NovelToon NovelToon
Love Is Never Boastful

Love Is Never Boastful

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Beda Usia
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yuliastro

Mengisahkan tentang kehidupan pasangan yang berbeda latar belakang,antara keluarga elit dengan seorang gadis dari kalangan keluarga biasa dan sederhana.Kayyisa Virly Putri(Kay) terpaksa menikah secara diam-diam di usianya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Awalnya Kay tidak setuju untuk menikah,tapi keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan dan terlilit banyak hutang.Memaksa Kay harus menyetujui pernikahan secara ikhlas untuk memperbaiki keuangan keluarganya.Namun,pernikahan rahasia yang ia jalani tidaklah mudah.Karena ia harus berjuang menyesuaikan diri dengan kehidupan mewah kelas atas dari keluargabarunya,dan mengharuskannya terus belajar berbagai banyak hal sambil terus berusaha beradaptasi dengan suami yang tidak menyenangkan,yang memiliki hati dingin dan angkuh yang bernama Ben Nathan Hartanto(Ben).Seorang CEO muda ternama sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Hartanto.Keduanya saling tak menyukai,tapi tetap menjalankan pernikahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perasaan yang tidak biasa.

Kedua tangan Ben mendarat dengan lembut di pinggang Kay,hingga remasan kecil dari jemari tangan Ben tidak membuat Kay sadar akan jarak yang semakin menipis di antara mereka berdua.

Wajah dingin Ben menatap Kay lekat,hingga membuat napas Kay tertahan di tenggorokan. Ada tatapan aneh di wajah Ben yang membuat Kay gelisah.

Kay berpaling tak berani menatap wajah Ben yang tiba-tiba terlihat sangat tampan dan menawan.

"Kenapa kau tidak menatapku,Kay?"Ben berbisik pada telinga Kay dengan lembut.

Jantung Kay berdegup sangat kencang. Dia benar-benar gugup dan takut.

"Menjauhlah dariku!."Suara Kay terbata sembari mendaratkan kedua tangannya di dada Ben untuk memberi jarak agar pria itu menjauh darinya.

"Kenapa kau tidak senang berada di dekatku?dan bersikap ramah dengan Zidan?,"kata Ben,mengernyit menunggu jawaban Kay.

Kay sedikit mendongak agar bisa menatap wajah Ben. "Mas Zidan temanmu dan sekarang juga menjadi temanku." Kay menelan salivanya dengan kasar. "Kau itu aneh! Aku tidak nyaman berada di dekatmu."

Ben terkekeh. "Maksudmu Zidan bisa membuatmu merasa nyaman?begitu?."

Ben memandangi wajah Kay dengan sorot mata tajam dan membuat Kay begitu gelisah.

"Kau istriku Kay.Dan aku tidak suka jika kau tersenyum pada pria lain selain aku,"ujar Ben pelan ,dan meraih kepala Kay  dengan kedua tangan,lalu mencium pipinya dengan lembut.

Kay terperanjat,dengan matanya yang membulat.Dia seolah mati rasa oleh kesadaran bahwa ini benar-benar terjadi.

Ben tersenyum, memandangi wajah Kay yang menegang dengan semburat merah di kedua pipinya.

"Ayo!"ajak Ben.

Kay masih berdiri mematung memandangi Ben.

"Kenapa kau masih diam saja?kita akan menonton film"Ben mengernyit dengan  kesal saat mendapati Kay masih berdiri mematung. "Atau aku perlu menggendongmu,sayang?."

Kay tersentak dari lamunan,ekor matanya menatap tajam wajah Ben.

"Tidak.Aku bisa berjalan sendiri,"Kay buru-buru berjalan pergi.

Ben tersenyum lebar melihat tingkah Kay,lalu mengikutinya dari belakang.

***

Kay tersentak kaget, saat mengetahui jika Ben mengajaknya menonton film bukan di gedung bioskop.Tapi justru menonton film bioskop pribadi di kediaman keluarga Hartanto.

Kay tak berhenti berdecak kagum melihat ruangan bioskop pribadi keluarga Ben yang sangat luas dengan fasilitas super lengkap layaknya seperti di gedung bioskop pada umumnya.

Tapi bioskop pribadi di kediaman keluarga Hartanto  sangat mewah dengan fasilitas super lengkap dan canggih. 

Kay tidak hanya menonton film berdua dengan Ben,tapi juga dengan kedua orang tua dan nenek Ben.

Saat akan memilih tempat duduk di sofa. 

Kay melihat Ben sudah duduk lebih dulu di tempat duduk yang ingin ia duduki.

Ben duduk dengan santai dan tengah memandangi  Kay. 

Kay memalingkan wajah berusaha menutupi rasa gugupnya.

"Duduklah,"perintah Ben melirik sofa kosong di sampingnya. "Jangan buang-buang waktu hanya untuk menunggumu duduk."

Kay mendengus kasar. "Dia seperti bunglon,selalu bersikap semaunya.Kurasa sudah penyakit bawaannya untuk selalu bersikap angkuh dan menyebalkan"gumam Kay di dalam hati.

"Kenapa masih diam saja?tidak ingin duduk di dekat suami mu?" Ben mengernyit dengan kesal saat mendapati Kay masih berdiri di dekatnya. "Atau kau ingin kutarik dengan paksa."

Kay kaget mendengar kata-kata Ben.

Ben kembali bersikap arogan dan dingin.

"Tidak perlu.Aku bisa duduk sendiri,"Kay buru-buru menjawab dan duduk tepat di sebelah Ben.

Ben tersenyum kecil.

***

Mereka menonton film barat bergenre romance action.

Kay melirik ke arah Ben dengan perasaan gugup. Wajah dingin Ben terlihat begitu sempurna dan berwibawa.

Entah kenapa jantungnya terus berdegup kencang berada di dekat Ben.

Kay merasa gelisah dan sesak.Dia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.

Pandangan mata Ben tertuju pada layar di depannya.

Kay menghela nafas pendek dan merasa tenang,karena Ben tidak melihat ke arahnya.

Kay gugup setengah mati.Dia mencoba membuat dirinya nyaman duduk di dekat Ben.

Dalam keadaan pencahayaan yang gelap.Kay memberanikan diri untuk menatap Ben dengan seksama.

"Apa yang terjadi denganku?kenapa aku ingin terus memandangi wajahnya?tapi kurasa dia tidak akan menyadari jika aku memandangnya diam-diam"batin Kay di dalam hati.

Tapi Kay salah menduga,rupanya Ben menyadari jika Kay terus memandangnya.

Ben tersenyum kecil lalu meraih tangan Kay dan menggenggamnya erat.Satu tarikan lembut dari Ben,menghapus jarak diantara keduanya.

Kay dapat merasakan hembusan nafas hangat Ben.Saat pria itu  mendaratkan ciuman lembut di bibirnya,Kay tersentak kaget.Semua terjadi begitu cepat,bahkan Kay tidak ada waktu untuk berpikir.

***

Setelah menonton film,Nenek Ben mengajak anggota keluarganya berkumpul di ruang keluarga untuk minum teh bersama.

Kay ingin segera masuk ke kamarnya dan membenamkan dirinya di tempat tidur. Tapi ia tidak bisa menolak perintah nenek.

Kedua pipinya masih memperlihatkan semburat berwarna merah.

Kali ini Kay tidak berani untuk memandangi Ben,bahkan untuk sekedar melirik ke arah pria itu.Kay merasa sangat malu dan gelisah.

Keberaniannya seketika memudar.Entah apa yang terjadi,ia seakan merasa semua itu seperti mimpi untuknya.

Beberapa kali ia terlihat menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

Sebaliknya Ben yang sedang duduk dengan santai terus memperhatikannya sambil tersenyum kecil.

"Aku penasaran akan apa yang dipikirkan oleh Ben mengenai film yang  kita tonton tadi?"tanya Nenek Ben.

"Frankly speaking,the movie wasn't as good as I expected"jawab Ben.

"Benarkah?,"Nenek Ben mengernyit,lalu meletakkan cangkir teh yang sudah ia minum di atas meja. "Tapi wajahmu terlihat senang sekali setelah menonton film itu."

DEG.

Jantung Kay berdebar kencang mendengar kata-kata Nenek Ben.

Dia teringat Ben yang mencium bibirnya secara tiba-tiba.

"Karena pemeran utama wanita di film itu terlihat polos tapi bisa membangkang.Lalu tiba-tiba ia menjadi penurut,setelah ditaklukkan oleh tokoh utama pria yang dibencinya"sahut Ben.

Kay sedikit mendongak melihat ke arah Ben.

Tak sengaja matanya bertatapan dengan Ben.

Kali ini Kay tidak merasa takut menatap wajah Ben,hanya terlihat raut wajah kesal setelah mendengar kata-kata Ben yang membuatnya marah.

"Rupanya dia sengaja mempermainkan aku"batin Kay.

Tiba-tiba Nenek Ben bertanya pada Kay tentang pendapatnya setelah menonton film itu.

Tentu saja Kay gugup dan tegang.Karena ia tidak menonton film itu dan tidak mengetahui jalan ceritanya.Raganya ada disana,tapi pikirannya melayang pergi berusaha mengendalikan emosinya yang tidak menentu,saat Ben mencium bibirnya.

Kay bingung harus mengatakan apa,hingga ia mengingat kembali kata-kata Ben.

Dengan cepat Kay merangkai kata dan menginterpretasikan jika tokoh utama pria dalam film itu adalah Ben, sekaligus untuk menyindir Ben.

"I think the movie we just watched was great." Kay mencoba menjawab dalam Bahasa Inggris dan menunjukkan hasil belajarnya selama ini.

"The female protagonist in the movie we watched was not only beautiful but also intelligent, as she successfully captivated the arrogant male lead"imbuh Kay.

Kedua orang tua Ben tersenyum senang melihat progress kemampuan Bahasa Inggris Kay yang semakin baik.

Khususnya Mama Ben yang tidak segan-segan memuji Kay dan membuat Kay tersipu malu karenanya.

Sementara itu, Ben merespon kata-kata Kay dengan sorot mata tajam dan dingin.

Kay membalas Ben dengan senyuman tipis seperti meledek.

Nenek Ben tertawa senang lalu berkata,"Intinya kedua tokoh utama pria dan wanita di film itu sama-sama saling mencintai.Meskipun awalnya mereka asing,tapi mereka ditakdirkan untuk bersama,menjadi pasangan yang saling melengkapi." Nenek Ben memandang bergantian ke arah Ben dan Kay.

"Nenek berharap kalian berdua akan menjadi pasangan yang bahagia dan abadi"imbuh Nenek Ben.

Kay menunjukkan senyum kecil untuk merespon kata-kata Nenek Ben, sebaliknya Ben tetap diam dengan ekspresi tenang dan dingin.

Kay segera masuk ke kamarnya untuk menghindari pertemuan dengan Ben.

***

Di kamarnya,Kay tidak bisa memejamkan mata meskipun hanya sekejap.Kejadian di kediamannya tinggal bersama Ben dan di bioskop pribadi keluarga Hartanto,terus membuatnya terjaga dalam rasa gelisah.

Bahkan beberapa kali ia berusaha untuk memejamkan kedua matanya,rasa kantuk pun tidak datang menghampiri.

Kay berharap ingin segera tidur dan melupakan apa yang terjadi.Karena mengingat kejadian itu sungguh membuat dadanya sesak.

Kay yang tidak bisa tidur dengan nyenyak.Kemudian turun dari tempat tidurnya menuju taman kecil yang terletak tidak jauh dari kamarnya.

Kay ingin menghirup udara segar,ia berharap hal itu akan membuatnya merasa jauh lebih baik.

Baru beberapa langkah Kay berjalan.Dia mendengar suara Ben sedang menelpon dengan seseorang.

Ben tidak menyadari kehadiran Kay di dekatnya.

Pada awalnya Kay tidak mempedulikan dan melewati Ben begitu saja.

Tapi kemudian Kay tertegun saat mendengar Ben tertawa dengan seseorang yang menelponnya.

Karena penasaran Kay menghentikan langkahnya dan mencoba mendengarkan percakapan Ben.

Tiba-tiba ekspresi wajah Kay berubah menjadi sedikit,ketika mengetahui Dea yang sedang menelpon Ben.

Mendadak Ben berbalik dan terkejut melihat Kay berdiri tidak jauh darinya.

Kay dan Ben saling memandang.Tapi Kay buru-buru memalingkan wajah dan beranjak 

ke kamarnya dengan sedih.

"Dia terlihat sangat senang sekali."Kay menghela napas pendek.

"Pria sombong itu bahkan tak pernah tertawa sesenang itu saat sedang bersama ku"imbuhnya.

Dengan kaki tertekuk,Kay membenamkan wajahnya ke dalam rengkuhan tubuhnya.

Tanpa Kay sadari,Ben mengawasinya dari jendela pintu transparan dan merasakan kesedihan Kay.

Namun,Ben hanya diam dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menghibur Kay.

Sementara itu,Kay berusaha menghibur dirinya sendiri.

Dia mengambil ponselnya dan menghubungi kedua orang tuanya.

Wajah sedih Kay memudar perlahan setelah mendengar suara Ayah dan ibunya.

Begitu pula dengan kedua orang tuanya yang merasa senang sekali mendapat telepon dari putri kesayangan mereka.

Ibunya Kay menceritakan perihal rumah mereka yang akan selesai di renovasi.Dan juga bisnis mereka yang berkembang dengan pesat.Ibunya Kay menceritakan banyak hal mengenai keadaan mereka setelah Kay menikah.Bahkan Ibunya tidak sempat untuk menanyakan hal apa saja yang Kay lalui selama tinggal di rumah kediaman keluarga Hartanto.

"Jika Ibu dan Ayah memiliki waktu luang ku mohon kunjungilah aku, meskipun itu hanya sebentar."Kay menghela napas pendek dan hampir meneteskan air mata.

"Ibu tahu kan,jika aku tidak bisa sesuka hatiku untuk mengunjungi kalian.Jadi,jika sempat kumohon datanglah kemari menemuiku.Aku sangat merindukan kalian." Kay buru-buru menutup teleponnya,lalu menyeka air matanya yang telah mengalir deras.

Kay menyeka air matanya sambil menghela napas pendek beberapa kali.

"Kenapa aku masih merasa kesepian dan sedih?Ayah dan Ibuku sudah memiliki bisnis sendiri yang maju.Dan mereka sudah tidak memiliki hutang, sehingga tidak perlu takut didatangi debt collector lagi,"ucap Kay terbata-bata dengan suara parau, sambil menyeka air matanya yang masih terus menetes.

"Tapi? kenapa aku masih merasa tak bahagia mendengar semua itu? Setelah semua yang kulakukan,dan mewujudkan kebahagiaan keluarga ku agar mereka bahagia.Ada apa?apa yang sebenarnya terjadi padaku?.Kenapa aku merasa kosong dan sedih?"imbuhnya dengan suara bergetar.

Kay menggenggam tubuhnya dan membenamkan wajahnya ke dalam.

Ben masih berdiri di depan kamar Kay dengan tatapan iba.

Melihat kesedihan Kay,ia pun juga ikut merasa sangat sedih.

Ben mendengus pelan,lalu kembali ke dalam kamarnya dengan sedih, karena tidak bisa melakukan apapun untuk Kay.

***

Kay merasa sesak dan keluar dari kamarnya.

Entah kenapa langkahnya membawa dirinya menuju ke depan kamar tidur Ben.

Kay tersentak dan akan segera bergegas pergi.

Tapi begitu ingin berbalik,Kay tak sengaja melihat Ben sedang duduk termenung di sofa bed sambil menyandarkan kepalanya di punggung sofa.

Kay memperhatikan wajah Ben dengan seksama.Dan berusaha ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh Ben.

"Ekspresinya menunjukkan kalau dia sedang memikirkan tentang sesuatu yang sangat menyedihkan,"ucap Kay pelan sambil beranjak ke kamar tidurnya lagi.

***

Kay merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil memandangi langit-langit kamarnya.

Kay tidak bisa berhenti memikirkan ekspresi sedih wajah Ben yang terus mengusik pikirannya.

"Apakah dia begitu sedih karena tidak bisa menikahi gadis yang dicintainya?Apa dia merasa sangat kecewa karena hal itu?."

Tiba-tiba Kay teringat saat Ben menciumnya.

Mengingat kejadian itu membuat jantung Kay kembali berdetak kencang dan dadanya terasa sesak.

Kay berusaha memejamkan kedua matanya,

tapi tetap tidak bisa.

"Dia pria pertama yang menciumku?Lalu dia anggap aku ini apa?apakah dia menganggapku sebagai pelampiasan dan pelariannya saja?"batin Kay dengan wajah sedih.

Kay kembali teringat akan kata-kata Ben tentang pernikahan mereka yang hanya bersifat sementara.

Kay merasa kesal dan gelisah,karena tidak bisa berhenti memikirkan Ben.

Sementara itu,malam hari di penthouse Zidan tinggal.Dia sedang duduk setengah berbaring,sambil melihat galeri foto pada ponselnya. 

Tak sengaja Zidan melihat fotonya bersama teman-temannya di kelas kursus pastry.Tiba-tiba Zidan tersenyum saat melihat Kay di dalam foto itu.

"Dia gadis polos yang menarik.Entah kenapa aku merasa Kay adalah gadis yang istimewa.Aku ingin mengenalnya lagi lebih dalam"ucap Zidan.

Tidak lama kemudian,pintu kamar Zidan diketuk.

Rupanya mamanya yang datang.

Zidan segera beranjak dari tempat tidur dan membukakan pintu.

"Ada apa mah?"tanya Zidan datar.

Wajah Mama Zidan terlihat senang.

 

Zidan mengernyit bingung,"Kenapa mama terlihat sangat senang?"tanyanya lagi.

"Kau pasti juga akan senang mendengarnya sayang"jawab Mama Zidan.

Zidan hanya diam karena tidak bisa menerka apa yang ingin dikatakan oleh mamanya.

"Clara teman mama akan datang berkunjung ke rumah kita bersama Dea."

"Dea?apa istimewanya Dea..mah?,"tanya Zidan,sambil mengerutkan keningnya.

"Gadis itu akan menjadi senjata utama kita untuk menghancurkan keluarga Hartanto,sayang." Mama Zidan tersenyum lebar sambil menepuk lembut pipi Zidan.

"Besok kita harus menyambut kedatangannya dengan baik.Mama juga berharap,putra kesayangan mama akan menyempatkan waktu untuk menerima tamu istimewa kita"imbuh Mamanya Zidan.

Zidan hanya tersenyum tipis sambil mengangguk mengiyakan.

1
Yuni Andrianih
annyeong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!