Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Menjauh dariku, Xavier!" Lyra memberontak, mendorong dengan kuat tubuh besar Xavier yang memeluknya.
"Ah, tubuhku semakin hari semakin lemah. Jika tidak, akan sangat mudah bagiku menyingkirkan mu," gumam Lyra menarik napas dalam-dalam karena sesak akibat himpitan tubuh Xavier.
Tersadar, kedua mata Xavier membelalak saat teringat kondisi tubuh Lyra yang lemah. Ia melepas pelukan, dan memeriksa wajah gadis itu.
"Singkirkan tanganmu!" tolak Lyra menepis tangan Xavier yang hendak menyentuh wajahnya.
Namun, laki-laki tersebut tak mengindahkan penolakan Lyra, tetap menyentuh dagu itu dengan tangan kanannya. Lyra menghela napas panjang, tak ingin menghabiskan banyak tenaga untuk tetap bisa terjaga.
"Kenapa kau tidak mengatakan apapun tentang sakit mu ini, Lyra? Apa kau menganggap ku sebagai orang bodoh?" tanya Xavier dengan nada lemah lembut.
Keanehan para diri Xavier membuat tubuh Lyra merinding ngeri. Laki-laki di hadapannya berubah drastis, itu tak membuatnya senang.
"Kau sudah menyadarinya?" Lyra menepis pelan tangan Xavier yang memagut dagunya. Berpaling dari tatapan laki-laki itu menatap jendela yang tertutup tirai.
"Apa maksudmu, Lyra?" Xavier membalik wajah itu kembali, bersitatap dengannya cukup lama.
"Sudahlah, Xavier. Aku lelah, biarkan aku istirahat. Lusa aku akan pergi dan harus memiliki tenaga untuk itu," kilah Lyra menjauhkan tubuh Xavier darinya, ia merebahkan diri di ranjang dengan kepala berpaling. Menarik selimut hingga menutupi dada bersiap untuk tidur.
"Tunggu! Kau harus makan dulu, Nira sedang mengambil makananmu," sergah Xavier membantu Lyra untuk duduk kembali.
Kriet!
Tiba-tiba pintu terbuka, kepala pelayan masuk dengan lancang tanpa permisi. Membawa nampan berisi makanan untuk Lyra yang entah apa.
"Lancang!" desis Xavier dengan rahang yang mengeras. Dia tak senang waktunya terganggu terlebih sosok itu tak meminta izin pemilik kamar untuk masuk.
"Ah, Tu-tuan! Maafkan kelancangan saya, Tuan. Saya tidak tahu jika Anda ada di kamar ini!" Wanita bertubuh tambun itu gegas berlutut, nampan di tangannya nyaris saja terjatuh karena terkejut.
"Apa dia selalu seperti ini?" tanya Xavier menatap tajam pada Lyra.
Ada apa dengan laki-laki ini? Kenapa berbeda sekali malam ini? Biasanya juga memang seperti ini dan kau akan terlihat tak acuh.
Lyra menganggukkan kepala enggan berkata-kata. Lyra yang dulu sudah sangat sering melaporkan sikap para pelayan terhadapnya. Xavier selalu tak acuh dan akan menyalahkan Lyra yang terlalu bersikap manja. Akan tetapi, malam itu dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana sang istri sah diperlakukan oleh pelayan di mansion.
Xavier bangkit, berjalan mendekati kepala pelayan yang seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. Mata elang lelaki itu menatap tajam dua mangkuk dengan ukuran yang sama di atas nampan. Salah satunya berisi nasi dan satu lagi berisi ramuan.
"Apakah seperti ini makanan untuk Nyonya?" geram Xavier dengan kedua tangan terkepal erat.
Pantas saja tubuhnya Lyra. Ternyata selama ini dia tidak makan dengan baik.
Wajahnya menghitam karena emosi, gigi merapat hingga menimbulkan bunyi yang samar.
"Jawab aku!" bentak Xavier, suaranya menggelegar memenuhi ruang kamar utama itu.
Lyra tersenyum sinis, tak perlu turun tangan untuk membalas perlakuan kepala pelayan itu. Sementara Nira dan Lusi mematung di luar kamar mendengar suara Xavier yang membahana.
"Ampun, Tuan! Maafkan saya. Saya sudah lancang, Tuan. Ampuni saya, Tuan! Ampuni saya!" mohon wanita itu menjatuhkan dahinya di atas lantai.
Klentang!
Xavier menendang nampan tersebut hingga membentur dinding dan apa yang ada di atasnya berserakan di lantai.
"Siapa yang memberimu keberanian untuk melakukan ini terhadap istriku!" Lagi-lagi suara Xavier melengking tinggi.
Lyra menghela napas panjang, memutar bola mata dengan malas.
Dulu, kau tidak mau mendengar aduan Lyra, Xavier. Sekarang, kau membelanya mati-matian. Apa yang kau harapkan? Setelah aku sembuh, aku akan mengajukan cerai. Kau bisa selamanya hidup bahagia dengan kekasihmu itu.
Lyra bergumam, memperhatikan kedua manusia yang sedang bersitegang di kamarnya.
"Ampun, Tuan. Saya hanya diperintah saja, Tuan. Ini bukan keinginan saya, saya terpaksa melakukan ini karena diancam, Tuan," mohon wanita itu lagi dengan air mata berderai deras.
"Siapa yang menyuruhmu!"
"A-anu ... i-itu ...."
"SIAPA?!"
lyra dan lyrana bkn org yg berda, mereka satu jiwa.
makin greget jadinya /Hey//Hey/
ayo up lagi thor.. tar kl kelamaan nahan napas bs pingsan nih.. 😂😂😍😍