Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemas Berakhir Bahagia
"Silahkan Nyonya," Andine dipersilahkan naik mobil yang lumayan mewah untuk seukuran petugas berwajib.
'Siapa mereka? Atau mereka ini sebenarnya orang jahat?' Andine beralih ke mode waspada.
"Dirawat di mana suami saya tuan-tuan?" tanya Andine kesekian kali.
"Nanti anda juga akan tahu nyonya," mereka tetap main rahasia dengan Andine.
"Issshhh," desis bumil itu kesal.
Andine mencoba menghubungi lagi asisten Martin, tapi tidak tersambung juga.
Malah ada nama Michelle yang calling. Sebelah alis Andine menaik, 'Kak Michelle?' tanda tanya Andine dalam hati.
"Halo," sapa Andine.
"Mana Aleandro? Ponselnya aku hubungi tidak bisa. Pasti sedang sama kamu kan?" tanya Michelle.
"Tadi pamit rapat kak. Aku juga kesulitan menghubungi nya," tukas Andine.
"Nggak mungkin, pasti kamu melarangnya," tebak Michelle.
"Anda terlalu overthinking denganku nyonya. Bisa tidak sekali saja berprasangka baik terhadapku?" sahut Andine jengah dengan sikap Michelle.
"Ha... Ha... Kamu sensi banget sekarang? Padahal aku dengan rela hati membiarkan Aleandro lebih lama bersama kamu loh. Jadi wanita jangan serakah deh," olok Michelle.
"Menyesal aku menyuruh Aleandro menikah sama kamu,"
"Oh ya, tadi Aleandro juga menyuruhku melakukan tes DNA. Sebegitu kah bencinya suamiku padaku? Atau semua karena pengaruh buruk darimu Andine," terdengar Michelle sok kesal.
Andine diam. Beralasan pun tak akan pernah diterima Michelle. Apalagi Aleandro tak pernah membahas tentang Michelle bila bersamanya. Setahu Andine, Aleandro bersikeras berpisah dengan Michelle. Andine tak pernah mengorek alasannya, cuman kalau bisa Andine tetap ingin Aleandro bersama dengan Michelle. Meski hati kecilnya tetaplah merasa berat. Picik kalau dirinya menginginkan Aleandro hanya untuknya. Michelle juga berhak.
"Sampaikan ke Aleandro, aku sangat yakin jika orok yang aku kandung adalah anak kandungnya. Jika bukti tes DNA telah keluar, siap-siap saja kamu jatuh miskin Andine. Karena semua harta keluarga Pollin akan jatuh ke anakku," Michelle terbahak.
Karena fokus menerima panggilan dari Michelle, Andine melewatkan jalan yang ditempuh mobil yang membawanya. Bahkan beberapa rumah sakit telah terlewati. Kantor polisi juga.
"Tuan, sebenarnya ini mau kemana? Jangan coba-coba membohongi ku," gertak Andine.
Arah mobil telah melewati batas kota, bahkan sekarang jarang ada rumah penduduk di kanan kiri jalan.
Dua pria di depan tetap diam.
"Tuan-tuan, apa kalian tak mendengarkanku? Aku akan membuka pintu mobil ini jika kalian tak bilang mau kemana," ancam Andine.
Tangannya sudah memegang handel pintu mobil. Klik, mobil itu pun terkunci.
"Iisshhhhh.... kalian menyebalkan," gerutu Andine.
Mobil terhenti di tengah jalan sepi.
"Kalian mau menculikku," tandas Andine.
"Tenang nyonya, di depan ada yang menghadang," kata pria yang berada di belakang kemudi.
Andine dipaksa turun. Karena berontak, mata Andine pun ditutup oleh selembar kain.
"Mohon kerjasamanya nyonya. Anda diam, maka kami tak macam-macam," bisik pria itu dari belakang Andine.
Andine kembali dinaikkan mobil dengan penjagaan ketat.
Hampir satu jam mobil melaju. Andine lebih banyak diam untuk menyimpan tenaga biar bisa melawan mereka.
"Silahkan turun nyonya, kami akan membawa anda ke suatu tempat. Maaf jika kami bersikap kasar tadi, bilang pria yang mengawal Andine.
"Baru kali ini aku jumpai penculik yang sopan bahkan minta maaf segala," batin Andine yang mengira dirinya diculik.
Penutup mata Andine dibuka pelan oleh seseorang dengan lembut.
"Surprise.....," seru suara seseorang yang sangat dikenal oleh Andine.
Netra Andine memicing, untuk mengurai buram karena lama tertutup kain tadi.
Setelah melihat dengan jelas, nampak seperangkat meja kursi yang dihias sedemikian rupa. Ada kue ulang tahun dan ruangan yang tertata dengan rapih sesuai konsep acara. Bahkan ada live musik yang mengiringi.
Andine membalikkan badan.
"Happy birth day sayang," Aleandro memeluk dan mencium sang istri.
Andine memukul dada bidang Aleandro. Kesal karena ulah sang suami. Andine teringat bagaimana dirinya mencemaskan Aleandro karena ada kabar kalau suaminya kecelakaan. Ternyata sang suami menyiapkan acara romantis buat nýa.
Andine menangis.
"Loh, kok nangis sih? Nggak mau tiup lilin dulu," gurau Aleandro.
"Kamu jahat," Andine kesal tapi dalam hati Andine merasa terharu.
"I love you sayang. Semoga panjang umur, sehat selalu dan selalu membersamaiku sampai kita menua bersama," ungkap Aleandro.
Andine memeluk Aleandro dengan erat.
"Aku nggak bisa nafas sayang," goda Aleandro.
"I love you," kata Aleandro mengulanginya lagi.
"Iya, aku tahu," tukas Andine.
"I love you, sayangku Andine," bilang Aleandro sekali lagi.
"Apaan sih," pipi Andine mulai memerah bak cerry.
"Kamu nggak cinta padaku?" kata Aleandro dengan tangan masih memeluk erat pinggang sang istri.
Blussssshhh.... Andine diam karena malu.
"Cinta nggak?" kejar Aleandro.
"Hhhmmm... Apa harus terucap?" tanggap Andine.
"Harusnya sih gitu. Tapi aku tak berhak maksa, kalau hati kamu memang belum buat aku," ucap Aleandro lirih.
Andine melihat perubahan sang suami.
"Love you more...more... more...," balas Andine dengan suara hampir tak terdengar oleh Aleandro.
Aleandro menatap serius, berharap Andine mengulangi lagi ucapannya tadi.
"No," Andine menggeleng.
Alunan musik romantis saat Aleandro menggeser kursi yang dikhususkan untuk sang istri.
"Sayang, apa ini nggak berlebihan?" Andine belum pernah diistimewakan seperti ini.
"Untuk orang terspesial ini bukan apa-apa," tandas Aleandro. Bahkan Aleandro belum pernah melakukan hal seperti ini bersama Michelle.
"Tadi kak Michelle menelpon ku," bilang Andine.
"Hussssttt.... Jangan kamu rusak momen ini dengan membicarakan dia," tolak Aleandro.
Andine pun tak meneruskan ceritanya.
Acara yang disiapkan Aleandro sukses, karena Andine sangat menyukainya.
"Makasih," Andine berulangkali mengucapkan kata itu.
Andine digandeng keluar ruangan oleh Aleandro.
Sebuah mobil berpita menyambut mereka berdua.
Andine menatap sang suami, "Apa maksudnya ini?"
"Untukmu sayang," Aleandro menyerahkan sebuah kunci mobil buat Andine.
"Apa aku harus bahagia atau bagaimana? Padahal kebahagiaanku itu sejatinya kamu dan hanya kamu," kata Andine.
"Eleh... Eleh... Meleleh bet hati ini," hati Aleandro menghangat.
Andine tertawa, Aleandro bisa konyol juga ternyata.
.
"Apa aku hubungi tuan Aleandro saja ya?" gumam Martin meragu.
Martin baru saja mendapatkan fakta unik tentang kejadian tabrak lari yang menimpa Andine.
Tut... Tut....
Tut.... Tut....
Tut.... Tut...
'Tuan ini kemana sih?' gumam Martin.
"Tut.... Tut....
Belum tersambung juga.
"Hhhmmm sebaiknya aku ke tempat Jerome saja," Martin terus bergumam.
Martin sungguh tak menyangka akan fakta yang baru diketahuinya itu.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Apa yang akan terjadi? Tetep stay tune di sini ya guyssss.
Jika ingin pindah ke karya author yang lain amat sangat dibolehkan daripada anda gabut bukan? 😊
Gabut menunggu up berikutnya
Makan pete dan jengkol, dimakan bareng sambal terasi #Buat yang masih setia nongol, othor ucapin makasi
Aleandro mmg hrs main rapi dan lembut klo mo jatuhin Kecele..
siapa kira² tg tabrak Andine
ya ampuun ternyata Nicky jg gigolo🤭
lama² Aleandro lrngket dan bucin sama Andine