Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
❤️ Happy Reading ❤️
"Khem." dehem papa Delon untuk mengambil atensi semua yang ada di ruangan.
Benar saja semua langsung teralihkan menjadi menatap ke arah papa Delon.
"Meyva, boleh om tanya sesuatu?" tanya papa Delon pada calon anggota baru keluarga Anderson.
Meyva menoleh sebentar pada Dave, melihat Dave yang menganggukkan kepalanya pelan membuat Meyva pun menjawab apa yang di katakan papa Delon.
"Iya boleh om." jawab Meyva.
"Maaf sebelumnya kalau om jadi terkesan seperti menyelidiki atau apapun itu, tapi terlebih dari itu semua hal ini wajar om lakukan mengingat kamu adalah kekasih putra om yang berarti besar kemungkinan akan menjadi bagian dari keluarga ini." kata papa Delon yang mendapatkan anggukan kepala oleh Meyva karena apa yang di katakan oleh papa Delon benar adanya.
"Kalau boleh om tau nama lengkap kamu siapa? siapa nama orangtuamu?" tanya papa Delon.
Semua kini menatap ke arah Meyva begitu papa Delon menyelesaikan kalimatnya.
"Nama saya Meyva, Meyva Maharani Nareswari. Orangtua saya ayah Surya Nareswari dan almarhum bunda Alya Maharani." jawab Meyva.
"Ah maaf, om gak sengaja ingin ... " kata papa Delon yang merasa tidak enak karena raut wajah Meyva berubah menjadi sendu saat menyebut nama orangtuanya terutama sang ibu.
"Tidak apa-apa om." potong Meyva.
"Pekerjaan gimana? Kamu kerja atau masih kuliah?" tanya papa Delon kembali, apalagi jika melihat dari wajah Meyva beliau mengambil kesimpulan bahwa gadis itu masih muda, mungkin seusia putri bungsunya yang masih menempuh pendidikan.
"Kalau itu saya sudah bekerja om, berwirausaha lebih tepatnya." jawab Meyva. "Saya punya usaha kecil-kecilan, lumayan bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya." sambungnya.
"Kamu cukup mandiri juga ya." kata Delon kembali.
"Kehidupan yang mengajarkan saya harus bisa mandiri. Di tinggal pergi untuk selama-lamanya oleh bunda, dan hadirnya anggota keluarga baru memaksa saya untuk bersikap demikian." sahut Meyva.
"Maksudnya gimana sayang?" tanya mama Lira yang ikut merasa tertarik dengan pembicaraan Meyva dan suaminya.
"Ya tak lama setelah bunda meninggal, ayah kembali membina rumah tangga dan istrinya itu juga membawa satu anak perempuan dari suaminya terdahulu masuk dalam keluarga kami." kata Meyva. "Jadi secara otomatis semua perhatian dan kasih sayang yang dulunya hanya milikku seorang, harus terbagi dengan hadirnya mereka ... keadaan sudah tak sama seperti dulu." lirihnya.
Dave yang menangkap begitu banyak kesedihan dalam diri Meyva, meraih tangan wanita itu dan menggenggam jari jemarinya menggunakan tangan besarnya. Satu lagi yang Dave ketahui tentang Meyva setalah penghianatan yang gadis itu dapatkan.
"Bisa gak pa, mam, di sudahi interogasinya." kata Dave menatap pada kedua orangtuanya.
Mama Lira menganggukkan kepalanya dan berkata "Maaf sayang kalau kami jadi membuatmu merasa sedih."
"Ah tidak apa-apa tante." sahut Meyva.
"Kak Meyva sama kak Dave, kok bisa saling kenal ... ketemu di mana?" tanya Reta.
"Ketemu di depan toko." sahut Dave dengan cepat.
"Hah, kok bisa?" tanya Reta lagi yang penasaran kok bisa kakak iparnya yang kaku itu mendapatkan kekasih.
"Kami gak sengaja tabrakan di depan toko." jawab Dave.
"Kak Meyva, kok betah sih pacaran sama kak Dave yang orangnya kaku gitu? sudah gitu gila kerja lagi." tanya Daniel yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Dave.
Meyva menoleh sebentar ke arah Dave.
"Dia orangnya baik, juga gak sekaku yang orang lain lihat." jawab Meyva. Entahlah semua itu benar atau tidak, yang jelas dirinya harus bisa meyakinkan anggota keluarga Dave agar tak menaruh curiga pada hubungan mereka berdua.
"Mey, kamu makan malam di sini ya?" tanya mama Lira.
Meyva tak ingin mengambil keputusan sepihak, dirinya melirik kembali ke arah Dave.
"Kamu juga makan malam di sini Dave." kata mama Lira selanjutnya. "Sudah lumayan lama kan kamu gak makan malam di sini." imbuhnya yang tersirat nada kesedihan.
"Lama gak makan di sini? Maksudnya, apa Dave gak tinggal di rumah ini." tanya Meyva dalam hati namun begitu ragu untuk bertanya, karena takut kalau pertanyaannya itu malah menjadi bomerang sehingga terbongkar hubungan palsu antara dirinya dan Dave.
"Hem, iya mam." jawab Dave. "Kamu gak keberatan kan?" tanyanya pada Meyva. Mau tak mau Meyva pun menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah, sekarang lebih baik kalian istirahat dulu sana." titah mama Lira. "Kamu bisa ikut Dave istirahat di kamarnya Mey." kata mama Lira.
"Eh gak usah tante, kalau yang yang lain mau istirahat, saya ..." kata Meyva.
"Tante sama om percaya kalau kalian gak akan melakukan hal-hal yang melewati batas dan melanggar norma." sahut mama Lira yang tau jika Meyva seberang merata tak enak.
"Iya tenang saja, gak bakal macem-macem kok ... palingan cuma satu macem aja." timpal Dave yang membuat Meyva langsung melotot ke arahnya, begitu pula kedua orangtuanya yang langsung menatapnya tajam.
"Tenang-tenang, aku cuma bercanda." kata Dave yang cepat mengklarifikasi.
"Kamu itu tipe orang yang selalu serius kak, jadi setiap omongan yang keluar dari kamu di anggap hal yang serius." kata Daniel. "Wajah kamu itu gak cocok kalau untuk mengatakan candaan ... terlalu dingin dan kaku." imbuhnya.
"Ni anak lama-lama beneran aku ambil alih Ander elektro." ancam Dave.
"Bisanya ngancem." kata Daniel sambil mencebikkan bibirnya. "Ada papa, jadi kakak gak bisa seenaknya ngambil Ander elektro dari tangan aku " imbuhnya dengan menunjuk ke arah papanya menggunakan dagu.
"Semua yang ada di bawah naungan Ander corp, adalah hak mutlak aku dan hanya aku yang berhak mengambil keputusan untuk semuanya, karena papa telah menyerahkan sepenuhnya, kalau kamu lupa." kata Dave mukul telak perkataan adiknya.
"Ck, jangan dong kak." kata Daniel dengan wajah memelas. "Gak kasian apa sama adikmu yang ganteng ini, mau di kasih makan apa istriku nanti." sambungnya.
"Kasih makan batu." ujar Dave yang membuat adiknya berdecak kesal.
Kemudian dengan santainya Dave berdiri lalu meraih pergelangan tangan Meyva agar ikut berdiri sepertinya. Dan kemudian berjalan melangkahkan menuju ke arah tangga untuk membawa Meyva menuju ke kamarnya, ranah pribadinya, tempat yang paling privasi dan hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk, yaitu orangtua, adik kandungnya, serta satu art kepercayaannya untuk membersihkan kamar tersebut.
❤️
"Beneran gak apa-apa kalau aku masuk?" kata Meyva yang menghentikan langkahnya saat tepat berada di depan pintu sebuah ruangan yang Meyva yakini adalah kamar pria yang masih saja menggandeng tangannya sampai detik ini.
"Hem, dari pada mereka curiga." sahut Dave sambil membuka pintu kamar.
Dengan langkah yang masih ragu-ragu, akhirnya Meyva pun ikut masuk. Langsung aroma maskulin masuk ke dalam indra penciumannya. Ini adalah pengalaman pertama dirinya memasuki kamar seorang pria. Eh ralat, kedua kali ... karena yang pertama dirinya memasuki kamar Dimas di apartemen saat memergoki dua sejoli yang sedang melakukan kumpul kebo tempo hari.
"Kamu bisa duduk dimana saja, mau istirahat di tempat tidur juga boleh." kata Dave.
Pemuda itu pun langsung masuk kedam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, baru setelah itu duduk di sofa dengan ponsel di tangannya untuk memeriksa beberapa pekerjaan.