Raka adalah seorang pemuda biasa yang bermimpi menemukan arti hidup dan cinta sejati. Namun, perjalanan hidupnya berbelok saat ia bertemu dengan sebuah dunia tersembunyi di balik mitos dan legenda di Indonesia. Di sebuah perjalanan ke sebuah desa terpencil di lereng gunung, ia bertemu dengan Amara, perempuan misterius dengan mata yang seakan memiliki segudang rahasia.
Di balik keindahan alam yang memukau, Raka menyadari bahwa dirinya telah terperangkap dalam konflik antara dunia nyata dan kekuatan supranatural yang melingkupi legenda Indonesia—tentang kekuatan harta karun kuno, jimat, serta takhayul yang selama ini dianggap mitos.
Dalam perjalanan ini, Raka harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk rasa cintanya yang tumbuh untuk Amara, sembari berjuang mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik cerita rakyat dan keajaiban yang mengikat mereka berdua. Akan tetapi, tidak semua yang bersembunyi bisa dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ihsan Fadil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Jejak Kekuatan Lama
---
Awal Petunjuk di Laut
Kapal kecil itu bergerak perlahan di atas perairan Laut Selatan. Ombak memukul lembut lambung kapal, tetapi keheningan yang terasa di atasnya begitu mencengkeram. Langit kelabu mulai membentang, membawa hawa misterius yang menyesakkan dada.
Raka berdiri di haluan kapal, memandang jauh ke arah cakrawala. Pikirannya berkecamuk, mencoba memahami semua yang terjadi. Pertemuan mereka dengan wanita bercahaya di tengah hutan telah membuka rahasia yang sulit dimengerti, namun tidak memberikan jawaban yang ia butuhkan.
Di belakangnya, Amara duduk di geladak, menatap liontin kecil di tangannya. Liontin itu adalah peninggalan ibunya, yang ia pikir hanya barang biasa. Namun sejak pertemuan mereka di pohon besar, benda itu mulai memancarkan cahaya samar setiap kali ia menyentuhnya.
“Raka, kau merasa sesuatu yang aneh?” tanya Amara pelan.
Raka menoleh. “Apa maksudmu?”
Amara menunjukkan liontin itu. “Sejak malam itu, benda ini berubah. Aku merasa... seolah ada sesuatu yang berusaha berbicara melalui ini.”
Raka mendekat, mengamati liontin itu dengan saksama. “Cahaya ini... apakah kau yakin bukan hanya pantulan?”
“Tidak. Ini bukan pantulan,” tegas Amara. “Aku merasakan energi aneh setiap kali menyentuhnya.”
---
Kisah Kapten Kapal
Malam mulai turun, dan suasana di atas kapal semakin sunyi. Arjuna, yang selama ini lebih banyak mengamati, mendekati Raka dan Amara. “Kalian harus berhati-hati,” katanya sambil melirik liontin itu. “Di lautan ini, segala hal bisa terjadi.”
Kapten kapal, seorang pria tua dengan janggut putih panjang, bergabung dengan mereka. “Laut Selatan ini menyimpan banyak misteri,” katanya dengan suara serak. “Dulu, para leluhur kita percaya bahwa ada kekuatan besar yang tersembunyi di dasar laut ini. Kekuatan itu menjaga keseimbangan dunia, tetapi juga bisa menghancurkannya jika jatuh ke tangan yang salah.”
Raka menatap kapten itu dengan penasaran. “Apa maksudmu? Apa kekuatan itu masih ada?”
Kapten mengangguk pelan. “Aku tidak tahu pasti, tetapi banyak yang percaya bahwa petunjuk menuju kekuatan itu ada di pulau-pulau kecil di sekitar sini. Namun, pulau-pulau itu dijaga oleh arwah dan makhluk yang tidak ingin diganggu.”
Mendengar itu, Amara merasakan hawa dingin menyelimuti dirinya. Ia mengingat bisikan-bisikan yang terus memanggilnya sejak perjalanan dimulai. Apakah kekuatan itu yang memanggilnya?
---
Bayangan di Tengah Malam
Ketika malam semakin larut, semua orang di atas kapal mulai terlelap, kecuali Amara. Ia duduk di dekat tepi kapal, memandangi laut yang gelap gulita. Angin malam berhembus dingin, membuat rambutnya berantakan.
Tiba-tiba, ia mendengar suara bisikan.
“Amara...”
Ia terlonjak, matanya mencari-cari sumber suara. Namun, tidak ada siapa pun di sekitarnya. Suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas.
“Datanglah... kau adalah kunci...”
Amara berdiri, matanya terpaku pada air laut yang tampak tenang. Di kejauhan, ia melihat bayangan sesuatu bergerak di bawah permukaan air. Suara itu semakin kuat, membuat tubuhnya gemetar.
Raka, yang terbangun karena merasa ada yang tidak beres, segera menghampirinya. “Amara, apa yang kau lakukan di sini?”
Amara menunjuk ke arah laut. “Ada sesuatu di sana. Kau tidak mendengar apa pun?”
Raka mengerutkan kening. “Mendengar apa?”
Sebelum Amara bisa menjawab, permukaan air di depan mereka bergolak. Sesosok bayangan besar muncul, mengeluarkan raungan yang mengguncang kapal.
---
Serangan dari Makhluk Laut
“Pegang erat-erat!” teriak kapten kapal saat makhluk itu muncul ke permukaan. Makhluk itu memiliki tubuh seperti ikan raksasa dengan sisik hitam berkilauan, tetapi matanya merah menyala, penuh kebencian.
Makhluk itu melompat ke udara, hampir menghantam kapal. Ombak besar yang dihasilkan membuat kapal terombang-ambing. Raka segera menarik Amara ke dalam pelukannya, melindunginya dari hempasan air.
“Arjuna, siapkan senjatamu!” seru Raka.
Arjuna dengan sigap mengambil panahnya dan membidik makhluk itu. Ia berhasil menembakkan satu panah tepat ke leher makhluk tersebut, tetapi panah itu seolah tidak berpengaruh. Makhluk itu mengamuk, menghempaskan ekornya ke arah kapal, membuat mereka hampir terbalik.
“Makhluk ini tidak akan berhenti sampai kita meninggalkan wilayahnya!” kata kapten kapal panik.
Namun, Amara berdiri di tepi kapal, menatap makhluk itu dengan tatapan kosong. Ia merasakan sesuatu yang kuat menghubungkannya dengan makhluk tersebut. “Biarkan aku mencoba,” katanya tiba-tiba.
Raka memegang lengannya. “Apa yang kau lakukan? Itu berbahaya!”
Amara menggeleng. “Aku harus tahu apa yang diinginkannya.”
Ia mengangkat liontin di lehernya, dan seketika, cahaya terang terpancar darinya. Makhluk itu berhenti menyerang, matanya yang merah kini berubah menjadi biru lembut.
“Dia tidak ingin melukai kita,” bisik Amara. “Dia hanya ingin menjaga rahasia.”
---
Pulau Misterius
Makhluk itu menghilang ke dalam laut, meninggalkan mereka dengan ombak yang tenang. Kapten kapal, meskipun masih gemetar, menunjukkan rasa lega.
“Amara, bagaimana kau bisa melakukannya?” tanya Raka dengan nada heran.
“Aku tidak tahu,” jawab Amara jujur. “Aku hanya mengikuti naluriku.”
Saat fajar menyingsing, mereka tiba di sebuah pulau kecil yang tampak seperti tidak pernah tersentuh manusia. Pantainya dipenuhi bebatuan tajam, dan di tengah pulau, ada sebuah gua besar yang tampak seperti mulut naga yang menganga.
“Menurut peta, ini adalah tempatnya,” kata kapten kapal.
Amara menggenggam liontinnya erat. Ia tahu, petualangan sebenarnya baru saja dimulai.
---
Pulau yang Menyimpan Rahasia
Ketika kapal akhirnya bersandar di pantai berbatu, suasana di pulau itu terasa berbeda. Udara di sekitar mereka dingin, meski matahari mulai terbit. Angin laut berhembus lembut, tetapi seolah membawa bisikan samar yang hanya bisa didengar oleh hati yang peka.
Amara memandang ke arah gua besar di tengah pulau, bentuknya menyerupai mulut naga yang menganga. Ia merasakan liontinnya bergetar pelan, seakan memberikan peringatan atau mungkin dorongan untuk melangkah lebih dekat.
“Pulau ini bukan tempat biasa,” gumam Arjuna sambil mengamati sekeliling. “Aku bisa merasakan sesuatu yang... tua. Lebih tua dari apa pun yang pernah kuketahui.”
Raka melangkah maju, wajahnya penuh tekad. “Kita tidak punya pilihan. Jika petunjuk ada di sini, kita harus menemukannya. Tapi kita harus berhati-hati.”
Mereka mulai berjalan menuju gua. Jalan setapak yang dilalui dipenuhi tumbuhan liar yang tidak pernah disentuh manusia. Di sepanjang perjalanan, mereka menemukan ukiran-ukiran kuno di bebatuan—gambar naga, burung garuda, dan sosok manusia dengan cahaya di sekeliling tubuhnya.
“Ini bukan ukiran biasa,” kata Amara sambil meraba salah satu gambar. “Ini seperti menceritakan sesuatu.”
Kapten kapal yang ikut bersama mereka menambahkan, “Legenda tentang naga penjaga lautan sering diceritakan oleh penduduk pesisir. Mereka bilang, naga itu menjaga gerbang menuju kekuatan kuno yang tersembunyi.”
Amara merasakan sesuatu yang aneh saat menyentuh ukiran tersebut. Liontinnya kembali bersinar, kali ini lebih terang. Ukiran itu tiba-tiba bersinar seolah merespon energi yang dipancarkan liontin.
---
Pintu Masuk ke Kegelapan
Ketika mereka tiba di depan gua, sebuah suara bergema dari dalam, seperti angin yang berbisik. Amara melangkah lebih dekat, tetapi Raka segera menariknya kembali.
“Kita tidak tahu apa yang ada di dalam sana,” katanya tegas.
“Tapi liontin ini menunjukkan bahwa kita harus masuk,” balas Amara. “Aku yakin ada sesuatu di dalam sana yang bisa menjelaskan semua ini.”
Mereka menyalakan obor, dan perlahan memasuki gua. Dinding gua dipenuhi ukiran kuno serupa dengan yang ada di luar. Namun, semakin mereka masuk ke dalam, udara menjadi semakin berat, dan kegelapan terasa hidup, seolah mengawasi setiap langkah mereka.
Tiba-tiba, Amara berhenti. “Dengar,” katanya pelan.
Mereka semua terdiam. Suara langkah kaki lain terdengar, tetapi tidak ada siapa pun di belakang mereka.
“Ada sesuatu di sini,” bisik Arjuna, mengangkat busur panahnya.
Tepat saat itu, bayangan besar melintas di ujung lorong. Sosok itu tinggi, dengan mata merah yang bersinar di kegelapan. Mereka segera menyadari bahwa makhluk itu bukan manusia.
“Lari!” teriak Raka, menarik Amara untuk berlari kembali ke arah pintu masuk.
---
Rahasia di Balik Cahaya
Namun, sebelum mereka mencapai pintu keluar, pintu gua tiba-tiba tertutup dengan sendirinya, menghalangi jalan keluar mereka. Cahaya dari liontin Amara kembali bersinar, kali ini membentuk lingkaran cahaya di lantai gua.
“Amara, berdirilah di tengah lingkaran itu!” teriak Arjuna.
Amara ragu, tetapi suara di dalam pikirannya mendesaknya untuk mengikuti. Ia melangkah ke tengah lingkaran, dan seketika, cahaya dari liontin terpancar lebih terang, memenuhi seluruh gua.
Makhluk besar itu berhenti, matanya merah berubah menjadi biru seperti yang mereka lihat sebelumnya di laut. Suara rendah bergema dari mulutnya, berbicara dalam bahasa kuno yang tidak mereka mengerti.
Namun, Amara tampaknya memahami. Ia membalas dengan suara yang pelan tetapi tegas. Setelah beberapa saat, makhluk itu menunduk, memberikan penghormatan, dan perlahan menghilang ke dalam bayangan.
“Apa yang baru saja terjadi?” tanya Raka dengan napas tersengal.
Amara menatap liontinnya, lalu memandang Raka dan Arjuna. “Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi makhluk itu... dia adalah penjaga. Dan dia mengatakan bahwa kita harus melanjutkan perjalanan ini. Kunci untuk semua jawaban ada di ujung gua ini.”
Raka memandangnya dengan ragu, tetapi akhirnya mengangguk. “Kalau begitu, kita harus bersiap. Ini baru permulaan.”
Mereka melanjutkan perjalanan lebih dalam, tidak menyadari bahwa perjalanan mereka akan membawa mereka pada rahasia yang jauh lebih besar dan kekuatan yang lebih menakutkan daripada yang pernah mereka bayangkan.
---
Akhir Bab 9
Bab ini berakhir dengan ketegangan yang meningkat dan pengungkapan lebih banyak tentang keterhubungan Amara dengan kekuatan misterius. Gua yang penuh dengan rahasia menjadi panggung untuk petualangan selanjutnya, mengarahkan mereka ke titik balik cerita.