Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Evan Kembali
Perasaan Arneta terasa lebih mudah tenang di pemakaman karena ada El di sampingnya. Walau pun pria itu tidak mencintainya, setidaknya El bisa memberikan sandaran ternyaman untuk dirinya.
"Terima kasih karena sudah menemaniku ke makam ibu." Lirih Arneta. Kini mereka sudah berada di dalam mobil untuk pulang.
El tidak melihat ke arah Arneta. Dia sedikit bingung juga kenapa dia bisa bersikap perhatian pada Arneta. Padahal, waktu awal pernikahan mereka dirinya sangat membenci dan sering berkata kasar pada Arneta. Sebagai respon perkataan Arneta, El mengangguk mengiyakannya.
Di tengah perjalanan pulang, tiba-tiba saja El menepikan mobilnya ke sebuah toko es krim yang nampak baru saja buka. Arneta penasaran kenapa suaminya itu berhenti di sana. Dia enggan bertanya. Takut El mengeluarkan taringnya jika terlalu banyak bersuara.
"Ayo masuk. Aku mau makan es krim di sini dulu." Ajak El. Arneta terkesiap mendengarnya. Apa El tidak salah mengajaknya makan es krim bersama? "Kalau kamu tidak mau tidak masalah." El sudah mengambil kesimpulan sendiri jika Arneta enggan untuk makan es krim bersamanya. Membuat Arneta gegas mengeluarkan suara.
"Aku mau!!"
Kini, El dan Arneta sudah duduk di atas kursi menikmati satu cup es krim yang dibeli oleh El. Tidak seperti pasangan pada umumnya yang bercerita disela kegiatan makan mereka, El dan Arneta hanya diam. Seakan tidak ada hal yang ingin mereka ceritakan satu sama lain.
El sudah menghabiskan es krimnya lebih dulu dari Arneta. Wajah pria itu kini sudah beralih dari cup es krim kepada Arneta. El menatap wanita itu dengan intens. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan dengan Arneta. Namun, El rasanya enggan untuk mempertanyakannya.
Arneta menyadari jika pria itu kini tengah menatap dirinya. Kepalanya semakin tertunduk karena sudah dilanda rasa gugup. "Kenapa dia memandangku seperti itu? Apa dia ingin memarahiku?" Arneta sudah berpikir jauh. Padahal dia tidak tahu isi hati El seperti apa.
El tidak kunjung mempertanyakan apa yang ada di benaknya pada Arneta sampai mereka keluar dari dalam toko es krim. Arneta turut tidak banyak bersuara karena sadar diri jika dirinya tidak diperkenankan banyak bersuara di depan El.
"Bagaimana hubungan kamu dan Andika dulu?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulut El. Padahal dia sudah berusaha untuk menahan diri agar tidak mempertanyakannya. Apa karena Ben selalu memaksanya hingga membuatnya jadi terpaksa bertanya?
Arneta nampak kaget mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut El. Sejak awal mereka menikah, pria itu tidak peduli dengan hidupnya. Kenapa juga sekarang El jadi banyak tanya begitu?
"Tidak gimana-gimana. Kami menjalani hubungan seperti pasangan kekasih pada umumnya. Makan bersama, jalan-jalan bersama. Dan..." Arneta menggantung perkataannya di udara hingga membuat El jadi kesal menunggu kelanjutan perkataannya. "Dan berbagi cerita bersama."
Kelanjutan perkataan Arneta tidak sesuai dengan apa yang ada di pikiran El. El pikir Arneta akan menjawab hal lain. "Apa hanya itu saja?" Dia memastikan. Entah kenapa dia sangat penasaran dengan fakta sebenarnya.
"Ya, memangnya aku dan dia melakukan apa lagi?" Arneta menatap El bingung. Dia belum menyadari maksud terselubung pertanyaan El.
El menghela napas dalam. Sepertinya dia tidak bisa menahan rasa penasaran terlalu lama. Gak baik juga kalau dia memendamnya sendiri dan jadi terus berpikir buruk pada Arneta. "Apa kamu pernah melakukan hubungan terlarang dengannya? Maksudku hubungan badan?"
Arneta terkesiap. Kemudian tersenyum sinis karena lagi-lagi El tidak bisa mempercayai dirinya jika masih suci. "Walau pun aku matre dulunya, tapi aku gak pernah menjual kesucianku untuk mendapatkan uang. Ku harap kamu udah ngerti sampai di situ."
El terdiam beberapa saat. Dia sudah dapat mengartikan maksud perkataan Arneta. Namun, apakah dia bisa mempercayainya. El jadi bingung dibuatnya.
Saat mobil sudah tiba di rumah, Arneta gegas turun lebih dulu. Dia melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa-gesa. Pertanyaan El saat di perjalanan tadi membuatnya terluka. Maka dari itu Arneta memilih untuk segera menjauh dari pria itu.
El sebenarnya tidak enak hati pada Arneta. Ingin meminta maaf, namun gengsi masih menguasai dirinya. Alhasil El memilih membiarkan Arneta masuk ke dalam kamar sedangkan dirinya duduk di ruangan tengah rumah.
"Apa saat itu Andika mengarang cerita jika dia dan Arneta sudah pernah melakukannya? Apa jangan-jangan yang dikatakan Ben benar jika Arneta adalah wanita baik-baik." El mulai bertanya-tanya. Dia tentu saja tidak bisa memastikannya jika tidak langsung membuktikannya. Salah satu bukti yang bisa ia lakukan tentu saja dengan menyentuh Arneta. Namun, El tidak akan mau melakukannya. Dia masih berpegang teguh hanya akan melakukannya dengan Sheina. El masih sangat setia pada wanita itu walau pun sampai saat ini tidak kunjung mendapatkan kabar tentang keberadaan Shiena.
Mengingat Sheina, membuat El gegas melakukan panggilan telefon dengan salah satu orang kepercayaan yang ia tugaskan untuk mencari keberadaan Shiena.
"Apa kamu udah mendapatkan kabar tentang Shiena?" Tanya El. Besar harapannya jika jawaban yang akan dia dengar saat ini adalah jawaban yang diharapkannya.
"Maaf, saya belum mendapatkannya, Tuan. Sampai saat ini saya masih berusaha menyelidikinya."
El membuang napas kasar di udara. Lagi, dia menelan kekecewaan karena ternyata sampai saat ini belum juga terlihat hilal keberadaan Shiena.
Arneta yang baru saja turun ke lantai bawah dan secara tidak sengaja mendengarkan percakapan El di sambungan telefon tertegun. Ternyata cinta El pada Shiena begitu tulus. Sehingga sampai saat ini pria itu masih berusaha mencari kabar tentang Sheina.
Arneta tidak ingin El mengetahui jika dirinya mendengar percakapan El. Buru-buru Arneta melangkah menuju dapur dan mengambil air minum di sana.
Pukul lima sore, El baru saja turun dari lantai atas hendak berolahraga di ruangan gym yang terletak di lantai bawah rumah. Namun, baru saja beberapa langkah menapaki kaki di lantai bawah, pergerakan El terhenti saat mendengar dering panggilan telefon dari ponselnya.
"Mamah. Ada apa Mamah menghubungiku?" El bertanya-tanya. Sesaat kemudian dia sudah menempelkan ponsel ke daun telinga.
"El, nanti malam bawa istri kamu ke sini!!" Suara Nyonya Rossa terdengar begitu keras di seberang sana. Membuat El kembali bertanya-tanya ada apa dengan ibunya itu. "Memangnya ada apa, Mah. Kenapa Mama memintaku datang membawa Arneta ke rumah?" El yakin jika ibunya memiliki maksud dan tujuan tertentu sehingga memintanya membawa Arneta.
"Kakak kamu, El. Dia sudah datang ke sini lebih awal dari waktu yang direncanakan. Sekarang Evan udah berada di rumah Mama dan menanyakan keberadaan kamu!!"
El terdiam. Informasi yang baru saja didengarnya tidak membuatnya senang seperti Nyonya Rossa. El justru merasakan sebaliknya.
***
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga