Semenjak kandungan Andini menginjak usia tiga bulan, dia sering muntah darah dan kata dokter itu karena dia sama sekali tidak ada makan nasi sehingga asam lambung jadi naik.
bau mulut nya juga membuat Hendra sangat bingung, tubuh Andini juga kurus kering seperti tengkorak. hingga Hendra pun memutuskan untuk pulang kedesa nya saja.
Bagai mana kisah mereka?
Mampu kah Hendra membawa istri nya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Pulang kampung
Purnama menyiapkan barang mereka yang akan di bawa pulang, sebenar nya masih ada tiga hari lagi mereka liburan di sini. namun karena keadaan mendesak maka mau tak mau mereka pun pulang kerumah untuk melihat keadaan Andini, sebab dia juga di kabari oleh Maharani bahwa keadaan Andini memang parah saat ini.
Seberapa parah nya Maharani masih belum tau karena hantu yang satu ini tidak paham dengan keadaan wanita hamil, Nilam paham karena dia sudah merasakan bagai mana wanita hamil yang akan mendapatkan masalah, sebab dia meninggal juga karena mati di bunuh oleh istri muda sang suami dengan keadaan perut meledak hancur berantakan.
Arya juga mau pulang karena dia pun tidak nyaman bila liburan sendiri dan Kakak nya menghadapi masalah, dari pada nanti malah di suruh pulang dengan terburu buru tidak karuan. lebih baik pulang bareng saja bersama sama, padahal Purnama bilang kalau mau tinggal ya tinggal saja karena dia juga belum tau seberapa parah sakit nya.
Namun Arya menolak dan ingin segera pulang saja, sebab Arya sudah bisa membaca sikap Kakak nya. dia paling malas kalau pulang di buru buru, makanya sekarang bersiap untuk berangkat pulang dan menyiapkan beberapa makanan khas daerah sana untuk oleh oleh yang akan di berikan pada tetangga dekat nanti nya.
"Kira kira Andini kenapa ya?" tanya Arya saat mau berangkat pulang.
"Maharani bilang Nilam terlihat panik, maka nya aku di suruh cepat pulang." jawab Purnama.
"Apa kira kira masih ada sisa pengaruh dari Seno?" tebak Arya.
"Tidak ada lah kalau itu, sudah bersih kok tubuh Andini dati susuk nya." sangkal Purnama.
"Jadi kenapa ya kira kira dia, kok ada saja gangguan kalau orang mau bahagia." Arya menghembuskan nafas kasar.
"Dia sempat bilang kalau rumah nya ada setan, apa mungkin itu ganguan dari setan nya." tebak Purnama.
"Sejenis kuyang kan yang memakan janin itu?" tanya Arya lagi.
"Takut nya Andini di santet oleh gadis yang naksir Hendra, kalian lihat lah sekarang Hendra makin tampan." ujar Fatma ikut bicara.
Baik Arya atau pun Purnama langsung menatap wanita bercadar ini, Arya merasa tidak terima karena Fatma malah memuji pria lain selain diri nya. tentu ular jantan ini tidak terima, merasa kalah karena tidak di puji oleh sang istri.
"Tidak! maksud ku dia cukup tampan sehingga mungkin banyak yang suka, aku belajar dari pengalaman ku yang punya suami tampan." Fatma lansung meralat.
"Suami mu ini tampan?" Purnama melirik adik nya.
"Tentu saja dia sangat tampan, wanita mana yang tidak tergila gila pada nya! bahkan aku mulai cemas, aku semakin tua dan dia semakin muda." keluh Fatma.
Yang di puji langsung meleyot tidak karuan sehingga terus tersenyum lebar, Purnama bergidik dengan ekspresi adik nya ini. mereka pun segera masuk kedalam mobil masing masing, menuju pulang karena perjalanan nya akan memakan waktu dua belas jam lama nya.
"Maaf ya sayang kita jadi cepat pulang." Purnama bicara dengan Zahra.
"Enggak apa apa kok, Mama! Ara tau Mama mau bantu orang." jawab Zahra.
"Anak Mama memang pinter, besok kita jalan jalan lagi ya kalau urusan Mama sudah beres." janji Purnama.
"Kamu tuh kalau punya urusan selalu begitu, aku saja di abaikan!" rutuk Zidan.
Purnama tidak menjawab karena ada Zahra di kursi belakang, Zidan masih merajuk karena saat itu di tinggal kan saat sedang menikmati apem kelapa hitam. mana di tinggal agak lama sehingga lupa sudah dengan rasa apem, yang lagi tegang juga langsung layu karena hilang semangat.
"Besok dua kali ya, aku janji kok." hibur Purnama pelan.
"Satu kali saja di tinggal apa lagi dua kali." Zidan masih merutuk.
"Ku selentik nanti ya Mas kalau cerewet terus!" akhir nya ular naik darah.
"Eh jangan dong, kok jadi kamu yang marah." Zidan kaget juga jadi nya.
Sudah diam tidak ada lagi jawaban karena mood nya juga rusak karena Zidan terus mempermasalahkan masalah kemarin, sudah di ajak lagi tapi menolak karena dia bilang sudah loyo sehingga tidak semangat mau mengulang lagi dari awal. maka nya terus terbawa sampai sekarang, menurut Purnama kan bisa di ulang karena rasa nya juga pasti sama.
Tapi karena dasar pengen merajuk karena di tinggal pas lagi enak enak nya, maka Zidan pun memilih untuk memperpanjang masalah. padahal Purnama bila membujuk hanya sampai tiga kali saja, bila terus merajuk maka akan di terjang tanpa ampun karena dia tidak punya kesabaran seluas samudra.
...****************...
Pagi pagi sekali Wati sudah membereskan air kencing yang berceceran tadi malam, sudah di semprot pewangi juga agar tidak menimbulkan aroma yang tidak sedap. jadi saat Andini bangun dan bersiap pulang kampung, semua nya sudah wangi dan rumah pun dalam keadaan bersih saat di tinggal kan oleh mereka semua nya.
Sebab Wati pun akan di suruh pulang saja dulu dengan keadaan kontrak tetap berjalan, tentu saja gadis ini senang karena dapat libur tapi kontrak tetap berjalan. dia juga mulai beres beres baju yang tidak seberapa, itu pun tidak di bawa semua karena akan kembali lagi nanti kesini untuk bekerja pada keluarga Hendra.
"Kamu pulang lah dulu ya, besok kalau sudah selesai maka akan kami kabari." ucap Hendra sembari memberi uang dua ratus ribu.
"Baik, terima kasih Tuan dan Ibu." Wati senang sekali.
Wati segera naik taxi yang segera pergi menuju rumah teman nya, setelah itu Andini dan Hendra yang bersiap siap untuk pulang juga karena mereka harus bertemu dengan Purnama.
"Kalian pulang lah duluan, aku dan Nilam akan melihat dulu rumah ini." suruh Maharani.
"Kami masih mau mencari setan nya, sebab tadi malam dia tidak keluar." ujar Nilam juga.
"Ya sudah kalau begitu kami duluan, hati hati ya." Hendra segera menuntun sang istri.
Nilam dan Maharani mengangguk pelan karena mereka memang masih mau melihat wujud nya setan di rumah ini, tadi malam di cari tapi tidak ketemu sehingga mereka yang gabut malah menakuti Wati sampai pembantu itu ngompol.
"Kunci pintu nya, kami tidak perlu kunci." teriak Maharani.
"Aaah iya maaf, aku lupa kalau kalian setan." cengir Hendra berlari lagi.
"Dasar sialan, rupa mu saja yang tampan tapi ternyata bodoh juga!" rutuk Maharani mengepakan sayap.
"Jangan kencang kencang, api ku kena sambar ya jadi padam!" kesal Nilam.
Nama nya pertemanan mereka ini kadang akur dan kadang juga bertengkar karena memang begitu lah yang nama nya pertemanan, tidak ada yang sempurna dan malah yang begini ini akan awet satu sama lain.
Terima kasih up nya untuk hari ini. Semangat terus ka 💪
Sehat selalu 😄
kesal kali kalau part kau ni muncul ,pengen bungkam mulut kau dengan sambal setan .
Heh! dengar cinta bisa hilang asal gak kau pelihara,asal kau niat melupa, waktu akan menenggelamkan rasamu asal kau mau dan tidak bersua dengan Hendra 😡 .
dasar ndableg,belegug, ah serah manehna. Laila semoga othor gak ngabulin doamu ...