Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24. Ritual Pemurnian
Ruangan di bawah tanah Aether menjadi semakin terasa menyesakkan, seolah seluruh dunia di luar perlahan-lahan tertarik ke dalam lubang yang gelap ini. Energi purba yang mengalir dari mesin kuno di hadapan mereka begitu kuat, membuat setiap langkah mereka terasa lebih berat dari sebelumnya.
Kael, Ceryn, dan kelompoknya berdebat tentang apa yang harus dilakukan. Teral memeriksa mesin purba dengan cermat, mengamati setiap aliran energi yang mengalir dari permukaannya. Aliran itu menyerupai jaring-jaring halus yang menghubungkan dimensi mereka dengan dunia lain, dan kekuatan di dalamnya tampak semakin tidak stabil.
“Jika kita menghancurkan mesin ini, ada kemungkinan kita menghancurkan seluruh dunia,” kata Teral dengan nada cemas, tangannya gemetar saat menyentuh permukaan batu hitam yang dingin.
Kael menatapnya dengan wajah penuh tekad. “Tapi jika kita tidak melakukan apa-apa, kehancuran itu pasti akan datang. Ada pilihan lain?”
Teral mengangguk perlahan, seolah menyusun kata-kata dalam pikirannya. “Ada satu cara. Kita bisa mencoba melakukan ritual pemurnian—sebuah proses kuno yang bisa menstabilkan energi tanpa menghancurkan mesin ini. Tapi ritual ini sangat berbahaya. Jika kita gagal... energi yang terkumpul di sini akan meledak, dan efeknya bisa merobek ruang-waktu.”
Ceryn menatap Kael, mencari kepastian. “Apa yang harus kita lakukan? Ini mungkin satu-satunya cara untuk menghentikan kehancuran tanpa memusnahkan dunia kita.”
Kael mengambil keputusan. Mereka harus mencoba ritual pemurnian. Itu adalah satu-satunya cara yang tidak melibatkan penghancuran total. Mereka segera bersiap untuk ritual, menggunakan simbol-simbol kuno yang terukir di dinding gua sebagai panduan. Dengan bantuan Teral, mereka mempersiapkan tempat itu untuk menjadi altar pemurnian. Garis-garis energi ditarik di lantai dengan bahan khusus yang bisa mengarahkan aliran kekuatan purba, sementara kristal-kristal kecil yang mereka bawa dari Kota Baru diposisikan di titik-titik tertentu untuk memperkuat keseimbangan energi.
Lira, yang ikut membantu, memperingatkan mereka tentang risiko yang mungkin terjadi. “Jika ritual ini berhasil, energi purba akan menstabilkan dan kita akan bisa mengontrolnya. Tapi jika tidak, kita harus segera keluar dari sini sebelum tempat ini runtuh.”
Sementara itu, Ceryn menyiapkan mantra pelindung untuk melindungi mereka dari kemungkinan ledakan energi yang tidak terkendali. Dia memusatkan kekuatannya pada lingkaran sihir yang mengelilingi mereka, menciptakan perisai yang akan menahan aliran energi yang tidak stabil. Kael berdiri di tengah lingkaran, bersiap memimpin ritual tersebut. Dia tahu bahwa ini adalah momen terpenting dalam hidupnya.
“Mulai sekarang, tidak ada jalan kembali,” katanya dengan suara yang tegas. “Apapun yang terjadi, kita akan melakukannya bersama.”
Ritual Dimulai
Teral mulai mengucapkan mantra kuno, suaranya bergema di dalam ruangan yang tertutup. Kata-kata dalam bahasa yang tak dikenal mengalir dari bibirnya, membangkitkan getaran di udara yang semakin intens. Energi di dalam mesin purba itu mulai berdenyut, bergerak dengan kecepatan yang semakin cepat, seolah-olah merespons panggilan dari ritual tersebut.
Kael mengangkat tangannya, merasakan aliran energi yang mengalir melewati tubuhnya. Dia tahu bahwa ritual ini membutuhkan pengorbanan, tetapi dia siap untuk itu. Di dalam pikirannya, dia mengingat semua yang telah dia lalui—kehilangan, penderitaan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Semua perasaan itu memberinya kekuatan untuk melanjutkan.
Energi di dalam ruangan mulai berubah warna, dari hijau kebiruan menjadi ungu gelap, dan kemudian menjadi putih terang yang menyilaukan. Kael merasakan nyeri yang luar biasa saat energi purba itu berusaha menentang kontrol mereka, mencoba melarikan diri dari batasan yang mereka ciptakan.
“Teruskan!” teriak Lira, matanya tertuju pada pusat energi yang semakin menggila. “Kita hampir berhasil!”
Ceryn memperkuat mantra pelindungnya, menciptakan lapisan sihir yang semakin tebal untuk menahan tekanan energi yang semakin besar. Perlahan-lahan, energi yang tidak stabil itu mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan, bergerak lebih lambat dan mengikuti pola yang mereka bentuk di lantai.
Namun, tepat saat mereka hampir berhasil mengendalikan energi tersebut, sesuatu yang tak terduga terjadi. Dari kegelapan di sudut ruangan, sesosok bayangan muncul—lebih nyata daripada yang pernah mereka lihat sebelumnya. Bayangan itu bergerak cepat, seperti aliran angin yang membawa kehancuran. Itu adalah manifestasi dari Bayangan Arka, entitas yang telah lama menunggu saat ini.
Bayangan itu tertawa dengan suara yang menggetarkan tulang, mengisi ruangan dengan rasa takut yang mengerikan. “Kalian pikir bisa mengendalikan kekuatan purba ini? Dunia ini sudah ditakdirkan untuk runtuh, dan aku akan memastikan kalian gagal!”
Kael merasakan kekuatannya semakin melemah. Bayangan itu menyerang garis-garis energi yang telah mereka buat, mencoba merusaknya dengan kekuatan gelap. Teral segera bereaksi, menahan bayangan itu dengan mantra pertahanan, tetapi dia tahu itu tidak akan cukup.
“Kael, cepat! Selesaikan ritualnya!” teriak Teral dengan suara yang penuh perjuangan.
Kael mengumpulkan sisa kekuatan yang ia miliki, fokus pada inti dari energi purba yang berdenyut di depannya. Dia merasakan kehangatan dari Ceryn yang berdiri di sampingnya, memberikan dukungan terakhir yang ia butuhkan. Dengan satu gerakan, Kael mengarahkan seluruh kekuatannya pada titik pusat energi tersebut, memusatkan ritual pemurnian pada detik-detik terakhir.
Bayangan itu menjerit, melawan dengan sekuat tenaga, tetapi Kael tidak akan mundur. Cahaya terang memenuhi seluruh ruangan, menyelimuti mereka semua dalam kilauan yang menyilaukan.
Dalam sekejap, semuanya hening. Cahaya menghilang, dan bayangan yang menyerang mereka lenyap tanpa jejak. Energi yang tadinya menggila kini tenang, mengalir dengan lembut di sepanjang garis-garis yang mereka buat. Mesin purba di tengah ruangan berhenti bergetar, dan sinar putih yang keluar darinya berpendar pelan, seperti napas yang lega.
Kael terjatuh berlutut, terengah-engah. Ceryn dan Teral segera menghampirinya, memastikan bahwa ia baik-baik saja. Lira mendekati mereka, senyum samar di wajahnya.
“Kalian berhasil,” katanya pelan, matanya bersinar dengan harapan yang baru. “Ritual ini berhasil menstabilkan energi purba. Keseimbangan telah dipulihkan... setidaknya untuk sekarang.”
Kael mengangguk, merasa lega. Tapi ia tahu bahwa ini belum berakhir. Ritual pemurnian ini mungkin telah menyelamatkan dunia dari kehancuran saat ini, tapi ada sesuatu yang lebih besar yang mengintai di balik bayangan—sebuah rahasia yang belum sepenuhnya terungkap.
Setelah kembali ke Kota Baru, mereka disambut dengan sorak sorai dan kegembiraan. Namun, Kael tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa ada yang belum selesai. Kekuatan purba mungkin telah dikendalikan untuk sementara, tetapi mesin kuno itu mengisyaratkan adanya sesuatu yang lebih dalam. Mereka masih harus menghadapi ancaman yang tersembunyi di balik perpaduan dimensi ini.
Ceryn berdiri di sampingnya, melihat horizon yang mulai cerah. “Apa yang akan kita lakukan sekarang, Kael?”
Kael menatap ke arah Kepulauan Aether yang kini mulai diselimuti cahaya matahari pagi. “Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Bayangan Arka dan kekuatan yang mereka incar. Dunia ini masih memiliki rahasia yang belum kita pecahkan, dan kita harus siap menghadapinya.”
Perjalanan mereka masih jauh dari selesai, tapi Kael dan Ceryn tahu bahwa selama mereka bersama, mereka akan menghadapi setiap tantangan dengan keberanian. Rahasia di balik Bayangan Arka, energi purba, dan perpaduan dunia ini menunggu untuk ditemukan, dan mereka tidak akan berhenti hingga kebenaran terungkap.