Sang penjaga portal antar dunia yang dipilih oleh kekuatan sihir dari alam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon faruq balatif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Araya
Kembali ke masa pertempuran besar. Para anggota Giory yang terjebak dalam dimensi pertengahan tidak mengetahui apa yang terjadi di dunia nyata. Para aliansi penyihir, termasuk ayah Viline, mendengarkan pesan terakhirnya dan memahami apa yang ia lakukan di dalam
dimensi pertengahan. Vincente tidak mampu menahan emosi yang meluap di dadanya, ia menerjang Kuos tanpa henti, penuh amarah.
Kuos, yang tidak lagi menerima energi dari dimensi kegelapan, mulai kewalahan menghadapi serangan bertubi-tubi dari Vincente. Para pemimpin aliansi lain dan para penyihir yang ada di sana juga menghujani Kuos dengan serangan mereka. Akhirnya, Kuos jatuh dan tersungkur menghantam bebatuan di bawahnya.
Murarian dengan cepat melemparkan tombak apinya ke arah Fergo, dan Fergo dengan cekatan menghujamkan tombak itu ke dada Kuos hingga ia tertancap di bebatuan. Meski Kuos sudah tak berdaya dan terkunci dalam
keadaan tragis, amarah Vincente belum reda. Dengan kekuatan sihirnya, Vincente menarik batu-batu besar dari atas dan menimpakan semuanya ke tubuh Kuos hingga hancur tak tersisa.
Murarian, yang terluka parah, tersungkur dan tak mampu bangkit lagi, hingga akhirnya pemimpin klan Murar itu harus kehilangan nyawanya. Ribuan nyawa melayang dalam pertempuran itu, ribuan lainnya terluka, dan
kehilangan sang penjaga portal meninggalkan luka yang mendalam bagi semua orang. Kemenangan itu harus dirayakan dengan air mata.
Lima hari setelah pertempuran besar itu berakhir, semua orang berkabung di depan ribuan makam. Udara dingin dan hujan yang turun menambah kelam hari itu. Tak ada yang lebih menyedihkan daripada menatap ribuan
makam kosong, masing-masing dengan nama yang mereka buat untuk mengenang Viline dan kelompoknya. Hanya itu yang bisa mereka lakukan untuk mengenang mereka.
Vincente berdiri diam, memejamkan mata, mengenang putrinya yang pemberani. la menyesal pernah memaksakan keinginannya agar putrinya menjadi penerusnya, hingga akhirnya mereka berpisah karena ia mengusir Viline dari keluarga mereka.
Semua itu terjadi karena Vincente mengetahui hubungan Viline dengan seorang pria biasa dari desa kecil. Emosinya terpancing ketika putrinya, seorang kesatria wanita yang ia
cintai, menolak keinginannya dan lebih memilih hidup bersama pria biasa yang tidak memiliki kekuatan sihir. Vincente menyayangi putrinya dan hanya ingin yang terbaik untuknya, tetapi Viline merasa punya hak
untuk menentukan hidupnya sendiri.
Arya, itulah nama pria yang telah merebut hati Viline. Sebagai wanita yang rendah hati, Viline selalu senang berada di antara warga biasa. la memilih menetap di sebuah desa kecil yang jauh, di mana kehidupan berjalan normal tanpa campur tangan sihir. Bahkan, orang-orang di sana tidak menyadari bahwa Viline adalah seorang penyihir hebat yang sangat ternama. Di kota kecil bernama Arke, Viline hidup menumpang di rumah pasangan tua bernama Jio dan Yuma. Kedua orang itu menjadi keluarga barunya di kota tersebut.
Suatu hari, saat sedang berjalan-jalan di kota, Viline bertemu dengan Arya, seorang pemuda tampan yang menjual kerajinan tangan dan bunga. Pertemuan itu memercikkan cinta pada pandangan pertama di antara mereka. Viline, yang merasa jatuh hati, berpura-pura
menanyakan bunga yang dijual Arya. Mereka saling sapa dan tersenyum satu sama lain. Percakapan yang awalnya biasa saja berubah menjadi obrolan hangat.
Arya, yang sedang membuat cincin, tiba-tiba menghadiahkan cincin itu kepada Viline. Viline, yang merasa malu karena merasa terlalu agresif, mencoba membayar cincin tersebut, tetapi Arya menolak dan
mengatakan bahwa itu adalah hadiah perkenalan darinya. Dengan hati berbunga-bunga, Viline mengajak Arya makan
malam di pasar kota malam itu sebagai balasan. Tanpa berpikir panjang, Arya setuju.
Dari pertemuan itu, mereka menjadi semakin dekat, dan rasa cinta di antara mereka semakin kuat. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Saat Viline
membuka rahasianya sebagai seorang penyihir, Arya tetap menerima Viline apa adanya. Kehidupan mereka begitu bahagia, harmonis, dan penuh cinta.
Kebahagiaan mereka semakin lengkap dengan kabar kehamilan Viline yang membuat keluarga mereka semakin utuh. Namun, kebahagiaan itu hancur seketika. Sebuah sihir yang dikirim oleh orang tak dikenal merenggut nyawa Arya. Amarah Viline memuncak. la menangis dan bertekad mencari pembunuh suaminya, tetapi di tengah amarahnya, ia merasakan rasa sakit luar biasa di perutnya.
Kehamilan yang sudah mendekati waktunya akhirnya mencapai puncak bersamaan dengan kematian suaminya. Viline, yang terjatuh ketika hendak pergi, dibawa oleh
kakek dan nenek Jao ke rumah tabib yang tak jauh dari rumah mereka. Kondisi Viline sangat mengkhawatirkan, tetapi akhirnya ia dan bayinya selamat.
Tiga bulan setelah hari itu, Viline mendapat informasi bahwa pembunuh suaminya berasal dari wilayah tempat tinggalnya dahulu. la syok. Satu-satunya orang yang mungkin memiliki masalah dengannya adalah ayahnya
sendiri. Perasaannya bercampur aduk, menolak memercayai bahwa ayahnya bisa sekejam itu. "Tidak mungkin Ayahku sekejam ini," katanya sambil menangis, memeluk anaknya yang baru lahir, Araya.