Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Ujian di awal.
KONFLIK..!!! BERAT..!!! Butuh kesabaran. Yang tidak bisa membaca konflik harap skip. Percaya pada authornya..!!!!
CLUE..
🌹🌹🌹
Bang Ringgo menuju rumah Laras. Terlihat Laras cukup kesulitan bangkit dari posisi duduknya.
tok.. tok.. tok..
"Permisi..!!" Bang Ringgo sedikit mengintip dari celah jendela.
"Astaghfirullah hal adzim..!!!" Melihat Laras begitu kesakitan, Ringgo segera menerobos masuk. Begitu banyak darah di lantai rumah almarhum Zurman. "Kenapa ini, Laras??"
"Tadi lampu rumah mati, Pak. Saya mau menggantinya tapi kursinya patah."
"Ya Allah, Laras. Kenapa tidak hubungi saya??? Kandunganmu sudah sangat besar. Tentu kursinya tidak bisa menahan berat badanmu." Hati-hati sekali Bang Ringgo mengangkat tubuh Laras.
Laras hanya bisa bersandar lemas pada bahu Bang Ringgo, rasa sakit yang di rasakannya begitu luar biasa.
Tepat sesaat kemudian orang tua almarhum Bang Zurman datang.
"Lihat apa yang kubilang, Pak. Anak itu bukan anak Zurman. Pasti anaknya dia..!!" Tunjuk ibu almarhum. "Kita sudah lambat tiba dan ternyata dia yang selalu datang ke rumah ini. Mulai dari saat pemakaman, laki-laki ini juga yang selalu mendatangi Laras. Kamu.. kamu pasti keturunan dukun, nggak mungkin putraku terpikat olehmu sampai harta yang ada seluruhnya di serahkan padamu."
"Buu.. jangan menuduh." Kata pria di samping ibu almarhum Zurman.
"Bapak jangan mau tertipu. Lihat itu..!!!!!" Tunjuk Ibu pada kerah pakaian Bang Ringgo. "Anak kita pangkatnya berwarna, dia hitam dan di leher. Apa tandanya kalau dia ini bukan bawahan yang mencekik dan menyusahkan atasan. Anak kita pangkatnya merah di bahu, cerah mentereng. Dia pimpinan yang baik." Oceh ibu almarhum Zurman.
Bang Ringgo tak menanggapinya, ia hanya menggeleng kemudian masuk ke dalam mobil dan membawa Laras ke rumah sakit.
...
Terdengar suara jerit tangis Dyah Mega Larasati, suara yang begitu menyakitkan saat memperjuangkan bayi kecil untuk lahir ke dunia.
Rasanya Bang Ringgo sungguh stress mendengarnya. Tak sampai hati terus mendengar jerit kesakitan seorang ibu.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya bayi perempuan terlahir ke dunia.
:
Usai mengadzani bayi mungil itu, Bang Ringgo menyerahkannya pada Laras.
"Terima kasih atas bantuannya, Pak Ringgo. Mohon maaf saya selalu merepotkan." Kata Laras merasa tidak enak sebab apapun hingga hari ini Bang Ringgo lah yang selalu membantunya.
"Sama-sama." Jawab Bang Ringgo singkat saja.
Bang Ringgo segera keluar karena bidan akan membantu Laras untuk memberi ASI pada bayinya.
Beberapa saat kemudian, beberapa orang anggota PM datang bersama orang tua almarhum Zurman.
"Itu Pak. Saya tidak mau anak itu masuk di daftar riwayat hidup almarhum anak saya. Anak itu anak haram. Dia anaknya laki-laki hitam tidak tau malu itu." Teriak ibu almarhum Zurman.
"Kita bicara di luar..!!" Ajak Bang Ringgo karena mempertimbangkan kondisi Laras pasca persalinan. "Ngomong-ngomong, kulit almarhum lebih hitam dari saya..!!" Protes Bang Ringgo tidak terima.
Laras hanya bisa menangis mendengar ucapan ibu mertuanya.
"Ibu ingin apalagi? Uang gaji Bang Zurman sudah ibu bawa, sertifikat motor dan rumah juga sudah ibu ambil. Laras tidak bawa apapun lagi, Bu..!!"
Mungkin ibu almarhum Zurman merasa malu. Ia pun ikut menangis tersedu-sedu. "Kamu bicara apa?? Zurman memang memberikan surat itu pada ibu."
"Ambilah, Bu. Tapi jangan yang ada di dompet biru. Itu ada kalung dan uang pemberian Pak Ringgo..!!" Kata Larasati.
"Ini maksudmu???" Ibu menunjukan dompet berwarna biru pada semua orang. "Kamu yang titip, kamu juga yang lupa." Omel ibu almarhum Zurman kemudian memberikannya dengan kasar pada Laras.
Bang Ringgo mengarahkan ibu agar segera melangkah keluar.
Para anggota PM yang sudah terlanjut datang menjadi tidak enak hati karena lawan mereka adalah Letnan Ringgo dari pasukan intel khusus.
:
"Saya tidak bisa menikahi Laras." Ucap tegas Bang Ringgo saat keluarga almarhum Zurman terus menekan.
"Tapi saya juga tidak mau anak itu memakai nama Zurman di belakang namanya." Pekik ibu almarhum.
"Kenapa anda yakin bahwa saya ayah dari bayi itu??? Selama ini bahkan saya tidak ada interaksi dengan Laras karena saja ada dinas khusus." Tanya Bang Ringgo.
"Karena.. ya karena tugas khusus itulah kalian bisa memulai perselingkuhan." Jawab Ibu Almarhum dengan lantang.
.
.
.
.