"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps15. Alex Kritis
Dimeja resepsionis, dua orang suster sedang menunggu dalam kegelisahan, pasalnya mereka tahu betul siapa pasien yang sedang dalam kondisi kritis itu.
Nasib pekerjaan mereka sedang diambang kehancuran, apalagi mereka berdua adalah asisten dokter yang menangani Alex saat ini.
Wajah kedua suster itu semakin tegang ketika melihat Dokter Irwan berjalan ke arah mereka dengan wajah lusuh dan penampilan sedikit acak-acakan.
"Maaf, Dok. Belum ada kabar apapun hingga detik ini" ucap salah satu suster.
Dokter Irwan bergeming, ia menatap kedua tangannya ketika mengingat ancaman David. Tenggorokan terasa kering, akankah kedua tangannya benar-benar menjadi santapan buaya?
"Kita harus gimana, Dok? Pasien akan kehilangan nyawa jika tidak segera mendapatkan pertolongan"
"Aku juga tahu hal itu, tapi harus kemana kita mendapatkan golongan darah Rhesus-null dalam waktu sesingkat ini?" ucap Dokter Irwan dengan nada sedikit meninggi. Pria itu sangat mengkhawatir kondisi Alex, meski sifat Alex sangat menyebalkan, tetapi Alex tetaplah teman seperjuangannya saat kuliah dulu.
"Berdoalah, semoga ada keajaiban" Di Titik ini, para tenaga medis itu benar-benar buntu. Jika tidak banyak yang bisa mereka lakukan, hanya pada sebuah keajaiblah mereka berharap.
Saat Irwan bersama kedua suster itu sedang berdebat, kalimat 'golongan darah Rhesus-null' cukup menarik perhatian seorang gadis yang berdiri tak jauh dari meja resepsionis.
"Gawat Dok, tubuh pasien mulai kejang-kejang, transfusi darah harus segera dilakukan" ucap seorang suster yang baru saja datang dari ruangan Alex dengan wajah panik.
Mendengar laporan suster, Dokter Irwan langsung bergegas. Pria itu setengah berlari agar cepat sampai ke ruangan Alex.
"Tunggu, Dok" panggil seorang gadis, sambil berlari mengikuti langkah Irwan.
Dokter Irwan berhenti dan berbalik dengan raut wajah sedikit kesal, siapa yang berani memanggilnya disaat kritis seperti ini.
"Ambil darah saya, Dok" ucap si gadis yang ternyata adalah Viona. Gadis itu memajukan kedua tangannya bersiap diambil darahnya sekarang juga.
Dokter Irwan menatap Viona dengan penuh tanya.
"Tadi saya tidak sengaja mendengar percakapan Dokter bersama para suster dimeja resepsionis. Ambil darah saya, Dok. Kebetulan golongan darah saya sama seperti yang Dokter cari, Rhesus-null" Viona ikhlas ingin membantu, meski ia tidak mengenal pasien tersebut. Apalagi Viona tahu betul darah tersebut sangatlah langka.
Tadinya Viona ke rumah sakit itu untuk menanyakan lowongan pekerjaan yang ia baca di koran, siapa sangka mala mendapatkan kejadian seperti ini. Soal nyawa, gadis itu tidak akan ragu untuk menolong, termasuk mengorbankan diri sendiri.
"Jangan main-main, Nona. Ini menyangkut nyawa seseorang" ucap Dokter Irwan tegas.
"Silakan periksa darah saya Dok, Jika tidak percaya," sahut Viona mantap.
Dokter Irwan berusaha mencari kebenaran dari mata Viona, dalam benaknya terbesit wajah itu cukup familiar. Namun, ia tak punya waktu memikirkannya.
"Baiklah! Sus, cepat bawa dia ke ruang pemeriksaan, segara ambil darahnya jika benar ada kecocokan dan langsung beritahukan pada, saya." ucap Dokter Irwan lalu melanjutkan perjalanannya menuju ruangan Alex.
Pria yang diketahui umurnya tidak jauh berbeda dengan Alex itu merasa sedikit lega, jika benar darah Viona cocok dengan Alex, maka gadis itu akan menjadi dewa penyelamatnya mulai hari ini.
.
.
"Apa yang terjadi pada anak saya, Dok?" tanya Nyonya Voronika pada Irwan yang di depan ruangan Alex. Wanita paruh baya itu menangis sesenggukan ketika melihat Alex kejang-kejang didalam ruang ICU.
"Tenang, Tante. Semuanya baik-baik saja, Saya akan memeriksa kondisi Alex sebentar" Dokter Irwan berusaha menenangkan keluarga pasien.
Irwan sendiri tahu kondisi Alex sebenarnya. Alex kejang-kejang karena tubuhnya tidak lagi menerima obat-obatan yang disuntikan.
Dokter Irwan melangkah masuk ruangan ICU dengan perasaan tak menentu.
banyak kerananya