Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
delapan belas
Hari ini Aldara pulang sedikit terlambat karena hari ini ada pertemuan anggota ekstrakurikuler basket untuk pertama kalinya.Untungnya hari ini, ekskul tidak terlalu lama karena hanya sekedar perkenalan dan pemberitahuan jadwal latihan mereka.
Aldara berjalan menuju ke gerbang sekolah,hari ini ia memilih untuk naik angkutan umum.Sepedanya kembali rusak karena terjebak di tengah-tengah tawuran beberapa waktu lalu.
Saat berada di koridor terakhir,ia lihat orang-orang berbondong-bondong menuju ke gerbang samping.Keningnya berkerut pasalnya di luar gerbang samping itu ada sebuah jalan, sedetik selanjutnya suara hantaman dan riuh terdengar dari gerbang samping.Karena penasaran,Aldara memilih untuk melihatnya.
Dari jarak beberapa meter bersama segerombolan orang lainnya,ia melihat dua sekolah SMA sedang baku hantam di luar gerbang sana.
"Mereka punya otak gak si? Tawuran kok di jalanan umum,Deket sekolah pula kalau ada orang gak sengaja lewat gimana coba? Emang apa coba untungnya tawuran?"
Aldara menghela napas, untungnya halte untuk menunggu angkutan umum ada di jalur yang berbeda.Sebelum ia berbalik,matanya menangkap sosok Aldo yang hendak melintasi jalan tersebut.Telinga laki-laki itu ditutupi headphone dan matanya fokus pada ponselnya,sehingga ia tidak menyadari jika beberapa meter di depannya sedang ada kerusuhan.
Aldara membelalakkan matanya,jika laki-laki itu sampai ke tengah kerumunan itu jelas dia akan babak belur.Ia juga tidak bisa meneriaki laki-laki itu,karena kerusuhan di depannya saja ia tidak mendengar apalagi hanya teriakannya.
"Arrrgh!",Aldara mengacak rambutnya sendiri.Ia segera berlari menyusul laki-laki itu,ia berpacu dengan waktu,ia harus bisa menarik laki-laki itu sebelum lawan menyadari keberadaannya.
Aldara berlari sekencang mungkin dan untungnya ia masih bisa menahan laki-laki itu.
"Aldo!", panggil Aldara sambil memegang bahu laki-laki itu.
Laki-laki itu berbalik."Al? Kenapa?",tanya laki-laki itu.
"Ayo pergi dari sini."
Kening Aldo berkerut,ia lalu melepas headphone-nya.Detik itu juga ia mendengar suara ribut di belakangnya,ia kembali membalikkan tubuhnya,seketika wajahnya menjadi pucat melihat kerumunan orang yang saling baku hantam di depan sana.
"Aldo,ayok cepet kita pergi!"
Belum sempat sempat ia meraih tangan laki-laki itu, seseorang terlebih dahulu menarik kerah Aldo dan memukul wajahnya sehingga laki-laki itu terjatuh ke aspal.
"Oh,jadi Lo yang namanya Aldo!", ujar laki-laki yang tadi memukul Aldo,ia terlihat marah dan hendak melayangkan pukulan lagi pada laki-laki itu.
Aldara segera maju,ia merentangkan tangannya untuk melindungi Aldo."Jangan!"
"Minggir Lo cewek! Gue gak ada urusan sama Lo!",ujar Arbani dengan rahang yang mengetat.
Aldara menatap laki-laki itu."Dia juga gak ada urusan sama Lo.Lo salah orang,dia bukan lawan Lo!"
"Gue bilang minggir!"Arbani yang sudah seperti orang kesetanan itu mendorong tubuh Aldara.Aldara yang memang belum siap terhuyung karena dorongan itu,jika saja tidak ada orang yang menahan tubuhnya mungkin ia akan berakhir seperti Aldo.
"Jangan!",teriak Aldara ketika melihat Aldo yang lemah ditendang oleh laki-laki itu.
Sesuatu dalam diri Aldara bergejolak,ya setan dalam dirinya seakan minta untuk keluar.Ia menarik napas dalam,berusaha untuk menahannya,jangan sampai ia menyakiti seseorang lagi.
Di saat ia sedang menenangkan diri,suara sirine terdengar dari kejauhan.Aldara bernapas lega,sontak kerumunan itu berlarian.Ternyata keberuntungan masih berpihak pada Aldo.
Tunggu,tapi kenapa Aldo dibopong untuk di bawah kabur oleh orang yang memukulinya?
Keningnya berkerut ketika ia diseret oleh orang yang tadi menahan tubuhnya.
"Maaf,tapi gue mau bicara sama Lo."Ucap orang itu sambil membawanya kabur, menghindari kejaran polisi.
____
Mudah saja jika Aldara ingin melarikan diri,tapi mengingat Aldo yang juga dibawa pergi membuatnya mengurungkan niatnya.Yang membuat Aldara heran adalah kenapa hanya dia dan Aldo saja yang dibawa pergi oleh Padahal orang-orang yang tadi mereka hajar malah dibiarkan pergi begitu saja.Padahal mereka seharusnya sadar jika dirinya dan Aldo bukan dari lawan tawuran mereka.
Setelah dibawa lari secara brutal,mereka berhenti di sebuah gedung kosong yang tidak terawat,banyak rumput-rumput liar di sekitar gedung itu sehingga keberadaan mereka mungkin tidak akan diketahui oleh orang lain.Arbani melepas pegangannya pada Aldo sehingga laki-laki itu ambruk karena kelelahan dibawa lari.
"Aldo!",pekik Aldara.Ia segera berlari menghampiri temannya yang tengah terkapar itu.ia berjongkok dan berusaha membantu laki-laki itu untuk bangun.Menepuk-nepuk rambut laki-laki itu yang kotor karena terkena tanah dan daun-daun kering yang menempel.
Aldara menatap tajam laki-laki yang membawanya dan Aldo.
"Maksudnya apa bawa kita ke sini? Kalian tau kan kalau ini sama aja penculikan?",ujar Aldara pada dua laki-laki itu.
Albara berjongkok,ia lalu menarik tangan Aldara agar menghadap ke arahnya.
Dengan kasar Aldara menepis tangan laki-laki itu." Lepasin kita! Kalian tuh salah tangkap orang,"ujarnya berusaha menjelaskan.
Albara tak mendengar ucapan Aldara laki-laki itu malah fokus menatap matanya.
"Siapa Lo sebenarnya?",tanya Albara dengan nada menyudutkan.
Aldara merasa jantungnya berdebar,untuk beberapa saat ia terpaku.Apakah laki-laki itu mengingatnya? Tapi rasanya tidak mungkin.Jelas saat itu Aldara memakai masker,selain itu saat ini ia memotong rambutnya agar lebih pendek dan membuat poni untuk menutupi luka di keningnya.Dan juga ia sempat menutup lukanya memakai concealer.Tentu dengan ini tak akan ada yang mengenalinya.
"Apa si? Cepet lepasin gue sama temen gue!"
"Gak usah ngalihin pembicaraan,gue kenal Lo,kita sebelumnya pernah bertemu kan?",ujar Albara sambil menatap gadis itu.
"Lo bawa gue cuma buat nanya itu? Hei,liat temen terluka parah.Dia harus buru-buru diobatin."
"Jawab dulu pertanyaan gue,siapa Lo?",tanya Albara dengan nada yang sedikit meninggi.
Aldara menatap mata laki-laki itu."Maaf waktu itu gue langsung pergi,makasih karena udah hibur gue dan traktir gue mie ayam."
"Hibur Lo? Mie ayam?"
"Iya,Lo cowok yang nemuin gue di jembatan itu kan? Lo ngira gue mau bunuh diri,padahal gue cuma diem di sana."
Albara mengerjap, ternyata spekulasinya salah. Diam-diam Aldara menghela napas, untungnya jauh di depannya ini gampang terkecoh.Dugaan dia masih belum jelas,jadi dengan mudah Aldara mengalihkannya.
"Lo cewek yang mau bunuh diri malam itu?",tanya Albara memastikan.
Aldara mengangguk."Nama Lo Albara,kan?",tanya Aldara dengan raut polos.
Albara terlihat mendesah kecewa.ia mengusap wajah kasar.Meskipun begitu ia tidak mau menyerah begitu saja.
"Nama Lo siapa?"
"Gue gak ada waktu buat kenalan,gue harus tolongin temen gue."
Albara mencondongkan tubuhnya yang lebih tinggi ke arah Aldara dengan mata ang menyipit.Sial, laki-laki itu terlalu gesit mencari celah.
"Lo Kalista kan?", tanyanya.
Aldara terdiam.Jelas dia orang baru yang mengenali Kalista setelah dirinya memilih untuk berhenti menggunakan kemampuannya.Karena kalau dia tau dirinya sejak dulu,dengan mudah ia bisa mengenalinya.
"Gue Aldara.Lo nyari yang namanya Kalista kan? Berarti Lo salah orang.Kalian salah sasaran,gue sama temen gue gak ada urusan dengan kalian.Jadi,biarin kita pergi."
Aldara baru saja hendak meraih tangan Aldo,tetapi di cegah oleh Albara.
"Maaf kalau gue nyeret Lo ke sini,tapi temen Lo itu bener-bener bermasalah sama kita.
"Aldo?",tanya Aldara dengan raut tidak percaya.
Cowok cupu yang pendiam itu,cari masalah dengan preman sekolah seperti Albara? Mana mungkin!
"Temen Lo udah ngelecehin adiknya Arbani."
"Hah?"