberinya tugas untuk memberitahu dan mengajari Dira sebagai sekretaris baru untuk sementara waktu.
Begitu juga dengan Hena dan Amelia, kini mereka berada di satu ruangan dengan kondisi yang tak nyaman.
"Hebat sekali kau Amelia, jadi semua ini rencanamu?" Ucap Hena.
"Jangan asal menuduhku, aku hanya berusaha mengembalikan perekonomian ku, memangnya salah dengan apa yang aku dapatkan?"
"Oh jadi begitu ya, tidak ingat bagaimana dulu aku mendukung mu bahkan menyembunyikan kelakuan be-jatmu di belakang Sifa, aku sangat menyesal"
"Terserah kau mau berkata apa, aku juga tidak memintamu melakukan hal itu"
"Apa?, teganya kau bilang begitu, karena kau aku anggap sahabatku, mangkanya aku mendukung semua rencana gila mu itu, dan sekarang kau bilang seperti ini, dasar wanita ib-lis!"
"Jangan kurang ajar Hena, ingat siapa kau dan aku sekarang ini, jadi jangan banyak bicara, kerjakan saja tugas mu, aku tidak butuh hal lain dari mu"
"Brengsek!" Hena sakit hati, dan kemudian membanting pintu lalu pergi.
Amelia tak kalah emosi, berteriak kasar memaki Hena yang entah mendengar atau tidak, lalu Amelia duduk melanjutkan pekerjaannya.
Berbanding terbalik dengan Hans, yang justru kini begitu lembut dan penuh pesona memberikan bimbingan ke Dira.
"Aku rasa mungkin butuh waktu agak lama pak Hans, soalnya saya masih bingung dengan semua tugas ini" ucap Dira dengan senyum manisnya.
"Oh tentu itu tidak masalah, ibu Direktur memberiku tugas sampai kau benar-benar memahaminya, aku akan senang hati membantumu kapan saja"
"Terimakasih Pak Hans"
"Jangan panggil pak, panggil saja nama, itu terdengar lebih akrab" ucap Hans begitu manis saat berkata.
"Oh, baiklah Hans"
Hans memang laki-laki yang tak pernah menyia-nyiakan kesempatan, apalagi dengan yang namanya perempuan, sosok Dira masih muda, cantik dengan make up yang segar natural, tentu sangat berbeda dengan kekasihnya yang terkesan berlebihan dalam segala hal.
Dira pun wanita yang sangat ramah dan mudah bergaul, dekat dengan Hans bukan hal yang sulit, apalagi untuk kelancaran tugasnya nanti, tak segan setiap saat memanggil Hans untuk bertanya dan meminta bantuan saat menemui kesulitan.
Hari demi hari keadaan semakin membaik, Sifa semakin nyaman bekerja dengan Dira, tak peduli terkadang masih meminta bantuan Hans, namun berbeda dengan Amelia, yang hampir tiap hari di buat emosi oleh kelakuan Hena.
Siang itu Sifa mempersilahkan Amelia masuk ke ruangannya.
"Ada apa?" Tanya Sifa.
"Maaf ibu Direktur, saya tidak nyaman jika harus Hena yang membantu saya, tidak adakah orang lain?" Tanya Amelia dengan sopan.
"Kalian ada masalah?" Tanya Sifa.
"Sikap Hena sangat keterlaluan, selalu menyudutkan saya dan tidak terima karena saya sekarang yang menggantikan kedudukannya"
Amelia akhirnya menjelaskan semua, dimana Hena sering menghinanya, menuduhnya dan tidak memberikan bantuan maksimal seperti yang diharapkan.
"Baiklah, tulis semua pengaduan mu tentang Hena di kertas bermaterai, sebagai bukti bukan aku yang keberatan akan sikap hena di perusahaan ini, setelah itu akan aku tindak lanjuti" ucap Sifa.
"Baik"
Segera Amelia tanpa pikir panjang menulis semua keburukan sikap Hena, tanpa disadari ada senyuman tipis dibibir Sifa, lalu memanggil sang sekretaris untuk masuk.
Pintu terbuka, disana ada Dira berjalan mendekat dan rupanya di dampingi oleh Hans yang setia disamping Dira.
Sesaat Amelia terkejut, melihat kedatangan Dira bersama dengan Hans kekasihnya.
"Ada apa Bu Direktur?" Tanya Dira.
"Tanggapi masalah ini, jika kau belum tau caranya, minta bantuan pak Hans untuk membantu mu"
"Tentu saja Bu"
"Hans, kita keruangan dan bantu aku mengatasi masalah ini" suara Dira begitu lembut dan membuat Hans tersenyum.
Tapi tidak bagi Amelia yang seketika merasa darahnya mendidih, menatap tajam Hans yang terlihat tidak enak hati seketika.
"Jadi, Hans membantu sekretaris baru anda?" Tanya Amelia ke Sifa.
"Jangan mencampuri pekerjaan orang lain Nona Amelia, pekerjaan anda sangat banyak, jadi jika sudah tidak ada urusan, silahkan meninggalkan ruangan saya" jawab Sifa dengan tegas.
"I iya, maaf" Amelia segera berdiri dan pamit untuk pergi.
Apa Amelia akan murka?, yuk KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
kyknya hrs memunculkan pesaing biar mereka sadar akan perasaannya..