Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa yang berbohong?
"Kesiksa banget, tuhan" jerit frustasi Lisya sambil berbaring telentang di atas karpet salah satu sudung PHS. Letaknya di taman samping kanan aula
"Frustasi amat buk sekretaris" Ara tertawa sambil duduk di anggun di atas karpet
"Sasya paling bersyukur, ada temen kesiksa nya" ujar Seira sambil berselfie
"Eitss, bukan gue yang ngusulin lo tapi si Vino" Sasya menatap Lisya panik
"Udah tau gue"
"Kok bisa sih lu se frustasi itu?" Seira menatap Lisya bertanya tanya
Lisya mengubah posisinya untuk berbaring di paha Ara yang duduk di dekatnya "pembina OSIS nya banyak protes. Dia gak mau yang di tampilin cuma pertunjukan modern setidaknya harus ada yang tradisional."
"Terus?"
"Jadi di usulin lagu daerah katanya gak bagus, di usulin tari daerah katanya udah cukup balet sama cover dance, di usulin silat katanya sekolah modern kenapa ada silatnya kita itu nerapin taekwondo. Pas ditanya pendapat malah marah merintah gue yang nyari, katanya pokoknya hal kuno tapi yang bikin orang orang kagum."
"Bu Nita pengen sekuno apasih emangnya" ujar Ara menatap Lisya di pangkuannya
"Ya kan! kayak, apaan coba, entar gue masukin drama penjajahan belanda biar penonton sama dianya kagum dan tersentuh liat perjuangan pahlawan"
"Buk Nita pengen nguji mental sekretaris baru wkwkwk" Aren tiba-tiba muncul di depan pintu sudung
"Dari kapan lo pada disitu?" beo Lisya. Disana ada Aren yang berdiri di pintu, Alan yang di tangga, Revan dan Kalvin yang masih dibawah dan masih nampak oleh Lisya. Sudungnya gak terlalu tinggi jadi masih kelihatan.
"Dari lo ngeluh ngeluh masalah jadi sekretaris OSIS" Aren menutup bagian pinggang hingga lutut Lisya menggunakan jaketnya.
Sebenarnya Lisya menggunakan celana pendek didalamnya tapi tetap saja paha yang tidak tertutup celana itu terlihat karena posisinya yang berbaring.
"Lagian ngapain pake acara masuk OSIS kalau gak sanggup" Alan malah berbaring dengan betis Lisya sebagai bantalan
"Tertarik aja, mana tau nilai gue melambung tinggi karena terkenal jadi anak OSIS" Lisya berucap sambil menatap Aren yang menarik Alan dari betisnya. Lisya juga bangkit dan duduk bersila. Untung ada jaket Aren sebagai penutup roknya.
"Nyesel kan ca" Ara terkekeh
"Jangan ditanya! Mata gue bisa jadi kayak panda beberapa hari lagi"
"Sebenarnya sibuk itu pas ada acara aja sih" ujar Sasya
"Dan sekolah kita ada mulu acara" balas Kalvin.
"Iya juga ya, tiap tahun gak sih" ujar Ara. Lisya langsung lunglai saat mendengar banyak nya acara sekolah. Kalau begini mata panda nya akan benar benar terbentuk
"Ngundurin diri aja lagi" ujar Alan
"Telat, entar nama gue jelek karena ninggalin tanggung jawab"
"Lanjut aja kan lumayan bisa deket ketos ganteng" Ara menyenggol lengan Lisya sambil menggodanya
"Kampret liat muka lempengnya gue udah gak tahan pengen nabok"
Mereka tertawa mendengar ucapan Lisya.
"Emang paling bener orang yang tahan sama Jewar itu Sasya. Btw ada perkembangan hubungan kalian?" Seira menatap Sasya
Sasya dengan cepat membantah dengan malu-malu "hubungan apa sih, kami itu cuma sekedar ketos dan waketos"
"Tapi sering kerja sama diluar. Sambil ngedate ya sya" Ara menggodanya
"Cieee cocok dah lu berdua" Alan tambah menggodanya begitu juga yang lain ikut menggoda Sasya
"Nongkrong di luar berdua mulu lo sama Jewar" ujar Aren
"Ih kami itu cuma ngerjain tugas OSIS bukan nongkrong gak jelas. Lagian kadang kan dirumah dia" Sasya membantah
"Waduh di bawa kerumah, udah jauh mainnya. Kalah jauh lu Ren" Alan memukul pundak Aren
"Sebanyak banyaknya cewek gue, belum ada yang gue bawa ke rumah, rencananya sih Lisya yang mau gue ajak" Aren mengedipkan sebelah matanya pada Lisya dan diberi jari tengah oleh gadis itu
"Rumahnya dimana sih?" tanya Seira
"Udah kenal ortunya?" tanya Ara
"Rumahnya gak jauh amat sih sekitar setengah jam kesana pake motor dia tapi gue lupa alamatnya terus pas kesana nyokap nya aja yang sering dirumah kalau bokap nya mah sibuk" Sasya berucap dengan semangat
"Cieee"
"Sana jadian"
Sasya tersipu malu saat mereka menggodanya. Lisya yang ikut menggoda kemudian ingat jika Jewar tidak tinggal di rumah melainkan di apartemen. Belum lagi katanya rumah orangtuanya Jewar itu di Yogyakarta. Sekarang Lisya bingung, siapakah yang berbohong diantara Jewar dan Sasya?
Drittt
Dritt
Ponsel Lisya bergetar yang letaknya di atas meja kecil di dekat Kalvin. Kalvin mengambil nya dan langsung menerima panggilan itu dan menyalakan speaker dengan tatapan protes dari Lisya
"Ke ruang OSIS sekarang, gue bantuin tugas lo" Lisya langsung mengambil ponselnya
"Otw" Lisya langsung menutup teleponnya
"Gak sopan" cibir Lisya pada Kalvin
"Rada curiga gue kalau Jewar nelpon lo" Kalvin tertawa pelan
"Dia kan bu sekretaris jadi wajarlah dicari cari ketos" ujar Ara
Lisya tak menghiraukan nya dan lebih turun dan memakai sepatunya. "Nugas dulu guys"
"Yayang, semangat hehehe" Aren berdiri di pintu dan tertawa kecil memberi semangat
"Pengen jadi sekretaris OSIS juga biar bisa deket ketos ganteng" Ara berucap tanpa sadar dan mendapatkan jitakan dari Sasya.
...****************...
"Jewar, plis kasih gue ide" Lisya ingin menangis sambil menatap laptopnya
"Emang Bu Nita ngomong apa aja?"
"Pengen yang tradisional tapi pas diusulin tari daerah, nyanyi daerah atau silat malah gak mau terus gue harus apa" Lisya berucap dengan lemah
"Gimana kalau" Jewar memberi ide untuk menggabungkan hal daerah nanti. Lisya berbinar mendengar ide brilian dari Jewar
"Oke pas, makasih. Gak bakal ditolak lagi sih" Lisya langsung mengetik di laptopnya untuk penambahan acara disana
"War, Lo boong ya sama gue, bilang kalau rumah lo di Jogja" Jewar menatap Lisya bingung. Bukan apa, tapi Lisya itu orang kepoan apalagi mendengar dua ucapan yang berbeda.
"Rumah gue emang di Jogja"
"Tapi bilang Sasya rumah lo gak jauh dari sini cuma setengah jam. Sedangkan lo bilang rumah lo jauh jadi nyewa apartemen. Yang bener yang mana sih?" Lisya menatap Jewar serius
"Sasya sok tau" Jewar berucap dengan dingin. Lisya langsung mengatupkan mulutnya dan lanjut mengetik
Diam-diam Lisya menyeringai, kesimpulan sementara bahwa Sasya yang berbohong. Lisya tertawa dalam hati pembully satu itu menceritakan terlalu berlebihan but cintanya bertepuk sebelah tangan. Sepertinya usulan Sabela membuat Lisya tertarik.
Membuat Sasya cemburu melalui Jewar, tidak buruk kan.
...****************...
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan