Lunara Ayzel Devran Zekai seorang mahasiswi S2 jurusan Guidance Psicology and Conseling Universitas Bogazici Istanbul Turki. Selain sibuk kuliah dia juga di sibukkan kerja magang di sebuah perusahaan Tech Startup platform kesehatan mental berbasis AI.
Ayzel yang tidak pernah merasa di cintai secara ugal-ugalan oleh siapapun, yang selalu mengalami cinta sepihak. Memutuskan untuk memilih Istanbul sebagai tempat pelarian sekaligus melanjutkan pendidikan S2, meninggalkan semua luka, mengunci hatinya dan berfokus mengupgrade dirinya. Hari-hari nya semakin sibuk semenjak bertemu dengan CEO yang membuatnya pusing dengan kelakuannya.
Dia Kaivan Alvaro Jajiero CEO perusahaan Tech Startup platform kesehatan mental berbasis AI. Kelakuannya yang random tidak hanya membuat Ayzel ketar ketir tapi juga penuh kejutan mengisi hari-harinya.
Bagaimana hari-hari Ayzel berikutnya? apakah dia akan menemukan banyak hal baru selepas pertemuannya dengan atasannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32. Ziero Dark Cocho
...Semua terasa indah....
...Semua terasa nikmat....
...Semua terasa istimewa....
...Ternyata bukan tentang seberapa banyak materinya....
...Tapi dengan siapa aku menjalani semuanya....
...(Kaivan Alvaro Jaziero)...
Ayzel sudah berada di dapur sejak pagi, bukan untuk membuat menu cafe karena cafe baru akan buka sekitar jam sepuluh siang. Anak-anak hazelnut juga baru akan bersiap sekitar jam sembilan.
“Pagi mbak,” Anaya menghampiri Ayzel saat melihat pemilik cafe tersebut sudah sibuk di dapur.
“Pagi. Pulang jam berapa semalam?” tanya Azyel karena dia sudah terlelap jadi tak mendengar baik Anaya maupun Rika pulang.
“Jam sebelasan bareng sama Rika. Tuh masih ngimpi ketemu Kim Seokjin kayaknya,” Ayzel terkekeh mendengar ucapan Anaya. Maklum anak-anak perempuan yang bekerja di cafenya adalah kebanyakan penggemar K-Pop, jadi tidak heran jika kebanyakan lagu yang di putar di cafe adalah lagu-lagu tantang K-Pop.
“Gak apa-apa ngimpi dulu. Siapa tahu besok ketemu beneran,” sahut Rika yang ternyata sudah bangun.
“Sudah sana mandi dulu. Jam sepuluh nanti kita meeting sebentar,” Ayzel melanjutkan memasaknya sementara kedua gadis tersebut kembali ke kamar mereka untuk bersih-bersih.
Setelah selesai dengan urusan menu sarapan sederhanya, Ayzel membawa sarapan naik keatas.
“Hmmm, kemana dia. Tidak mungkin pulang, kan? Pintu cafe saja masih di kunci,” gumam Ayzel yang tidak menemukan Alvaro di rooftop.
“Nyari aku?” seru Alvaro yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah dan rambut yang basah setelah cuci muka.
“Takut pak Alvaro lompat dari rooftop. Sarapan dulu setelah itu kembalilah ke hotel,” canda Ayzel.
“Aku bukan spiderman mana bisa lompat,” jawab Alvaro sambil berjalan kearah Ayzel.
Alvaro menggeser meja dan sofa ke posisi semula, kemudian dia mengambil nampan berisi sarapan mereka dari tangan Ayzel dan menaruhnya di meja. Ayzel membuka atap rooftop dan melipat selimut yang di pakai Alvaro semalam, udara pagi masuk memenuhi rooftop setelah semua atap terbuka sempurna.
“Aku buatkan omelet keju isi sayuran dan nasi goreng udang, kamu tidak ada alergi kan?” Ayzel lupa menanyakan pada Alvaro dia alergi udang atau tidak karena selama di Istanbul dia belum pernah membuatkan makanan berbahan dasar udang.
“Tidak ada. Aku alergi kalau jauh-jauh dari kamu,” ucap Alvaro dengan mata berbinar tak sabar ingin segera menyantap sarapannya.
“Aku tendang dari rooftop juga ini CEO satu. Masih pagi bisa-bisanya sudah alay,” protes Ayzel.
“Tapi kamu suka, kan?” balas Alvaro dengan tawa puasnya.
“Ze? Boleh aku makan sekarang?” Alvaro sudah tidak sabar ingin menyantap makanan di hadapannya, dia bertanya pada Ayzel karena perempuan tersebut masih terlihat sibuk membereskan beberapa yang berantakan di rooftop.
“Boleh. Silahkan di nikmati,” Ayzel mematikan lampu rooftop dan memutar kembali lcd yang semalam dia balik. Dia sudah mengganti musik instrumen dengan musik lain.
“Tidak ada niat menyuapiku lagi seperti semalam, kah?” iseng Alvaro menggoda Ayzel.
“Tidak ada. Semalam khilaf,” ucapnya.
Ayzel yang sudah selesai mematikan lampu dan merapikan tempat itu kemudian duduk di sofa, dia mencampurkan omelet dan salad sayur dengan saus olive oilnya dalam satu mangkuk.
“Kamu suka sekali sayur?” tanya Alvaro. Karena setiap kali dia makan dengannya, Ayzel selalu memilih menu yang berbahan dasar sayur.
“Tidak semua. Ada beberapa yang tidak aku suka,” jawabnya sambil menyuapkan sarapannya ke mulut.
Mereka berdua menikmati sarapan pagi bertemankan pemandangan langit luas yang sedikit mendung pagi itu. Tak lupa Ayzel membuatkan espresso yang selalu menjadi salah satu minuman wajib Alvaro di pagi hari.
“Ze?” Alvaro dengan sedikit malu memanggil Ayzel.
“Iya, ada apa?” ucapnya yang sedikit bingung melihat ekspresi Alvaro terlihat sungkan dan sedikit malu.
“Masih ada lagi?” Alvaro menunjuk piring nasi gorengnya yang sudah habis.
“Mau nambah?” Alvaro mengangguk tersipu malu, Ayzel terkekeh setelah tahu penyebab ekspresi Alvaro tadi.
Ayzel turun ke bawah untuk mengambilkan lagi nasi goreng untuk Alvaro, sementara Alvaro melihat pemandangan sekitar PIK lebih luas. Semalam dia tidak terlalu bisa melihat dengan jelas area itu karena sudah tertutup kabut malam dan silau lampu gedung dan jalanan.
Ayzel datang membawa sepiring nasi goreng udang lagi ke rooftop, Alvaro kembali duduk di tempatnya setelah tahu Ayzel datang.
“Omeletnya sudah di makan anak-anak, tinggal ini yang ada” ucap Ayzel yang membawa sosis bakar dan telur puyuh pindang sebagai ganti omelet.
“Eumm ... yang penting semua masakanmu,” Alvaro kembali menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
“Sosis dan telur anak-anak yang masak, bukan aku.” Alvaro hanya mengangguk menikmati makanannya, Ayzel juga melanjutkan sarapannya. Dia membukakan tutup botol air mineral dan menaruhnya di dekat piring Alvaro.
Mereka terlihat seperti pasangan romantis yang sedang sarapan bersama, tanpa mereka sadari dua gadis berusia dua puluhan sedang terpesona mengintip mereka. Hingga salah satu dari mereka tak sengaja menyenggol peralatan kebersihan yang tadi di taruh mas Danu di dekat pintu masuk rooftop, mas Danu tidak jadi masuk saat melihat momen manis atasannya dengan entah siapa yang mereka memang belum tahu.
“Klontang”
Suara alat kebersihan yang jatuh mengalihkan atensi Alvaro dan Ayzel, mereka melihat kearah pintu rooftop. Merasa ketahuan, Anaya dan Rika langsung menyembul masuk dari balik pintu. Mereka berdua tersenyum malu dan canggung sambil memijat tengkuk leher mereka.
“Kami romantis bukan? Jangan iri ya, kalian masih kecil.”
“Plaaak” Ayzel memukul lengan Alvaro pelan dengan remot lcd nya.
“Auuuh sakit sayang, kalian lihatkan? Itu adalah pukulan paling romantis yang selalu dia lakukan padaku,” Alvaro semakin menjadi.
“Huff ... makin-makin ngaco,” Ayzel melotot pada Alvaro karena memanggilnya dengan sebutan sayang. Sementara Anaya dan Rika terkekeh melihat interaksi mereka.
“Semangat kak. Semua anak-anak hazelnut-latte mendukung kakak,” ucap Anaya.
“Alvaro Jaziero ... panggil saja Alvaro,” ucapanya pada Anaya yang belum tahu namanya.
“Waoooo daebak ... good job kak, nama kakak jadi brand menu Ziero Dark Choco” teriak Rika sambil berlari keluar bersama Anaya karena sudah di pelototi Ayzel.
Alvaro tersedak air minumnya sendiri saat mendengar teriakan Rika, dia tidak salah dengar. Gadis itu menyebutkan nama belakangnya sebagai nama coklat buatan Ayzel yang baru akan released minggu depan.
“Habiskan makanannya. Tidak ada pertanyaan,” skakmat Ayzel pada Alvaro yang sudah akan bertanya tentang ucapan Rika. Sementara Ayzel sedang blushing karena ulah dua adik angkatnya tersebut.
Alvaro melanjutkan makan tanpa protes, namun dia benar-benar penasaran atas ucapan Rika. Tapi dia juga menyadari kalau saat ini Ayzel sedang tersipu karena ulah Anaya dan Rika, Alvaro tak ingin membuat suasana tersebut menjadi rusak. Untuk sementara waktu dia menahan diri untuk tidak bertanya pada Ayzel, dia ingin menikmati suasana makan paginya yang ternyata jauh lebih menyenangkan dari makan malamnya semalam.
“Segera kembali ke hotel setelah ini,” ucap Ayzel yang sudah bisa menetralkan kembali ekspresinya.
“Ngusir nih?” ujar Alvaro.
“Mandi lalu cek out. Sayang banget udah bayar mahal tapi kamu malah tidur di sini,” Alvaro lupa kalau dia harus cek out karena nanti sore dia sudah harus berangkat ke bandung untuk acara Althan dan Humey lusa.
“Terlalu nyaman di sini, aku jadi lupa barang-barangku masih di hotel. Biasanya Kim Roan yang mengingatkan,” ucap Alvaro.
“Memangnya kemana pak Kim?” tanya Ayzel.
“Dia harus mengurus sesuatu lebih dulu di bandung. Selain itu ke dua orang tuanya juga sedang ada di sini, mereka sudah lama tidak bertemu. Dia menemui mereka lebih dulu,” jawab Alvaro.
“Oh ...” Ayzel membereskan piring dan gelas bekas mereka sarapan.
Alvaro pergi ke kamar mandi sebentar untuk merapikan diri sebelum kembali ke hotel, mereka berdua turun dari rooftop menuju lantai satu tempat di mana semua kegiatan berpusat. Dari kegiatan dapur, back office, kasir dan lain-lain.
“Mas minta tolong bawa ke tempat cuci piring dan gelas,” Ayzel minta tolong pada salah satu karyawannya yang sudah mulai bersih-bersih sebelum cafe buka.
“Baik mba,”
“Terimakasih,’ ucap Ayzel yang di belakangnya berdiri Alvaro dengan senyum merekah. Baginya masih belum terasa nyata, dia tidak percaya sudah menghabiskan waktu bersama Ayzel dari kemarin.
“Sudah hampir setengah sembilan. Sana balik hotel siap-siap cek out,” pintanya pada Alvaro.
“Eumm ... ke bandung nanti bersamaku. Aku jemput,” ucap Alvaro sebelum berlalu pergi meninggalkan Ayzel di tempatnya.
“Okay,” jawab Ayzel yang memang tidak ada niat untuk menolak permintaan Alvaro. Karena percuma juga menolak, sudah pasti atasannya tersebut tetap akan mejemputnya.