Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
**Revisi**
Haiii... Para readers kesayangan mamak, maaf ya, bab ini sedang di revisi, mohon maaf membuat kalian bingung.
"Daniel, apa kamu tau pergi kemana Alisa dan orang tuanya?" tanya oma Prita, mendatangi tempat kerja sang anak.
"Saya tidak tau ma, Alisa tidak bilang mau pergi kemana saat mengundurkan diri dari rumah sakit ini." bohong dokter Daniel, sebenarnya dia tidak tega berbohong dengan mamanya itu, namun dia tidak punya pilihan lain selain berbohong, karena anak angkatnya itu yang tidak mau keluarganya tau dia berada dimana, dia sudah berjanji kepada Alisa, tidak akan memberi tahu siapa pun dimana keberadaannya, sekalipun itu ke dua orangnya, dokter Daniel tidak ingin Alisa menghilang dari pantauannya, apa lagi saat ini Alisa sedang mengandung pewaris Keluarga Kalandra tersebut.
"Haa.... Mama sangat merindukannya, apa lagi mama baru tau cucu mama itu sedang mengandung." ucap sendu bu Prita.
"Jangan terlalu di pikirankan, ma. Suatu saat nanti pasti Alisa akan bertemu kita." ujar dokter Daniel mengelus punggung tangan sang mama, sungguh dia tidak tega melihat wajah sedih mamanya itu, namun dia tidak bisa berbuat apa apa.
"Mama takut dia hidup tidak baik baik saja di luar sana Niel. Apa kah dia tinggal di tempat yang layak, makan makanan bergizi, mama khawatir, anak itu sama sekali tidak membawa uang pemberian Rafael, dan bahkan Alisa memulangkan semua kartu yang di berikan oleh Rafael, orang tuanya pun mengembalikan rumah dan juga usaha yang Rafael berikan, bahkan orang tuanya memberikan tabungan keuntungan dari toko yang mereka kelola." Keluh oma Prita.
* Anakku memang hebat, dia tidak silau dengan harta, menyesal lah kau keponakan kesayanganku, akibat kebodohan mu, kamu kehilangan istri baikmu itu, yang jauh lebih baik dari mantan tunangan kau itu* gumam dokter Daniel.
"Ya sudah lah, klau gitu mama pulang dulu, klau ada kabar tentang Alisa jangan lupa kabarin mama." ujar bu Prita berdiri dari duduknya.
"Nanti saya kabari klau saya menemukannya, mari saya antar ke parkiran." ucap dokter Daniel.
"Tidak usah, mama bisa jalan sendiri, urus saja pekerjaan mu itu." tolak oma Prita.
”Mama lebih penting dari pada pekerjaan saya, ma." oceh dokter Daniel merangkul bahu sang mama.
"Ck, kau berlebihan sekali." gerutu oma Prita.
Dokter Daniel hanya terkekeh kecil mendengar ocehan sang mama.
"Bagaimana keadaan menantu mama?" tanya oma Prita menanyakan keadaan dokter Tuti sang menantu.
"Alhamdulillah baik ma." sahut dokter Daniel.
"Syukurlah klau begitu, jangan sekali kali kamu menyakiti hatinya, nak. Walau pun dia tidak mampu memberikan kamu keturunan, bukan bearti kamu seenak hati bermain hati dengan wanita lain, di dalam hati kecilnya pun menginginkan mempunyai keturunan, mama sangat tau dia sangat terluka karena dia tidak mampu melahirkan buah hati untuk dirimu, kalian bisa mempunyai anak, walau bukan anak kandung sendiri, kalian bisa mengadopsi anak dari panti asuhan." ucap Oma panjang lebar.
"Terimakasih mama, mama bisa menerima kekurangan istri saya, mama tidak mendesak saya untuk memiliki keturunan, terimakasih. Mama menerima segala kelebihan dan kekurangan istri saya, dan saya tidak mungkin akan menghianati istri saya ma, mana mungkin itu terjadi, mama tau bukan, saya bisa bangkit dari keterpurukan saya karena siapa, saya bisa berdiri tegak seperti ini karena dukungan istri saya ma, mana mungkin saya bisa menduakan istri saya, mungkin banyak wanita cantik di luar sana mau bersama saya saat ini, apakah mungkin bisa menerima keadaan saya yang lumpuh saat itu, jawabanya pasti tidak, hanya istri saya lah perempuan baik hati yang menerima kekurangan saya, apa lagi saat itu saya sangat sangat egois dan pemarah, karena tidak bisa menerima takdir saya saat itu, namun dengan kesabaran dan ketekunan istri saya, saya bisa bangkit seperti ini, dan satu lagi, belum tentu istri saya yang tidak subur, bisa saja saya yang tidak subur, karena kecalakaan waktu itu, karena sampai saat ini saya belum melakukan tes kesuburan, karena istri saya tidak ingin melakukan hal itu, dia bilang ikuti saja alur cerita dari Tuhan, kita nikmati saja hidup ini dengan santai, jangan pernah dengarkan omongan orang, itu lah yang selalu istri saya bilang." ucap dokter Daniel berkaca kaca.
"Syukurlah, klau kamu sadar tentang itu, nak." ucap bu Prita merangkul lengan sang anak.
Sementara di balik tembok ada seorang wanita paruh baya, yang menangis tergugu mendengar pembicaraan ibu dan anak itu.
"Terimakasih mama, andai bukan mama yang menjadi mertua ku, bisa saja saat ini saya sudah menjadi janda karena tidak bisa memberi keturunan untuk putra mama, namun mama tidak melakukan hal itu kepada saya, saya sangat bersyukur di pertemukan dengan mama, maafkan saya ma, karena saya tidak bisa memberi tau hal yang sebenar nya, saya takut Mas Daniel kembali terluka, dan tidak percaya diri, tapi... Mama tenang saja, kami telah mengangkat anak, dia adalah cucu menantu mama sendiri, mama pasti akan senang suatu saat nanti." gumam dokter Tuti menatap penuh haru punggung mama mertua dan juga suaminya yang semakin menjauh darinya.
"Nak, kamu yakin tidak ingin memberi tau oma dan opa tentang keadaan kamu, kasian dia sayang, dia sangat menyanyangi kamu dari dulu." ucap sang ibu.
"Nanti saja bu, aku takut klau memberi kabar kepada oma, dan mas Rafael tau, bukan tidak mungkin dia akan datang ke sini, dan mengambil anak ku, aku tidak mau bu, aku tidak ingin kehilangan anakku." sahut Alisa sendu, sejujurnya dia pun sangat merindukan sang oma, tangannya gatal ingin mengirim pesan kepada oma, bertanya apakah oma sudah makan apa belum, sudah minum vitamin, apakah selalu kontrol kesehatan, tapi... Semua itu urung dia lakukan, karena takut Rafael akan tau keberadaannya.
Bu Lastri hanya mengangguk tanda mengerti, apa yang di ucapkan sang anak memang ada benarnya juga.
"Bagaimana usaha ayah dan ibu?" tanya Alisa, ayahnya memang kembali membuka toko sembako walau tidak sebesar toko yang dulu dia kelola.
"Alhamdulillah... Makin hari makin ramai, karena toko kita walau kecil tapi semuanya lengkap, dan harganya lebih murah dari toko toko lainnya, di tambah jarak toko sembako di sini lumayan jauh juga, rencananya ayah mau jualan on line gitu, sekarang kan ibu ibu males keluar rumah, dan lebih suka belanja on line, dan di antar ke rumah, ayah mu rencananya mau buka seperti itu." tutur bu Lastri.
"Wahhh.... Bagus itu ide ayah, klau gitu ayah harus punya karyawan laki laki satu lagi." sahut Alisa senang, sungguh dia tidak menyangka ayahnya punya ide cemerlang seperti itu.
"Sudah ada kok, anak tetangga yang baru lulus tahun ini, dia kemaren ngelamar kerjaan sama ayah, dan kebetulan anaknya bisa bawa motor juga." ujar bu Lastri.
"Bagus klau gitu bu." sahut Alisa menganguk anggukan kepalanya.
Hari berganti bulan berganti, kandungan Alisa sudah memasuki bulan lahirnya, namun Alisa tidak pernah pantang menyerah, dia terus bekerja belum mengambil cuti lahiran, katanya "cutinya nanti saja, saat hari lahiran saja, agar lama menghabiskan masa cuti dengan anak anaknya nanti", di tambah klau mau lahiran dia tidak akan repot repot untuk keluar dari tempat kerjanya, karena dia akan lahiran di rumah sakit itu sendiri.
" Sa, lu yakin ngak mau memberitahu suami kamu, klau saat ini kamu mau lahiran? " tanya Alina.
"Tidak, buat apa? akun yakin dia sudah hidup bahagia bersama istri barunya, wanita yang sangat dia cintai dari dulu." tutur Alisa.
"Kamu yakin dia sudah menikah? kan kamu belum menerima surat cerai darinya." ujar Alina.
"Haa... Biarkan saja, toh walau akun belum di cerai sama mas Rafael, aku tidak akan mau dimadu, aku lebih memilih mundur, aku bukan wanita yang haus belaian laki laki, toh sebentar lagi aku akan memiliki anak anak yang lucu, waktuku akan banyak tersita untuk anak anakku." ujar Alisa dengan mengelus sayang perut buncitnya, ada getir yang dia rasa di relung hatinya, lain di hati, lain di mulut yang Alisa ucapkan.
Bagi wanita hamil sepertinya pasti merindukan belaian suami, ada ngidam yang dia inginkan di lakukan oleh suaminya, namun egonya lebih tinggi, dan memilih menghalau rasa rindu dan ngidamnya, tanpa dia tau Rafael pun ikut merasakan ngidam tak kesampaian Alisa itu.
Hampir setiap hari Rafael ingin makan ini dan itu, belum lagi dia mual muntah dan badan terasa lemah, namun tak ada keluarganya yang perduli, karena rasa kecewa mereka terlalu besar kepada Rafael, sungguh Rafael sangat mengenaskan.
"Aww... Awww..." pekik Alisa merasakan mules yang begitu kuat, memang dari semalam dia sudah merasakan mules, namun Alisa memilih diam, dan masih bekerja untuk menghindari pikiran pikiran tegangnya.
"Sa, kamu kenapa? mau lahiran ya? ayo, kita ke IGD." pekik Alina sedikit panik.
"Alisa kenapa?" tanya Wildan ikut panik.
"Kayanya mau lahiran. " sahut Alina.
"Tunggu sebentar, aku cari kursi roda dulu." gegas Wildan mencari kursi roda.
"Ayo." ujar Wilda memapah Alisa naik ke atas kursi roda.
"Terimakasih, Wil." gumam Alisa menahan sakit di pinggang dan perutnya.
"Al, tolong ambilkan tas perlengkapan melahirkan di dalam mobil ku." pinta Alisa.
"Iya, nanti ku ambilkan, sekarang kita ke IGD dulu." sahut Alina.
"Yang, kamu ke resepsionis aja, dan telpon orang tua Alisa." tukas Wilda yang pada akhirnya mereka jadian bahkan mau bertunangan.
"Baiklah." patuh Alina.
Beberapa saat berlalu, dengan penuh perjuangan, Akhirnya Alisa berhasil melahirkan sepasang anak kembar yang sangat tampan dan cantik secara normal.
"Uuuhhh.... Kamu kenapa sangat mirip dengan ayah mu, hmm... Bagaimana bunda bisa melupakannya kalau kaya gini." gumam Alisa.
Sementara di tempat lain, Rafael sangat gelisah, pikirannya tertuju kepada sang istri, apakah istrinya sudah lahiran atau saat ini sedang berjuang untuk melahirkan anaknya.
"Sayang, bagaimana kabarmu, mas merindukan mu, tolong hubungi mas, sayang. Mas ingin menemani hari harimu dan anak kita." gumam Rafael memandang jauh kedepan dengan tatapan kosong dan mata berkaca kaca.
Sungguh berat hari hari yang di lalui oleh Rafael, semenjak kepergian Alisa, apa lagi dia tau saat istrinya pergi sedang mengandung buah hati yang sudah sangat lama dia inginkan
Bersambung.....
Hallo.... Jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘
loe aja yg bodoh Rafael nikmati aja kebodohan dan penyesalan loe