Zhang Wei, seorang pelayan rendahan berusia 15 tahun, terusir dari salah satu keluarga besar di Kekaisaran Qin. Dalam usahanya bertahan hidup sebagai pemburu spiritual beast, ia menemukan sebuah pedang tua yang ternyata menyimpan roh seorang kultivator legendaris bernama Lian Xuhuan.
Dengan kekuatan dan pengetahuan mendalam tentang kultivasi, Lian Xuhuan menawarkan bimbingan kepada Zhang Wei untuk menjadi pendekar hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergerakan di Balik Pepohonan
Zhang Wei menemani Rania bermain di luar desa. Gadis kecil itu tampak sangat senang, melompat-lompat di salju sambil mengajak Zhang Wei berbicara tanpa henti. Awalnya, mereka hanya bermain di dalam area desa, tetapi perlahan Rania mulai membawa Zhang Wei ke arah hutan yang lebih jauh.
"Kak Zhang Wei, kita pergi ke pohon besar itu, ya?" serunya, menunjuk sebuah pohon menjulang tinggi di kejauhan.
"Kau yakin itu aman? Bukankah Liora menyuruh kita tidak pergi terlalu jauh?" Zhang Wei bertanya sambil tersenyum kecil.
"Ah, Kak Liora terlalu khawatir! Aku sering pergi ke sana sendirian, kok," Rania menjawab dengan nada riang.
Zhang Wei menghela napas, membiarkan gadis itu memimpin jalan. Namun, meskipun dia tampak santai, pikirannya tetap awas. Kondisinya yang belum sepenuhnya pulih membuatnya lebih berhati-hati.
Setelah beberapa waktu, mereka sampai di bawah pohon besar yang menjadi kebanggaan Rania. Akar-akarnya menjulang tinggi dari tanah, membentuk semacam tangga alami yang mengarah ke dahan-dahan yang besar dan kokoh.
"Lihat, Kak Zhang Wei! Pohon ini luar biasa, kan? Aku suka bermain di sini," ucap Rania sambil berlari menaiki akar-akar pohon itu.
Zhang Wei tersenyum kecil, memperhatikan gadis kecil itu bermain. Ia merasa sedikit terhibur melihat tingkah Rania yang polos dan ceria.
Namun, instingnya yang tajam segera merasakan sesuatu yang aneh. Hawa di sekitar mereka tiba-tiba berubah dingin, lebih tajam daripada biasanya. Suara burung dan serangga yang sebelumnya ramai mulai menghilang.
"Rania, turun dari pohon itu dan tetap di dekatku," ucap Zhang Wei dengan nada serius.
Rania berhenti sejenak, menatap Zhang Wei dengan bingung. "Ada apa, Kak Zhang Wei?"
"Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres," jawabnya sambil menajamkan indra spiritualnya untuk mendeteksi keberadaan makhluk lain di sekitar mereka.
Tiba-tiba, dari balik semak-semak, tiga serigala besar muncul. Bulu mereka putih keperakan, mata mereka merah menyala, dan taring mereka terlihat tajam. Itu adalah serigala salju tingkat 2, binatang buas yang terkenal ganas di wilayah utara.
"Serigala salju?" gumam Zhang Wei sambil mengerutkan alisnya.
Meskipun makhluk-makhluk itu tidak berbahaya baginya, dia tetap waspada. Dia tahu kondisinya belum sepenuhnya pulih, dan pedang kelabunya terlalu rapuh untuk digunakan dalam pertarungan.
"Kak Zhang Wei, itu serigala salju elit! Mereka berbahaya!" Rania berkata dengan nada ketakutan sambil bersembunyi di belakang Zhang Wei.
"Tenang saja, Rania. Aku akan mengurus ini. Kau tetap di belakangku," jawab Zhang Wei dengan nada tenang.
Salah satu serigala melompat ke arahnya, mencoba menyerangnya dengan taringnya yang tajam. Zhang Wei bergerak cepat, menangkis serangan itu dengan tangan kosong sebelum melayangkan pukulan keras ke kepala serigala tersebut. Makhluk itu terpental jauh, mendarat dengan bunyi keras di salju.
Serigala kedua mencoba menyerang dari samping, tetapi Zhang Wei dengan sigap memutar tubuhnya, menghindari serangan itu dan menghantam perut serigala tersebut dengan tendangan.
Serigala terakhir terlihat ragu-ragu, tetapi kemudian mencoba menyerang dari belakang. Zhang Wei, tanpa menoleh, menangkap serangan itu dengan satu tangan, lalu melemparkan serigala itu ke arah pohon dengan kekuatan cukup untuk melumpuhkannya.
Dalam hitungan detik, ketiga serigala itu terkapar di salju, tidak mampu bergerak.
Rania yang melihat kejadian itu langsung bersorak. "Kak Zhang Wei luar biasa! Kau benar-benar kuat!"
Zhang Wei hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. "Itu bukan apa-apa. Sekarang, ayo kita kembali ke desa. Tempat ini terlalu berbahaya."
Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, suara langkah kaki terdengar mendekat. Zhang Wei segera memasang kuda-kuda, tetapi ia langsung mengenali sosok yang muncul.
Itu adalah Liora, yang berdiri dengan busur di tangan, wajahnya penuh kekesalan.
"Rania! Berapa kali aku bilang jangan pergi terlalu jauh dari desa?!" serunya sambil berjalan mendekat.
Rania tertawa kecil, mencoba menyembunyikan rasa bersalahnya. "Maaf, Kak Liora. Aku hanya ingin menunjukkan pohon besar itu pada Kak Zhang Wei..."
"Pohon besar? Kau tahu itu alasan buruk, kan?" Liora menatapnya tajam sebelum mengalihkan pandangannya ke Zhang Wei.
"Dan kau, Zhang Wei. Kenapa membiarkan dia membawamu sejauh ini? Kau seharusnya tahu bahwa tempat ini berbahaya," ucapnya dengan nada tegas.
Zhang Wei hanya tersenyum tipis. "Aku tidak melihat alasan untuk menolak. Lagipula, aku bisa menjaga kami berdua."
Liora mendengus. "Dasar laki-laki keras kepala. Jangan pikir aku tidak tahu bahwa kondisimu belum pulih sepenuhnya. Kau bisa saja dalam bahaya jika melawan sesuatu yang lebih kuat dari itu."
Akhirnya, mereka bertiga kembali ke desa, dengan Rania berjalan di antara Zhang Wei dan Liora. Gadis kecil itu tetap ceria meskipun baru saja dimarahi, sementara Liora terus mengomel sepanjang jalan.
Zhang Wei hanya tertawa kecil mendengar pertengkaran kecil antara kedua saudara itu. Meskipun suasana hati Liora tampak buruk, Zhang Wei merasa ada kehangatan dalam dinamika mereka yang membuatnya terhibur.
Namun, di balik senyumnya, Zhang Wei masih memikirkan pergerakan aneh yang dia rasakan di hutan sebelumnya. Dia yakin serigala salju itu bukanlah ancaman sebenarnya. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mengintai...