Agnia, 24 tahun terjebak cinta satu malam dengan Richard Pratama akibat sakit hati kekasihnya Vino malah menikah dengan adik sepupunya.
Melampiaskan kemarahannya, karena keluarganya juga mendukung pernikahan itu karena sepupu Nia, Audrey telah hamil. Nia pergi ke sebuah klub malam, di sana dia bertemu dengan seseorang yang ternyata telah mengenalnya dan mengaguminya sejak mereka SMA dulu.
Memanfaatkan ingatan Nia yang samar, kejadian malam itu. Richard minta Nia menikahinya, dan menafkahinya.
Tanpa Nia sadari, sebenarnya sang suami adalah bos baru di tempatnya bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Harus Tanggung Jawab
Antara sadar dan tidak sadar, Nia bahkan terlihat seperti orang bingung.
'Kenapa aku bisa berada di sini?' batinnya bingung.
Dia sepertinya sudah berada di sebuah apartemen. Dan sepertinya itu milik Richard.
"Kita mau apa? kenapa kita kesini?" tanya Nia bingung.
Richard pun menghampiri Nia, setelah pintu apartemen itu tertutup rapat dan mengunci secara otomatis.
"Kamu tidak mau Depe dulu?" tanya Richard padanya.
Nia yang kepalanya mulai pusing karena banyak minum. Semakin pusing dengan apa yang dikatakan oleh Richard itu.
"Depe gimana?" tanya Nia.
"Bukannya kamu bilang kamu mau menafkahi aku, aku butuh nafkah lahir dan batin. Jadi, bagaimana kalau kamu Depe nafkah batin dulu untukku?" tanya Richard.
'Ini konsepnya gimana sih? aku yang begoo apa dia yang terlalu pintar sih?' batin Nia bingung.
Cup
Mata Nia membelalak lebar, itu ciuman pertamanya selama 24 tahun dia hidup.
Richard bahkan tak hanya mengecup sekilas bibir Nia. Richard bahkan main kokop saja langsung. Membuat Nia bersusah payah mendorong dada Richard dengan keras.
"Hah hah..."
Nia berusaha mengambil nafas, dia merasa sudah mulai kekurangan oksigen.
"Kamu... kenapa main sosor saja sih?" tanya Nia yang masih terlihat tersengal-sengal.
"Ya sudah kalau tidak mau, aku cari yang lain saja. Mungkin sudah nasib, selamanya aku akan jadi mainan..."
"Hehh, jangan dong! ya ampun Richard, kamu itu tampan loh, kenapa gak cari kerjaan lain sih? model misalnya, casting-casting aja, pasti di terima. Aduh, aset bagus begini masa di mainin...."
Ucapan Nia terjeda. Richard sudah membuka kemejanya. Dan Nia benar-benar sangat sulit menelan salivanya sendiri. Roti sobek yang terpampang nyata di depan matanya. Membuat otaknya mulai tirai bisa berpikir dengan jernih. Mana dia habis minum lumayan banyak juga. Semakin oleng saja dia.
Apalagi ketika Richard meraih tangan Nia dan meletakkannya di roti sobeknya yang keras itu.
'Aduh, aduh... keras banget!' otak Nia sungguh telah terkontaminasi.
Nia yang sedang terlena, karena memang dalam keadaan tidak sadar sepenuhnya. Di angkat oleh Richard begitu saja.
Richard membawa Nia ke aras tempat tidurnya.
'Aku tidak akan membiarkan mu pergi lagi, Nia. Kamu harus jadi milikku' batin Richard yang segara mencumbu Nia yang benar-benar telah terlena pada sensasi dan perasaan yang memang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Ciuman demi ciuman, kecupann demi kecupann semakin membuat Nia tak terkendali.
Mata Richard melebar, dan dia menghentikan apa yang dia lakukan, ketika dia merasakan sesuatu yang sulit di masuki di bawah sana.
"Kamu masih perawan?" tanya Richard berbisik di telinga Nia.
Namun Nia yang sudah semakin kehilangan kesadarannya tidak fokus pada pertanyaan Richard itu.
Richard semakin bersemangat. Sebenarnya Richard juga sangat menyukai Nia saat SMA. Hanya saja, gadis itu terlalu polos. Nia bahkan tidak mengetahui kalau Richard mendekatinya, malah mengira Richard mendekati teman sebangkunya. Nia memang sangat polos dulu saat SMA. Dia bahkan sangat gugup kalau di dekati pria.
"Eghhh"
Richard memejamkan matanya, ketika dia merasakan cakaran tajam di punggungnya. Tapi dia juga merasakan sensasi yang luar biasa karena berhasil memasuki Nia.
Dengan gerakan perlahan dan menyesuaikan, Richard berusaha memberikan rasa nyaman pada Nia.
Satu jam berlalu, Nia sudah tak sadarkan diri. Richard mengecup kening Nia dengan begitu lembut dan penuh cinta.
"Kamu masih sama Nia, masih sama polosnya dan suka salah paham padaku. Aku bukan salah satu dari pria penghibur itu. Aku pemilik klub malam itu, calon istriku" gumamnya yang sekali mencium kening Nia yang sudah entah sampai di mana di alam mimpinya.
Pagi menjelang...
Richard sudah menyiapkan sarapan untuk calon istrinya. Dia bahkan sudah mandi, dan membiarkan rambutnya setengah kering karena tidak mau menyalakan hairdryer yang akan mengganggu tidur Nia.
Richard duduk di samping Nia, tak bosan-bosan memandang wajah cantik wanita yang sebenarnya sudah dia sukai sejak 8 tahun yang lalu. Dulu wajah Nia itu mungkin dan menggemaskan, tapi sekarang benar-benar sudah semakin cantik dan mempesona.
Nia yang mulai terbangun membuka kelopak matanya perlahan.
"Selamat pagi sayang"
"Selamat pa..." Nia menjeda ucapannya.
Wajahnya langsung pias. Nia bahkan langsung bangun, setengah duduk dan mengintip ke bawah selimut yang menutupi tubuhnya.
Nia yang menyadari apa yang sudah dia lakukan segera menutup wajahnya dengan selimut itu.
"Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya merasa kecewa pada dirinya sendiri.
Kenapa dia bisa melakukan semua ini. Padahal dia kan belum menikah. Ayah dan ibunya pasti akan mencoretnya dari kartu keluarga.
"Tidak mau lihat lebih jelas, apa yang sudah ku lakukan padaku?" tanya Richard yang seolah memposisikan dirinya sebagai korban di sini.
Padahal semalam itu Nia kan diam saja, Richard yang berinisiatif, bekerja keras dan berusaha dengan segenap kemampuannya untuk menjeboll pertahanan Nia.
Nia yang mendengar Richard bicara, seolah keadaannya sangat menyedihkan. Dan Nia membuatnya merugi. Langsung mengintip sedikit dari sela-sela jarinya yang dia gunakan menutupi wajahnya.
Richard berdiri, lalu berbalik. Menunjukkan banyaknya cakaran kuku Nia di sana.
"Astaga! Aku melakukan semua itu? Aku sungguh tidak akan pernah mabuk lagi, ini benar-benar buruk!" gumamnya kebingungan, merasa bersalah dan tentu saja tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Sudah begini, bukankah seharusnya kamu bertanggung jawab?" tanya Richard dengan wajah memelas.
"Aku?" tanya Nia menunjuk ke arah hidungnya.
Richard mengangguk tanpa ada keraguan sama sekali.
Wajah Nia sudah tidak dapat di deskripsikan.
"Bagaimana caraku bertanggung jawab?" tanya Nia bingung.
"Kamu tentu saja harus menikahi aku, kamu kan bilang semalam. Kamu akan menafkahi aku lahir dan batin" jelas Richard mengingatkan Nia.
Nia masih tampak bingung. Dia antara sadar dan tidak sadar mengatakan semua itu. Kalau dalam keadaan sadar, mana berani dia mengatakan hal seperti itu pada Richard yang notabene nya adalah crush nya dulu.
"Aku harus menikahimu..." lirih Nia terjeda. Dia masih bingung.
"Tentu saja, kamu sudah melakukan semua ini padaku. Kamu harus tanggung jawab"
Richard kembali menegaskan apa yang seharusnya Nia lakukan.
Nia masih tertegun bingung. Dia bahkan merasa seluruh tubuhnya sakit. Rasanya remuk sekali, dia juga tidak merasakan kenikmatann apapun sebenarnya. Tapi kenapa dia yang harus bertanggung jawab.
'Kenapa aku merasa, ada yang tidak mengena di sini ya? tapi apa?' tanyanya bingung di dalam hati.
Nia sungguh merasa, sebenarnya yang korban itu kan yang merasakan sakit dan kerugian yang paling besar. Dan dia merasa itu adalah dirinya. Tapi kenapa semua yang di katakan Richard, membuat situasinya seolah Richard yang menjadi korban. Nia sungguh bingung.
***
Bersambung...
eeehhh malah Nia yang duain ini yaa wkwkwkw