Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Pengakuan Argani
Bab 23
Andhira dan Argani saling melempar senyum. Setelah siang tadi menghabiskan waktu dengan bertempur di atas kasur, kini keduanya duduk saling berpelukan di sofa balkon. Pandang malam hari yang cerah memperlihatkan taburan bintang dan bulan sabit membuat mereka semakin betah.
Sejak satu jam yang lalu keduanya menghabiskan waktu dengan saling berbagi cerita. Untungnya Arya cepat tidur karena kelelahan bermain bersama kakek dan neneknya, seharian tadi.
"Aku tadinya tidak percaya ketika Mbak Liana bilang kalau Mas Gani laki-laki yang impooten. Karena secara fisik terlihat kekar dan menggoda. Tapi, setelah aku ingat-ingat lagi, beberapa waktu yang lalu Mas tidak mau melihat aku ketika memakai lingerie. Jadi, aku berpikir apa yang dikatakan oleh Mbak Liana itu benar," ucap Andhira yang menyandarkan kepalanya di dada bidang Argani.
"Oh, kejadian itu!" Argani ingat apa yang terjadi ketika itu.
Andhira mendongakkan kepala melihat ke arah wajah suaminya. Terlihat Argani balik menatapnya sambil tersenyum malu.
"Sebenarnya hari itu aku terkejut dan shock ketika melihat tubuh mulusmu. Hari itu untuk pertama kali aku sadar dengan senjata pusaka aku yang sudah bisa tegak lagi. Aku terkejut, panik, dan senang sampai bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Aku langsung menghubungi dokter yang menangani masalah aku itu. Sejak itu ketika melihat kamu gairaah dan hasraatku langsung tegangan tinggi," ucap Argani dengan muka memerah karena menahan malu.
Bukan hanya Argani yang mukanya berubah merah, Andhira juga sama. Dia tidak menyangka kalau selama ini laki-laki itu tergoda oleh kemolekan tubuhnya.
"Tapi, aku bingung bagaimana mengajak kamu untuk melakukan hubungan suami-istri. Sedangkan aku pernah bilang tidak akan menyentuh kamu," lanjut Argani dengan lirih. Terlihat ada rasa penyesalan dan malu.
Andhira duduk tegak menghadap suakinya. Lalu, dia mengelus kedua rahang laki-laki itu dengan lembut. Dia tidak mempermasalahkan hal itu karena dahulu keadaannya berbeda. Namun, dia penasaran bagaimana bisa Argani bisa sembuh.
"Lalu, kenapa baru sekarang bisa sembuh?" tanya Andhira.
"Karena aku cemburu dan tidak ingin kehilangan dirimu," jawab Argani.
Jantung Andhira berdebar semakin kencang dan terasa hatinya berbunga-bunga dengan ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. Dia tidak menyangka kalau Argani merasakan hal seperti itu.
"Se-sejak kapan Mas Gani merasakan cemburu dan takut kehilanganku?" tanya Andhira dengan suara lembut.
"Ketika kamu ikut ke acara reuni. Banyak laki-laki yang menatap dirimu dan aku tidak suka itu. Terlebih lagi mereka mengira kamu adalah sepupu atau kerabat aku, maka dengan tidak tahu malunya mereka menggoda kamu. Dengan tidak tahu malunya mereka meminta nomor kamu sama aku," jawab Argani menggerutu.
Andhira ingat kejadian sewaktu reuni itu. Papa Anwar dan Mama Aini memaksa Argani untuk membawa dirinya ikut serta. Suaminya bilang kalau ditanya jawab saja "aku adalah keluarganya", jadi saat ada yang berkenalan dan menanyakan apa dirinya adalah kekasih Argani, dia mengatakan "bukan".
Ternyata temannya sewaktu sekolah hanya sedikit orang yang tahu Argani sudah menikah lagi. Padahal acara pesta pernikahan mereka digelar dengan sangat meriah. Orang-orang yang tahu juga malah membiarkan dan menikmati ketika melihat Argani uring-uringan.
Seperti Roy dan Nusantara, mereka tahu Andhira adalah istri dari Argani, tetapi ketika teman-temannya yang masih single alias duda, menggoda Andhira dibiarkan saja. Teman baiknya itu malah mengompori Argani dan membuatnya cemburu.
"Setelah itu aku berpikir, bagaimana jika kamu menemukan pria lain yang bisa membahagiakan dirimu dan pergi meninggalkan aku serta membawa Arya?" Argani menjeda ucapannya untuk menarik napas. "Tiba-tiba muncul perasaan tidak rela. Karena kalian adalah milikku yang tidak boleh ada mengambilnya, dan kalian adalah bagian dari keluarga Atmadja."
Andhira merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Atmadja. Dia memberikan kecupan pada pipi Argani.
Laki-laki itu mana puas kalau hanya mendapatkan ciuman di pipi. Argani menarik Andhira agar duduk dipangkuannya dan saling berhadapan. Kemudian bibirnya mencium benda kenyal berwarna pink segar yang selalu membuatnya candu. Dia melepaskan pagutannya setelah merasa kehabisan napas.
"Gara-gara menciummu, aku semakin ingin sembuh dan menjadi laki-laki normal," lanjut Argani.
Andhira mengerutkan kening karena mereka pertama kali berciuman itu ketika di apartemen beberapa hari yang lalu. Sementara kejadian lingerie terjadi lebih dahulu.
"Kamu pasti tidak tahu kapan pertama kali bibir kita saling bersentuhan?"
Dengan ekspresi polos, Andhira mengangguk. Karena selama ini Argani terlihat cuek kepadanya.
"Apa kamu ingat ketika kita menginap di rumah Mama beberapa bulan yang lalu. Malam itu hujan badai dan kita tidak bisa pulang. Apalagi Mama menyuruh kita untuk menginap saja."
Andhira ingat kejadian itu. Apalagi Papa Anwar sedang asyik-asyiknya mengajak Arya bicara dan berjalan sendiri, sehingga mereka merasa enggan untuk melepas pulang.
"Malam itu cuaca sangat mendukung bagi pasangan. Rupanya kita tidur saling berpelukan. Ketika kamu menggerakkan kepala dan aku diam-diam memerhatikan wajahmu, bibir kita bersentuhan."
Senyum lebar menghiasi wajah Argani. Itu bukan ciuman pertama baginya, tetapi rasanya jauh mendebarkan ketika dahulu pertama kali melakukan hal itu dengan kekasihnya sewaktu masih sekolah. Dia berpikir mungkin karena dirinya sudah lama tidak berciuman, maka rasanya lebih menggetarkan. Sekujur tubuhnya saja sampai berdesir.
Sayangnya, kejadian itu sangat singkat. Karena Andhira membalikan badan memunggungi Argani.
Perasaan Argani yang tidak menentu membuatnya pergi ke dapur untuk minum. Begitu kembali ke kamar dia memilih tidur memunggungi istrinya. Akan tetapi dia tiba-tiba terbangun karena bermimpi berciuman dengan Andhira dan itu terasa nyata. Rupanya dia mencium tengkuk wanita itu sampai meninggalkan jejak dan tangannya menyentuh aset berharga milik Arya.
Bagi Andhira yang tidak ingat apa-apa, hanya diam. Sebenarnya dia sudah terbiasa dengan keberadaan Argani di dalam hidupnya. Terlebih lagi laki-laki itu terlihat sayang dan perduli kepada Arya. Tidak ada kepikiran untuk bercerai darinya, kecuali jika Argani menceraikan dirinya.
"Kalau begitu, setelah reuni Mas sadar sudah menyukai aku?" tanya Andhira dengan pipi yang merona.
"Ya. Tapi, sebelum-sebelumnya aku sering memerhatikan kamu. Apalagi ketika mengurus Arya. Terlihat sekali kalau kamu ini wanita yang menyayangi anak dan keluarga. Ini yang sering ditekankan oleh Papa ketika mencari pasangan hidup," jawab Argani sambil mengelus pipi Andhira.
"A-aku juga suka sama Mas sudah dari lama," bisik Andhira yang terkesan malu-malu.
"Benarkah?"
"Iya. Tapi, gara-gara kejadian lingerie itu, aku sempat minder dan sadar diri kalau aku ini tidak pantas untuk dirimu."
Argani merasa bersalah. Dia pun memeluk Andhira dan menciumi pucuk kepalanya. Seandainya saja malam itu dia berani menyentuh istrinya, pasti akan berbeda cerita mereka.
"Maafkan aku yang bodoh ini. Seandainya saja sebagai laki-laki aku lebih bisa peka dan berani, mungkin hubungan kita sudah terjalin baik dari dahulu. Mama dan Papa juga menyarankan aku untuk berobat sampai sembuh sebelum menikah dengan kamu."
Andhira menutup mulut Argani dengan kedua jarinya. Dia menggelengkan kepala karena menurutnya laki-laki itu tidak bersalah.
Malam itu terasa indah dan keduanya kembali mengulang apa yang terjadi tadi siang. Perlakuan Argani membuat Andhira merasa dicintai dengan tulus dan sungguh-sungguh.
***
Hari ini kita crazy up, ya! Pasti suka, kan? Langsung baca, ya? Jangan menumpuk Bab. Makasih untuk kerjasamanya.