NovelToon NovelToon
TARGET OPERASI

TARGET OPERASI

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Bullying di Tempat Kerja / Mata-mata/Agen / TKP / Persaingan Mafia
Popularitas:526
Nilai: 5
Nama Author: Seraphine E

Arga, lulusan baru akademi kepolisian, penuh semangat untuk membela kebenaran dan memberantas kejahatan. Namun, idealismenya langsung diuji ketika ia mendapati dunia kepolisian tak sebersih bayangannya. Mulai dari senior yang lihai menerima amplop tebal hingga kasus besar yang ditutupi dengan trik licik, Arga mulai mempertanyakan: apakah dia berada di sisi yang benar?

Dalam sebuah penyelidikan kasus pembunuhan yang melibatkan anak pejabat, Arga memergoki skandal besar yang membuatnya muak. Apalagi saat senior yang dia hormati dituduh menerima suap, dan dipecat, dan Arga ditugaskan sebagai polisi lalu lintas, karena kesalahan berkelahi dengan atasannya.
Beruntung, dia bertemu dua sekutu tak terduga: Bagong, mantan preman yang kini bertobat, dan Manda, mantan reporter kriminal yang tajam lidahnya tapi tulus hatinya. Bersama mereka, Arga melawan korupsi, membongkar kejahatan, dan... mencoba tetap hidup sambil menghadapi deretan ancaman dari para "bos besar".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 : Kompol Gunawan Suseno

Setelah selesai makan, Arga dan Gunawan keluar dari warteg, masih mencerna percakapan mereka yang penuh teka-teki. Arga, yang sempat merasa sedikit lebih tenang, tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan keras dari seorang ibu yang berdiri di pinggir jalan. "JAMBRET!" teriaknya sambil menunjuk ke arah dua pria yang melaju kencang di motor, tas ibu itu tergantung di tangan mereka, seolah sudah menjadi taruhan hidup-mati.

Arga masih terpaku, bingung, dan sedikit bingung. "Apa... apa yang harus gue lakuin nih?" pikirnya. Namun, sebelum Arga bisa melontarkan pertanyaan, dia melihat Gunawan bergerak cepat, secepat kilat! Kompol Gunawan, yang tadinya terlihat santai, sekarang berubah menjadi sosok yang serius dan penuh aksi.

Dengan gerakan yang begitu cepat, Gunawan melompat ke depan, mengambil posisi seperti seorang pahlawan laga, namun... bukan dengan senjata atau peralatan canggih. Tidak, dia malah menyambar kursi plastik warteg yang tergeletak di trotoar! Sebuah kursi plastik biasa, yang bisa saja dipakai untuk duduk, kini menjadi senjata utama seorang Kompol.

Tanpa ragu, Gunawan melangkah maju, menarik kursi plastik itu seperti pahlawan yang memegang pedang sakti. Motor dua pelaku jambret itu semakin dekat, berasap, dan siap menabrak Gunawan. Tapi Gunawan hanya tersenyum tipis dan dengan gerakan dramatis, dia melemparkan kursi plastik ke arah motor yang melaju. Bukan cuma kursi, dia juga melemparkan pot bunga yang entah bagaimana ada di dekatnya—mungkin milik warteg yang tidak ingin merugi. Pot itu melayang seperti roket, mengarah langsung ke pelaku yang sedang kebingungan.

BANG! Pot bunga mendarat dengan sempurna di wajah pelaku pertama, membuatnya terlempar ke samping dengan suara gedebuk yang memekakkan telinga. Pelaku kedua yang melihat temannya terpental, panik dan hampir terjatuh. Tanpa pikir panjang, Gunawan melompat ke tengah jalan, menghalangi jalan mereka. Dengan tangan yang cekatan, dia mengambil kursi plastik yang tadi dilempar dan langsung menghantamkan bagian sandaran kursi itu ke roda depan motor, membuat motor itu terguling seperti ikan yang terjatuh dari ember.

Dengan suara jeritan dramatis khas film laga, kedua pelaku jatuh bergulingan, motor mereka kini terbalik di tengah jalan. Gunawan, yang dengan gaya heroiknya melangkah maju, menghentikan pelarian mereka dengan santai, seolah-olah baru saja mengusir anjing tetangga yang berisik. "Mau kemana?" katanya datar, sambil membenahi kursi plastik di tangan. "Arga!!! Bawa mereka ke kantor."

Setelah memastikan kedua pelaku jambret tergeletak dengan motor mereka yang rusak, Gunawan melangkah tenang menuju ibu korban yang masih berdiri dengan napas terengah-engah di pinggir jalan. Ibu itu tampak masih kebingungan, menatap kejadian luar biasa di depan matanya.

Gunawan, dengan senyum penuh wibawa—seperti seorang pahlawan yang baru saja menyelamatkan dunia—mendekati ibu itu. "Ibu, tenang saja. Kita sudah menangkap pelakunya," katanya dengan suara tenang, namun penuh percaya diri, seolah baru saja menyelesaikan misi rahasia yang sangat rumit.

Ibu korban itu menatap Gunawan dengan mata yang hampir tidak percaya. "Benar, Pak? Benar sudah ditangkap?" tanyanya, masih tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, meskipun tampaknya ia masih setengah shock.

Gunawan mengangguk mantap, "Iya, Ibu. Jangan khawatir, semua sudah terkendali. Sekarang kita akan bawa ibu ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Kita butuh informasi dari ibu untuk melengkapi proses hukum."

Ibu itu mengangguk dengan penuh rasa syukur, meskipun matanya masih sedikit kosong seperti baru saja menyaksikan pertunjukan laga di bioskop. "A-apa saya harus... naik motor, Pak?" tanyanya ragu, melihat kondisi motor para pelaku yang sudah terbalik.

Gunawan tertawa kecil. "Oh, jangan khawatir. Kami akan mengantar ibu dengan mobil dinas. Lebih aman, lebih cepat. Lebih nyaman juga," katanya, sambil melirik Arga yang masih memandang kejadian itu dengan rasa kagum dan sedikit cemas. "Arga, tolong atur supaya ibu bisa nyaman di mobil. Kamu pastikan juga pelaku diangkut dengan baik," lanjut Gunawan, seperti seorang kapten tim yang mengarahkan anak buahnya.

Arga buru-buru mengangguk dan berlari ke mobil dinas, sementara Gunawan menuntun ibu korban menuju ke mobil, dengan langkah penuh percaya diri dan gaya yang tetap penuh wibawa, seperti baru saja menuntaskan misi besar.

"Saya... saya tidak tahu harus bilang apa, Pak," kata ibu itu, sesaat sebelum mereka naik mobil. "Saya hanya merasa beruntung sekali, bisa bertemu dengan orang baik seperti Pak Polisi."

Gunawan tersenyum tipis, tapi kali ini senyumnya mengandung rasa tulus yang jarang terlihat. "Ya, ibu beruntung. Tapi sebenarnya, saya yang beruntung bisa punya kesempatan menolong orang seperti ibu."

Dengan itu, mereka berangkat menuju kantor polisi, meninggalkan jalanan yang kini tampak kembali tenang. Tapi di dalam mobil, perasaan lega dan keberhasilan terasa begitu nyata bagi Arga. Begitu juga bagi Gunawan, yang tahu bahwa meskipun cara-cara mereka kadang tak biasa, tujuan mereka tetap satu: keadilan.

...****************...

Di dalam mobil, dua penjambret yang sudah digelandang dengan tangan terborgol duduk terkulai di kursi belakang. Mereka tak berani berkata sepatah kata pun, mungkin karena efek dari pertemuan mereka dengan Gunawan yang penuh aksi heroik, atau mungkin karena masih terhuyung-huyung akibat jatuh dari motor mereka sendiri.

Setelah beberapa menit yang penuh dengan keheningan, akhirnya mobil sampai di kantor polisi. Arga membuka pintu mobil dengan penuh gaya, berharap terlihat profesional meskipun sejujurnya hatinya masih berdebar-debar karena aksi tadi yang membuatnya merasa seperti aktor utama dalam film laga.

"Keluar!" Arga memerintah dengan suara tegas, meski dalam hati dia sedikit bingung, apakah dia sudah cukup terlihat seperti polisi berpengalaman atau malah seperti anak magang yang sedang bermain peran.

Dua pelaku jambret itu hanya mengikuti perintah, dengan wajah pucat dan langkah berat, seolah-olah mereka baru saja keluar dari roller coaster yang penuh guncangan.

Begitu masuk ke dalam kantor polisi, suasana di dalam terlihat sibuk. Di ruang interogasi, Dedi, rekan Arga yang sedang sibuk bertanya pada seorang anak jalanan yang terlibat tawuran, langsung melirik ke arah Arga yang baru saja memasukkan dua pelaku jambret ke dalam sel tahanan.

Dedi berhenti sejenak, memandang Arga yang masih tampak seperti baru saja memenangkan medali emas Olimpiade. Lalu, tanpa bisa menahan tawa, Dedi berseru, "Kasus apa Ga?"

Arga yang belum sempat mengatur napas, hanya bisa tersenyum kaku. "Ini, dia jambret ibu-ibu di pinggir jalan. Berani banget aksi siang bolong, deket kantor polisi lagi."

Dedi masih belum berhenti tersenyum nakal. "Siapa yang ringkus? Kamu atau...."

Arga pun akhirnya tertawa, "Kompol Gunawan, hehehe"

Dedi ikut tertawa, "Apes banget mereka ketemu legend"

Di sisi lain, dua pelaku jambret itu hanya bisa duduk terpaku, mendengar perbincangan lucu antara Arga dan Dedi. Mungkin mereka sedang merenung, apakah hari ini mereka lebih malang karena ditangkap oleh polisi yang lebih mirip badut daripada petugas penegak hukum.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!