“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep: 16
“Masuk.” Suruh Brian Saat Zicko mengetuk pintu ruangan kerjanya.
“Bagaimana? Apa kamu sudah mengurusnya?” Tanya Brian tanpa mengalihkan pandangannya pada berkas-berkas yang dia tanda tangani diatas meja.
“Sudah tuan, seperti yang tuan muda perintahkan, saya sudah memutus kerja sama dengan perusahaan Baidi Commers.” Beritahu Zicko.
“Bagus.” Seru Brian yang tersenyum senang.
Itulah yang dia inginkan, dia ingin membalas Baidi Commers yang sudah berani-berani mengusir istrinya
“Apa kamu juga sudah mencari tahu kenapa Alika ingin bekerja?” Tanya Brian.
“Sepertinya nyonya muda sedang membutuhkan uang tuan. Nyonya muda beberapa bulan lalu sebelum menikah dengan anda memang memasukkan lamarannya di beberapa perusahaan.” Kata Brian.
Brian menghentikan kegiatannya menandatangani berkas-berkas. Lalu menatap Zicko.
“Itu sebelum menikah denganku. Tapi, dia kan sudah menikah denganku, untuk apa dia bekerja?” Bingung Brian. Seharusnya Alika sudah tidak perlu mencari pekerjaan.
“Memangnya tuan memberi nafkah nyonya?” Tanya Zicko membuat Brian menatap tajam Zicko.
Mendapat tatapan tajam dari Brian membuat Zicko menelan ludahnya karena merasa takut. Tatapan Brian seperti akan menelannya hidup-hidup.
“Zicko...”
“Maaf tuan, saya tidak bermaksud.” Takut Zicko menutup matanya karena Brian tiba-tiba saja berdiri dan langsung memegang kedua bahu Zicko dengan kencang.
“Zicko, kamu benar, aku terlalu menghayati peranku sebagai adik ipar sampai aku lupa jika Alika adalah istriku yang harus ku nafkahi.” Ujar Brian.
“Untung kamu mengingatkanku.” Sambung Brian.
“mulai hari ini gajimu ku naikkan.” Tambah Brian.
“Te...terima kasih tuan.” Ucap Brian masih shock.
Dalam hati Zicko merasa lega ternyata Brian tidak marah padanya melainkan senang. Zicko juga merasa sangat senang, karena gajinya di naikkan Brian, jika tahu seperti itu dari awal dia akan mengingatkan Brian.
“Ini berikan padanya, katakan untuk dia gunakan sesuka hatinya.” Brian menyerahkan black card miliknya pada Zicko untuk di berikan pada Alika.
“Katakan juga padanya, aku melarangnya untuk bekerja.”
“Baik tuan.” Sahut Zicko.
..............
“Nyonya muda??” Panggil Zicko yang melihat Alika keluar dan berjalan ke arah taman.
“Zicko, tumben pagi-pagi sudah di sini.” Kata Alika.
“Saya ingin memberikan ini pada nyonya.”
Zicko mengulurkan black card yang di berikan oleh Brian malam tadi padanya untuk di serahkan pada Alika.
“Apa Ini?” Alika menatap heran black card yang Zicko ulurkan padanya.
“Ini dari tuan Daniel nyonya, dia meminta saya menyerahkan ini pada nyonya, katanya nyonya boleh pakai sebebasnya. Dan, tuan juga meminta agar nyonya muda tidak usah mencari pekerjaan atau bekerja.” Kata Brian menjelaskan.
Alika menautkan alisnya heran, kenapa tiba-tiba Daniel menjadi baik padanya? Bukankah saat bertemu beberapa hari lalu, Daniel bersikap dingin dan bahkan tidak ingin melihatnya. Heran Alika.
“Tolong di terima nyonya.” Kata Zicko.
“Tapi, aku tidak bisa menerima ini Zicko. Berikan kembali saja pada Daniel.”
Alika merasa tak enak hati jika harus menerima black card itu, apalagi dia tahu jika Daniel tidak menyukai dirinya.
“Kalau nyonya muda tidak menerima ini, saya pasti akan di marahi oleh tuan muda, bahkan saya bisa di pecat nyonya.” Zicko menakut-nakuti Alika, karena jika dia mengembalikan black card itu kembali kepada Daniel, bisa-bisa yang dia dapatkan bukanlah kenaikkan gaji, melainkan gajinya akan di potong karena kemarahan Daniel.
Zicko memasang wajah memelas menatap Alika. Dia harus membuat nyonya muda yang keras kepala itu menerima pemberian Daniel dan menuruti perkataan Daniel. Dia tidak ingin kesempatannya untuk naik gaji hilang.
“Baiklah, akan aku terima.” Alika mengambil black card dari tangan Zicko
“Bagaimana dengan permintaan tuan muda agar nyonya tidak bekerja?” Tanya Zicko ingin memastikan apakah Alika akan menuruti keinginan Daniel yang melarangnya untuk bekerja.
“Akan aku pertimbangkan.” Ucap Alika.
“Baik nyonya.” Sahut Zicko.
“Bagaimana dengan Daniel? Apa dia baik-baik saja?” Tanya Alika.
“Iya nyonya, tuan baik-baik saja, dia masih dalam pemeriksaan lebih lanjut.” Jawab Zicko berbohong.
Alika berharap jika dia bisa segera bertemu Daniel lagi. Dia sebagai istri ingin merawat suaminya.
“Zicko, boleh beritahu di mana Daniel di rawat? Aku ingin menjenguk dan menjaganya di rumah sakit.” Kata Alika.
Sebagai istri dia sangat ingin berbakti, menemani Daniel di saat-saat seperti ini. Dia tidak ingin menjadi istri yang terlalu masa bodoh padahal suaminya sedang di rawat di rumah sakit.
“Maaf nyonya, tapi tuan Daniel melarang saya untuk memberitahu nyonya. Dia tidak ingin di ganggu oleh siapa pun.”
Dalam hati, Zicko merasa bersalah karena harus terus berbohong. Kebohongan yang di lakukan oleh atasannya itu membuat dia juga terjerat dan harus berbohong terus pada Alika.
“Baiklah jika seperti itu. Aku hanya akan menunggunya di rumah saja.” Pasrah Alika. Dia juga tidak ingin memaksa dan mengganggu perawatan yang di jalani oleh Daniel.
"Sepertinya kalian sedang mengobrol dengan asik."
Brian berjalan menghampiri Alika Dan Zicko dengan sebelah tangan yang di masukkan kedalam saku celananya, sementara sebelah tangannya memegang sebatang rokok.
Pagi ini Brian mengenakan kemeja putih yang di balut rompi jas berwarna navy yang senada dengan celananya.
Brian terlihat rapi dan tampan, sejenak Alika lupa untuk fokus, jantungnya pun berdetak kencang melihat Brian yang memukau matanya.
"Tuan." Sapa Zicko.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu kakak ipar? Apa kamu jatuh hati padaku?" Tanya Brian usil membuat Alika kembali sadar.
"Jangan geer." Tepis Alika.
"Kalau tidak jatuh hati padaku, kenapa kamu menatapku seperti itu?" Brian mulai menggoda Alika lagi.
"Aku melihatmu karena aku punya mata, bukan karena jatuh hati padamu."
"Kenapa kamu tidak mengaku saja kakak ipar? Tenang saja aku tidak akan marah jika kamu jujur." Ujar Brian.
"pede sekali kamu." Alika membuang pandangannya malas meladeni Brian yang mulai narsis berat.
"Arh, tuan, nyonya saya permisi dulu." Zicko pamit untuk pergi.
Dia terlalu malas mendengar pertengkaran suami istri yang memusingkan kepalanya itu.
"Terima kasih Zicko. Sampaikan salamku pada Daniel." Ucap Alika dengan senyum manisnya.
"Baik nyonya, tapi sepertinya dia sudah dengar." Kata Zicko melirik ke arah Brian.
"Kamu ada-ada saja. Bagaimana mungkin Daniel dengar, sedangkan dia tidak ada di sini." Ucap Alika.
"Zicko sepertinya kamu sudah terlambat ke kantor, bisa-bisa gajimu di potong Daniel karena terlambat." Tatap Brian beringas ke arah Zicko.
"I....iya tuan, saya permisi." Zicko pun langsung mempercepat langkahnya berjalan pergi. Dia ngeri mendengar jika tentang pemotongan gaji.
trus tidak helen yg terkejut akan fakta ttg daniel