Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Lisa Penasaran
Amar pun lalu terdiam. Tidak mengulangi pertanyaannya lagi. Apalagi jalan sudah makin ramai Sehingga Amar mempercepat laju motor nya.
" Bang, abang tadi ngomong apa?" teriak Lisa.
" Bukan apa apa de, hanya nanyain ade. Lain kali kita bahas," balas Amar berteriak.
" Ya sudah besok saja," kata Lisa yang hanya fokus melihat kedepan. Begitu juga dengan Amar. Yang melajukan motornya. Saat sudah masuk di jalan sepi , Amar memperlambat laju motornya. Karna mereka sudah memasuki area sekolah Lisa.
Tak lama motor pun berhenti di depan pintu gerbang sekolah. Dan Lisa cepat turun dari boncengan Amar.
" Terimakasih ya bang" kata Lisa.
" Ya de, hati hati. Kabari abang jika mau pulang ya," kata Amar.
" Siap bang, dah." kata Lisa yang berjalan cepat menuju pintu yang di jaga satpam. Karna 15 menit lagi. Lonceng bel sekolah akan berbunyi. Dan pintu gerbang akan segera di tutup pak satpam.
Amar melihat Lisa dari depan pintu gerbang. Lisa berjalan cepat menuju kelasnya. Dan berjalan bersama teman temannya. Setelah memastikan Lisa sudah masuk kelas. Amar pun pergi dan menuju bengkel tempatnya bekerja. Karna hari ini ia tidak punya tugas di kampus. Namun baru saja ia parkir di halaman bengkel.
Dret... Dret . .
" Astaga siapa?" batin Amar. Yang meraih ponselnya dari dalam saku celananya. Lalu menempelkannya di kuping.
" Ya ini siapa?" kata Amar.
" Assalamualaikum, Amar ini papi. Papi dan mami ingin bicara sama Amar. Apa bisa Amar datang siang ini kerumah?" kata pak Zaki dari sebrang sana.
" Insyaallah bisa pi," jawab Amar.
" Baik papi tunggu nak, assalamualaikum," kata pak Zaki menutup pembicaraan.Hingga Amar pun membuang nafas kasarnya.
Lalu Amar pun melangkah masuk ke bengkel untuk bekerja. Sembari mengambil obeng ia duduk di dekat sepeda motor yang rusak.
" Ada apa Mar? Tumben tuh muka di tekuk, lagi patah hati ya?" tanya seorang pria berumur sekitar 35 tahun. Saat ingin melewatinya.
" Mana ada bang, ini hanya masalah di rumah," kata Amar berbohong.
" Masa iya, tapi tidak dari biasanya loe murung begitu. Abang pikir loe putus cinta sama si Mia," kata Bang Jali pemilik bengkel
" Hehehe asal nih bang Jali, Amar sama Mia ngak punya hubungan apa pun bang. Hanya teman biasa. Tidak lebih dari itu," kata Amar tersenyum. Karna ia tidak pernah berpikir untuk pacaran selama kuliah
" Yakin ...tapi kok terlihat sedih?" kata bang Jali penasaran
" Ih kepo, ini masalah hati Amar yang lagi...." kata Amar langsung terdiam. Tidak melanjutkan perkataannya. Karna teringat dengan Lisa adiknya.
" Apa?" kata bang Jali
" Tahu ah, pokoknya bukan masalah cinta dan patah hati bang . Ini masalah keluarga bang. Hanya masalah kecil," kata Amar menjentikkan tangannya.
" Baiklah, tapi lho harus tetap fokus bekerja. Takut tuh tangan kena roda. Bisa berdarah dan sakit ," kata bang Jali memperingatkan
" Siap bang, aman," jawab Amar.
Lalu bang Jali pun meninggalkan Amar . Membuat beberapa temannya yang lain. Mendekati bang Jali.
" Kenapa bang?" tanya Ayub teman bengkel Amar yang ingin tahu
" Bukan apa apa, sudah sana mulai kerja. Biasa hanya urusan keluarga dirumah," kata bang Jali
" Hah...masalah apa bang?" tanya yang lain
" Ngak tahu, di paksa kawin kali," kata bang Jali asal.
" Ih ngaco nih abang, masa di paksa kawin. Orang ngak dipaksa aja, sudah banyak yang antri. Mana mungkin dia menolak," kata Ayub
" Tahu .. tanya aja sendiri sana" kata bang Jali duduk dekat baut baut mesin. Sambil memeriksa dan mengecek baut baut yang masih bisa di pakai.
Sedangkan Amar sudah asyik bekerja tanpa suara. Karna siang ini ia akan izin sebentar bertemu kedua orang tua kandungnya.
***********
Di sisi lain Zain terpaku menatap berkas di depannya. Bukan karna ada masalah. Tapi mengingat sikap Amar yang sangat dekat dengan Lisa adik kandungnya yang baru di kenalnya dua hari ini. Yang ia baru bertemu setelah ia tumbuh dewasa.
" Rasanya tidak adil jika aku ikut campur, tapi aku juga ingin dekat dengan Lisa," batin Zain. Yang bisa memaklumi sikap Amar. Karna Amar dan Lisa tumbuh besar bersama dalam keluarganya yang harmonis. Sehingga membuat Zain merasa bingung.
" Harusnya Amar mengatakan semuanya pada Lisa. Kenapa harus di tunda tunda.," kata Zain lagi sambil berpikir sejenak. Karna sebenarnya Zain ingin Amar pulang kerumah orang tua kandungnya. Karna maminya sangat ingin memeluk anak kandungnya itu.
" Huh.....biarlah, mungkin ini yang namanya takdir. Kami tak bisa melawannya," kata Zain. Karna ia juga sempat shock saat itu. Ketika papinya menjelaskan semuanya pada Zain. Walaupun bicara pelan, tapi fakta itu sangat menyakitkan baginya.
Lalu Zain pun menarik nafas dalam. Kembali fokus bekerja. Agar semuanya cepat selesai. Karna akan banyak pekerjaan lagi minggu depan. Saat proyeknya mulai berjalan.
*************
Di sekolah Lisa. Saat jam istirahat Lisa sempat terdiam sesaat. Ketika mengingat sesuatu yang ingin abangnya bicarakan.
" Abang mau bicara apa sih? Apa ada hal yang penting banget?" batin Lisa penasaran dengan perkataan Amar tadi pagi. Yang tidak bisa ia dengar jelas. Karna bisingnya suara mobil dan motor di jalan raya.
" Hei... Kenapa melamun, mikiran Candra loe ?" tanya Sani membuyarkan semua pikiran Lisa.
" Ih siapa juga yang mau sama tuh cowok. Aneh tuh orang. Masa saat ujian begini nembak gue " omel Lisa.
" Hahaha. .. itu namanya jujur pada diri sendiri Lis, dia naksir berat sama loe. Dia takut pas lulus nanti. Ngak bakal ketemu lagi sama loe. Makanya dia nembak loe sekarang. Dasar tulalit loe beb," kata Sani.
" Ya sana buat loe aja, gue ngak mau. Ogah ... Belum mapan dan egois," kata Lisa
" Ck....jual mahal loe beb, tolak dengan halus. Jangan kasar...ingat kita tidak tahu nasib orang seperti apa di masa depan. Siapa tahu kita berjodoh," kata Sani. Karna tadi Lisa diam saja. Saat di tanya Candra.
" Tahu ah, ayo keluar. Gue mau menghafal," kata Lisa yang mengambil buku dari dalam tasnya.
" Trus gimana dengan Candra?" kata Sani menatap sahabatnya itu
" Besok gue jawab, setelah selesai ujian," kata Lisa cuek. Karna hari ini, ia hanya ingin fokus menghadapi ujian.
" Ok ....pikirkan baik baik ya," ledek Sani tertawa kecil.
" Iya," jawab Lisa manyun. Membuat Sani pun mengoda temannya itu. Saat mereka keluar dari kelas.
" Sani....apaan sih" kata Lisa yang bersikap cuek.
" Cie yang lagi laris manis. Loe juga dapat salam Lis dari kak Dean yang keren itu. Kemaren pas ketemu malam malam di jalan. Dia bilang nitip salam buat loe," kata Sani
" Tahu ah, gue mau belajar. Jangan berisik ," kata Lisa melangkah ke bangku taman sekolah. Lalu duduk di kursi kayu itu. Di ikuti Sani. Yang duduk di sampingnya.
**************
Siangnya Amar yang menuju sebuah alamat yang di kirim oleh pak Zaki. Terpaku menatap rumah besar di depannya. Lalu ia melangkah masuk ke halaman rumah.
" Jadi ini rumah orang tuaku. Pantas kalo Zain punya mobil. Pasti dia dulu hidup berkecukupan," kata Amar.
" Amar .....!!" panggil seorang. Sehingga Amar pun menoleh.
" Mami...." kata Amar terpaku diam. Saat mami kandungnya itu menghampirinya.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar