NovelToon NovelToon
AKU TAK MANDUL

AKU TAK MANDUL

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami / Cerai / Pelakor / Angst / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:670.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: Dae_Hwa

DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.

Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.

Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.

Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.

Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ATM2

Niat hati Hanabi tadinya hendak pulang, tapi, terpaksa ia batalkan dan berakhir duduk kembali di sebuah cafe yang di pesan secara private oleh Monica. Hanabi duduk tepat di depan tiga orang yang semuanya merupakan sahabat lama. Sahabat saat ia sejak masa pendidikan SMP dulu. Monica Laura, David Bradley dan Gavriil Mendeleev.

David menggeluti bidang yang sama dengan Monica, seorang model yang cukup terkenal dengan 500 ribu followers. Pria tampan itu menjadi topik hangat akhir-akhir ini, karena paparazi mengungkapkan ke media bahwa David telah menyumbangkan dana sebanyak tiga miliar sebagai bentuk rasa kemanusiaan untuk para umat manusia yang di bantai oleh mahluk-mahluk keji di suatu negara yang jauh di sana.

Sedangkan Gavriil, pria berusia 32th yang tak lain merupakan cinta pertama Hana itu sukses menjadi dokter terkenal di sebuah rumah sakit ternama. Pria tampan itu juga memiliki klinik pribadi yang selalu banjir oleh pasien.

Gavriil masih tak berubah, tetap sama seperti dulu, selalu malu-malu saat menatap wajah Hana. Begitu pun dengan Hana, wajahnya tetap merona saat menatap pria yang dulu selalu membuatnya berdebar, meskipun mereka tak pernah punya hubungan spesial. Gavriil, tak pernah percaya akan sebuah pernikahan.

"Gila! Udah enam tahun loh kita gak ketemu, Han!" ujar David.

"Kita? Lo sama Gavriil doang kali, gue mah sama Hana baru enam bulan doang. Ya gak, Han?!" sergah Monica.

Hanabi hanya tersenyum canggung, kemudian mengangguk, membenarkan ucapan Monica sekaligus David.

Sudah enam tahun memang Hanabi tak bertemu Gavriil dan David, bahkan tak juga berkomunikasi. Semenjak wanita bermata hazel itu di persunting Damar, Hana memutuskan untuk tak lagi berkomunikasi dengan pria manapun atas permintaan Damar. Suami Hana sangat tidak suka jika sang istri masih berhubungan dengan para teman pria, terutama Gavriil.

"Han, lusa datang ke rumah ya, gue ngadain acara syukuran pindah rumah baru. Bareng Monic aja entar, wanita tengil ini tau alamat gue yang baru." David mengacak-ngacak rambut Monica.

"InshaAllah, Dav. Gue minta izin sama Damar dulu nanti." Jelas Hana sambil tersenyum getir, karena sudah tau jawaban apa yang akan diberikan Damar.

"Kalau lo ngomong sama Damar sih, jelas gak bakalan di kasih izin, Hana!" sergah Monica.

"Ya, mau bagaimana lagi? Namanya juga wanita yang sudah memiliki suami, Mon." Hana mengulas senyuman tipis.

Monica dan David saling melempar pandangan sembari tersenyum kecut.

Ting!

Ponsel Hanabi berdenting, wanita yang mengenakan jumpsuit sage itu merogoh ponselnya yang ada di dalam clutch bag. Sebuah pesan masuk dari Tuti, adik sepupu Hana.

Tuti Pantura : Nongki sama teman-teman bisa ya, Mbak? Tapi pulang sebentar ke rumah ngejenguk Ibu dan ayah mu, gak pernah punya waktu. Kasihan tuh si Mayang, susah mau kemana-mana karena jagain kedua orang tuamu.

Hanabi menarik napas dalam-dalam, hati wanita itu sangat tak nyaman membaca pesan dari Tuti. Hanabi memang sudah lama tak mengunjungi ayahnya. Sebenarnya bukan Hanabi tidak mempunyai waktu, hanya saja wanita itu malas untuk datang berkunjung.

Kemala, ibu tiri Hana, kerap menyindir nya dengan kata-kata pedas setiap kali wanita itu datang berkunjung. Belum lagi harus berselisih paham dengan adik tirinya, Mayang. Apalagi, hubungannya dengan sang ayah juga tak akur.

'Kepala ku ini sudah hampir meledak mendengar celotehan ibu mertua, apa perlu ditambah lagi dengan celotehan adik dan ibu tiri?' batin Hana.

Hanabi menghembuskan nafas kasar, rasanya sangat melelahkan sekali, pundaknya bagai tertindih beban yang sangat berat.

'Sepertinya kali ini mau tidak mau aku harus berkunjung. Eh, tapi, Tuti tau dari mana ya aku nongki bersama teman-teman ku hari ini? '

"Lo kenapa sih, Han? Tarik napas hembus tarik napas hembus, asma?" celetuk Monica.

Hanabi menggeleng dengan senyuman hambar di bibirnya.

"Guys, kayaknya gue cabut duluan deh," ucap Hana murung.

"Yaaaah," serentak tiga sahabat Hana kecewa.

"Mau ke mana sih? Buru-buru amat?!" Monica kesal.

"Ke rumah ayah, Mon," jawab Hana singkat.

Seketika suasana mendadak hening, ketiga sahabat Hana saling beradu pandang. Mereka paham betul bagaimana situasi keluarga Hana.

"Perlu gue temani?" tawar Gavriil.

Hanabi menggeleng lembut. "Thanks, Gav. Gue bisa sendiri, udah biasa."

Hanabi beranjak dari duduknya, mengecup singkat pipi Monica yang sore ini sudah membuatnya badmood karena harus menelan rasa curiga.

Melihat Hanabi mengecup pipi Monica, sontak saja David berdiri menyodorkan pipinya dan mengharapkan perlakuan yang sama.

"Jangan mimpi ...!" Hana menjulurkan lidahnya sembari berlalu menuju pintu cafe.

Begitu keluar dari ruangan tersebut, Hanabi melangkah dan menelusuri jalanan dengan santai, lalu duduk di sebuah bangku halte sambil menunggu taksi online yang ia pesan.

Matanya melirik beberapa pengendara yang berseliweran, pikiran nya melalang buana. Wanita itu kembali teringat komentar dari suaminya di postingan Monica.

Berkali-kali Hanabi menghembuskan kasar nafasnya, sampai orang-orang yang duduk di sekitar pun melirik.

Hanabi tersentak saat melihat jalanan, matanya mengernyit saat menatap sosok yang ia kenal.

"Mas Damar? Ngapain dia lewat sini?"

Hanabi terheran-heran, jalan pulang yang ditempuh Damar kini, merupakan jalan yang berbeda dari lokasi kerjanya hari ini.

Firasat Hanabi mulai tak enak, beragam pikiran buruk mulai bersarang di kepalanya.

"Apa jangan-jangan Mas Damar mau jemput Monica tanpa sepengetahuan ku?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Taksi yang Hana tumpangi berhenti di sebuah rumah dengan nuansa warna hijau. Hana turun dengan hati-hati, ditatap nya langit yang sudah memasuki senja, rumah orang tua Hana tampak begitu sunyi.

"Assalamu'alaikum." Salam Hana saat memasuki rumah Fatur, ayah nya.

Cukup lama Hana mengucapkan salam, berkali-kali.

"Wa'alaikumsalam." Sahut Fatur ketika membuka pintu.

"Yah, bagaimana kabarnya? Sehat?" Hana lekas menyambar punggung tangan ayahnya dan menciumnya dengan takzim.

Fatur tak menjawab, hanya mengangguk singkat. Kemala pun keluar, ikut menyambut kehadiran Hana. Sementara Mayang, Hana hanya sempat melihat gorden jendela di kamar adiknya yang tadinya terbuka, tiba-tiba saja tertutup.

'Dasar anak aneh!' cibir Hana dalam hati.

"Gimana nih? Udah ngisi belum, Han?" tanya Kemala dengan senyuman mengejek.

Hanabi menggeleng lemah, lagi dan lagi, harga dirinya harus terluka oleh pertanyaan yang sama. Hana lekas duduk, tubuhnya sedikit lelah.

Wanita baya dengan gelang emas penuh di kedua pergelangan tangannya, lekas duduk bersandar di sofa teras. Kedua kakinya menyilang angkuh, sengaja ia menggerakkan kedua tangan agar gemerincing gelang jelas terdengar.

Hana memutar malas bola matanya, ia tau, Kemala pasti sangat ingin mendengarkan komentar darinya. Hana menarik nafas sedalam-dalamnya. "Udah kayak toko emas berjalan aja, Bu."

Pelan Hana hembuskan nafasnya, berusaha menjaga kewarasannya.

"Mahal loh ini, pemberian dari Mayang. Kamu tau kan, adikmu itu sekarang jadi artis? Tuh, Ayahmu saja sampai dibelikan motor sama si Mayang," Kemala tersenyum angkuh.

"Tau, mungkin besok toko emas Baba Aliong di ujung gang sana, bakal di belinya untuk Ibu," sahut Hana malas.

"Oh, pasti dong, sekarang kan Mayang sudah sukses! Gak kayak kamu, karir mu sudah redup semenjak menikah. Sekarang, kamu hanya mengandalkan uang suami doang, toh? Makanya, jadi gak bisa berbakti sama kedua orang tuamu!" sindir Kemala.

Hana mendadak panas, ia tak suka dengan perkataan Kemala.

"Kedua orang tua? Orang tua Hana kan tinggal satu, Bu. Dan penyebabnya, ya Bu Kemala sendiri kan?" Hana tersenyum lebar.

"Hanabi, jaga ucapan mu ...!" bentak Fatur.

Hanabi terkesiap, lalu menatap tajam. "Hanya Hana yang harus menjaga ucapan di sini, Yah?"

Sudah lama Fatur dan Hanabi tak pernah akur, sejak kematian istrinya, sikap Fatur terhadap Hanabi berubah drastis. Pria baya itu seperti menyiratkan rasa benci.

"Sabar, Sayang, jangan marah-marah begitu. Aku sudah terbiasa diperlakukan seperti ini sama anak mu." Kemala mengusap punggung pria yang duduk di samping nya, lalu menoleh pada Hanabi. "Pantesan aja kamu gak hamil-hamil, Han. Kamu gak pantes jadi orang tua, soalnya, kamu selalu dzolim pada kami berdua."

DEG!

Jantung Hana berdetak lebih kencang, seperti genderang mau perang.

Hana menahan gejolak emosinya, padahal ia ingin sekali menerjang mulut ibu tirinya sambil berteriak KAMEHAMEHA!

"Memangnya, kalian berdua sudah pantes jadi orang tua?" sindir Hana, kesabarannya habis sudah.

"HANA ...!" Suara Fatur melambung tinggi ke angkasa.

"Yang mengaku jadi ibu, sibuk mencari-cari kekurangan ku. Sementara yang mengaku jadi ayah, tak pernah hentinya membenciku. Padahal ia tau, bahwa semua mimpi buruk yang terjadi di masa lalu itu bukan salahku. Apa salah jika aku bertanya tentang pantasnya kalian menjadi orang tua?"

BRAK!

"Jangan kurang ajar kamu, Hana! Dasar anak durhaka! Gak tau di untung ...!" Fatur menggebrak meja di depannya, kilat amarah menyala-nyala di bola mata yang sudah menukik tajam.

"Jangan diladeni, Yah," suara Mayang terdengar dari ruang tamu.

Pemilik suara cempreng itu muncul di ambang pintu, Tuti alias sepupu Hana, mengekor di belakangnya.

"Dari dulu kita kan tau, Mbak Hana ini minim attitude. Wajahnya saja yang cantik, tapi, sifatnya seperti wanita rendahan. Makanya, karirnya hancur lebur, di tambah lagi jadi wanita mandul. Pasti bawaannya emosi mulu, ya kan, Mbak?" cibir Mayang.

PLAK!

Tangan Hanabi yang sejak tadi bergetar, akhirnya melayangkan tamparan keras. Emosi yang bergejolak membawa kakinya berdiri tepat di hadapan Mayang.

"Mayang!" Kemala menjerit saat wajah putri satu-satunya di gampar Hana.

Wanita baya itu beranjak dari sofa, lalu berlari menuju putrinya. Keras Kemala mendorong tubuh Hana, hingga wanita itu terhuyung.

"Beraninya kau menampar wajah anakku?! Apa kau tidak tau? Adikmu ini artis terkenal, dia merupakan tulang punggung keluarga ini. Gak seperti kamu, Hana, gak berguna! Kau tau? Wajah cantik ini merupakan asetnya! Tega sekali kau menyerang wajah Mayang!" Kemala berteriak geram.

"Gak berguna? Hanya karena aku sudah tidak membiayai hidup kalian lagi, lantas aku menjadi anak yang tak berguna? Enam tahun yang lalu, apa kalian lupa? 90℅ gaji ku, kalian yang pegang dan kalian habiskan untuk berfoya-foya, lupa? Gak berguna? Kurang ajar? Durhaka? Tak tau di untung? Astaga, apa hidup kalian hanya tentang uang?" Hana menatap tajam Kemala, lalu melirik sinis pada Mayang.

"Artis terkenal apa sih? Main film apa memang kamu? Yang ku tau, kau hanya artis figuran yang nongol hanya lima detik di televisi, itupun hanya adegan mengipas ayam bakar." Hana tergelak, lalu menoleh kembali pada Kemala. "Ah, ibu, kau lucu sekali. Kau terlalu menyombongkan putrimu itu!"

PLAK!

Suasana yang amat berisik, mendadak hening. Fatur menampar keras pipi Hana, senyuman kemenangan terbit di bibir Kemala dan Mayang.

Hana terkesiap, tubuhnya membeku. Meski ia tau Fatur amat membencinya, tapi, ia tak menyangka bahwa ayah kandungnya setega itu sampai sanggup menampar wajahnya.

"Angkuh sekali dirimu? Perkara pernah menafkahi keluarga ini dengan uangmu yang tak seberapa itu saja sudah belagu! Anggap saja itu untuk bayaran karena sudah menghadirkan engkau di muka bumi ini ...!" Rahang Fatur mengetat.

"Apa aku pernah minta dilahirkan? Jika di dalam rahim ibuku, aku sudah mengetahui akan memiliki seorang ayah yang lebih membela orang lain ketimbang anak kandungnya, aku lebih memilih untuk tak dilahirkan! -- Wah, apakah uang tujuh ratus juta itu tak seberapa bagimu, Yah? Belum lagi uang seratus juta ku yang dicuri oleh cecunguk-cecunguk ini?! Bagi orang yang mengumpulkan uang itu dari pagi ketemu pagi, nominal itu tak bisa diremehkan, Yah!" Hana mengeluarkan semua emosinya.

"K-kau?! Benar-benar anak tak tau diri...!" Fatur berkacak pinggang.

Hana terkekeh, semua mata memandang nya dengan tatapan aneh. "Itulah kenapa aku sangat muak dan mual berkunjung kemari. Aku paham betul, seperti apa aku akan diperlakukan di sini. Dan jika aku membela diri, maka aku akan dianggap sebagai anak tak tau diri." Hana menoleh pada Tuti dan menatapnya tajam. "Tuti, kau sengaja kan meminta ku untuk datang kemari demi untuk melihat pertunjukan norak seperti ini?"

Mulut Tuti menganga lebar. "Enggak loh, Mbak. Aku meminta Mbak kemari, karena kita sudah lama banget gak bersilaturahmi. Apa Mbak Hana gak kangen sama orang tua mu, Mbak?"

"Coba kau tanyakan pada orang yang menyandang status sebagai orang tua ku, Tut. Apa mereka merindukan aku?" sinis Hana, lalu melemparkan pandangan pada Fatur.

"Terimakasih untuk tamparan mu, Yah. Tapi, ku peringatkan, itu adalah tamparan pertama sekaligus terakhir. Jika hal seperti ini terjadi lagi, aku akan melakukan hal yang sama sebagai bentuk pertahanan diri." Hana melemparkan pandangannya pada Kemala. "Oh, ya, TANTE. Menurut TANTE, Mayang sudah sukses ya? Kalau begitu, tolong kalian transfer uang 100juta milikku yang dulu pernah kalian pakai tanpa seizin ku. Aku tunggu hari ini, jika tidak, aku akan melaporkan hal ini pada pihak yang berwajib," gertak Hana.

Dengan angkuh, Hana melangkah, menjauh dari ibu sambung dan anaknya yang tengah menganga. Langkah Hana terhenti, ia segera berbalik badan dan menatap tajam Fatur.

"Aku sudah berusaha keras, kita sudah selesai, Yah!"

Hana mengulas senyuman hambar, kemudian berbalik badan dan kembali melangkah, menjauhi kediaman orang tuanya dengan hati lara.

Hana menelusuri jalan setapak. Air mata yang sudah tak terbendung lagi, akhirnya mengalir deras, bersamaan dengan turunnya hujan yang begitu lebat dan cahaya petir yang mengkilat-kilat. Tubuh Hana bergetar hebat, wanita itu kehabisan energi, langkahnya terhuyung-huyung. Badannya menggigil, pandangan matanya perlahan mulai gelap.

BRUGH!

*

*

*

Penasaran sama kelanjutannya? klik minta update✅

Suka sama ceritanya? klik like ✅

Ingin support Author? bisa klik gift iklan, mawar/vote✅

Jangan lupa subscribe 😒

1
elizabeth erni riyanti
Menarik 👍
Healer
kan bole cek ke dokter
Sisca Yakub
seru
awesome moment
hdh...ulet keket nimbrung bae
Adifa Khanza
bagus keren
Adifa Khanza
oke ceritanya ada lucunya jg. suksesya/Good/
Dae_Hwa💎: Terimakasih 💖
total 1 replies
awesome moment
mandi koq sambil makan
awesome moment
boooommmmm
awesome moment
bnr2 y. gav, tu cewek bisa menggila lho
awesome moment
adu tik tak n. candy sm vania. hana jd penonton
Luchi Chipoedanz Sihite
hana yg b***k
Dae_Hwa💎: sabar 🤣
total 1 replies
Fitri Irmawati
ich suka q kyk gini🤣🤣🤣Hana your the best😘
awesome moment
candy jd tim hagarv n
awesome moment
sukun lg dukun lg
awesome moment
mampphhhooosssss
awesome moment
damar kn yg kosong😝😜😝😜
awesome moment
wkwkkwkwk...bisa ngabrut n
awesome moment
keyen kan? lgs jadi
awesome moment
bggooosss lanjyt buang tu mokondo
Luchi Chipoedanz Sihite
Luar biasa
Dae_Hwa💎: Terimakasih 💖
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!