Kisah seorang gadis pembenci geng motor yang tiba-tiba ditolong oleh ketua geng motor terkenal akibat dikejar para preman.
Tak hanya tentang dunia anak jalanan, si gadis tersebut pun selain terjebak friendzone di masa lalu, kini juga tertimbun hubungan HTS (Hanya Teman Saja).
Katanya sih mereka dijodohkan, tetapi entah bagaimana kelanjutannya. Maka dari itu, ikuti terus kisah mereka. Akankah mereka berjodoh atau akan tetap bertahan pada lingkaran HTRS (Hubungan Tanpa Rasa Suka).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Asing
Satu tahun kemudian pertemanan antara Zidan dan Salsha kembali rusak karena sebuah masalah kesalahpahaman yang ternyata tak dapat Salsha perbaiki. Setelah mereka lulus SMA, hubungan mereka kini berakhir asing. Bahkan sebaliknya dengan hubungan Erlangga bersama Meisya yang berujung saling mencintai.
"Lo beneran gak mau balik lagi sama Salsha? Dia gak seburuk yang lo pikirin, Zid. Ayolah, gue sama Meisya aja yakin kalo dia baik buat lo." kata Erlangga berusaha keras membujuk Zidan.
Saat ini mantan anak geng motor Geoxsa itu sedang berada di markasnya. Malam yang dingin membuat Meisya memberi sebuah kopi hangat pada Erlangga.
"Gue males bahas itu, udah lah. Biarin aja dia, lagian udah masa lalu juga. Udah lama gak perlu dibahas lagi." jawab Zidan sarkas.
Mendengar itu Erlangga langsung berdecak.
"Hati lo terbuat dari apa sih? Lo masih inget dia tapi lo kayak gak mau balik ke dia. Sebenarnya masalah lo apa sih ke dia? Hah? Kita minta lo balik cuma dari segi pertemanannya aja udah, gak lebih dari itu." ujar Erlangga lama-lama geram.
Meisya menatap Zidan yang tetap bersikap cuek.
"Inget, Zid. Orang yang jauh lebih baik bahkan lebih buruk dari Salsha itu banyak. Tapi, yang perlu lo tahu adalah, yang kayak dia cuma satu. Lo gak akan nemu dia di orang lain. Oh iya, satu catatan lagi, dia seorang penulis. Lo harus inget, entah lo bikin jatuh hati dia atau bahkan lo membuat dia sakit hati, siap-siap aja lo dicap gimana-gimana sama pembacanya. Lo bakal abadi, Zid. Dan gak cuma itu, peran nama samaran lo juga banyak. Lo juga belum tahu kehidupan Salsha dari kecilnya kan? Gue dulu juga nyesel, yang kayak dia cuma satu." jelas Meisya memberi peringatan.
Tiba-tiba dari luar markas datang seorang perempuan memakai hijab serta hoodie berwarna hitam.
"Halo, lo Zidan 'kan? Selamat ya, lo jadi tokoh paling abadi di tulisan temen gue. Sekarang kehadiran gue di sini mau ngasih undangan aja. Tenang, bukan undangan pernikahan kok. Tapi, undangan kebahagiaan aja buat gue sama para Salsvers. Iyaa, itu nama fans temen gue, kayaknya dia temen lo juga 'kan? Cuma ... Sekarang gak tahu deh, lo masih anggap dia atau gak. Btw, nih, jangan lupa dateng ya ke bioskop kesayangan lo." ucap seorang perempuan itu tersenyum seolah seperti senyum kemenangan.
Meisya mengernyit sejak tadi, ia berpikir keras menebak siapa perempuan itu.
"Lo ... Kayaknya gue gak asing deh," kata Meisya.
Perempuan tersebut pun berbalik menoleh ke Meisya dengan senyuman penuh kemenangan.
"Iya. Gue yang namanya Auresya Maharani, dipanggilnya Cia. Kayaknya mantan ketua geng kalian deh yang kenal gue duluan. Soalnya gue pernah chattingan sama dia."
Usai mendengar jawaban itu, Zidan menoleh dengan tatapan tajam.
"Oh, jadi lo Cia?"
"Hm, kenapa? Gak usah kaget gitu dah, kayak liat setan aja."
Erlangga pun ikut bingung.
"Bentar deh, lo tahu markas kita dari mana?"
"Dari ... Gue tahu sendiri lah, polos-polos gini gue gak bodoh juga kali. Gue ikutin salah satu mantan anggota kalian, namanya Farel kalo gak salah."
Dengan tanpa permisi Cia pergi dari markas begitu saja. Meninggalkan banyak pertanyaan dari tiga manusia yang tengah menghuni markas mereka.
Sontak Erlangga langsung tersenyum miring pada sahabatnya.
"Tuh, sekarang gimana terserah dari lo sendiri dah. Gue males urusin diri lo yang gak tau gue gak paham."
...ΩΩΩΩ...
Dikemudian harinya Zidan benar-benar datang ke sebuah bioskop yang biasa ia datangi. Bersama teman sekaligus mantan anggota inti Geoxsa Andaran.
Baru menonton filmnya saja sudah kembali bosan. Mantan ketua Andaran itu memang tidak terlalu suka menonton film.
Ketika masih duduk di bangku penonton, Zidan tiba-tiba dichat oleh kakaknya Salsha.
'Gue titip Salsha ya, jagain dia, gue masih harus kerja.'
Jangan ditanya bagaimana reaksinya, karena seorang Zidan Alvano Putra sudah jelas memasang wajah datar.
Ia segera menyimpan ponselnya ke dalam sakua jaketnya. Lalu, menoleh ke Erlangga.
"Acaranya udah selesai kan?" tanya Zidan dingin.
Erlangga menoleh, sedetik kemudian mengangguk.
"Gue mau cari Salsha, lo semua balik duluan aja."
"Ya udah, tapi lo gak boleh sakitin dia." sahut Meisya.
Selang beberapa menit setelahnya Zidan pun akhirnya menemukan keberadaan Salsha. Dimana ternyata perempuan itu sedang merasa lapar di siang hari.
Laki-laki bernama Zidan tersebut berdecak.
"Eh, ayo balik cepetan." katanya justru mendapati wajah bingung seorang Salsha.
"Maksudnya apa ya?"
"Lo gak denger? Pulang sama gue, lo laper gue tau."
Salsha menelan ludahnya sambil menunduk. Memang kenyataannya benar bahwa dirinya sedang lapar. Tetapi, masa ia harus mengakui di depan Zidan. Apalagi keduanya masih asing.
"Ya udah iya. Cia, gue balik duluan gak papa 'kan?" pamit Salsha pada sahabatnya.
Cewek berhijab instan itu mengangguk.
"Silakan duluan aja Sal, gue juga kan sama Mas Dani."
Sesampainya di jalan Zidan pun menawarkan cafe pada Salsha. Meskipun posisi keduanya berjarak di atas motor.
"Lo mau ke cafe apa? Tinggal sebut, nanti gue yang bayar. Lo tinggal duduk manis aja,"
Salsha mendengus begitu mendengar ucapan Zidan. Pikirnya semua yang laki-laki tersebut lakukan adalah karena perintah dari Haikal, kakaknya.
"Pasti karena bang Haikal 'kan?"
"Enggak. Dia cuma nyuruh gue harus pulang sama lo. Perihal makan itu dari inisiatif gue sendiri, lo laper gue tahu."
Dengan refleks Salsha menggeplak punggung Zidan cukup keras, membuat seseorang itu menoleh.
"Pegangan makanya,"
"Idih, pede banget lo.".
"Yaudah, kalo lo jatuh jangan salahin gue. Dan jangan ngadu ke Haikal gara-gara gue."
"Gue bakal ngadu! Aduin kalo lo cowok gak bisa jaga cewek."
Adu mulut itu terjadi berulang kali, sampai akhirnya Zidan yang terpaksa harus mengalah meskipun ia kesal sendiri.
"Iya-iya, udah sekarang lo pegangan ke perut gue. Kalo ke pinggang gue geli." ujar Zidan menarik asal tangan Salsha ke bagian perutnya.
Adik dari ketua geng motor Geoxsa itu melotot tak percaya. Apalagi jaket ketua Andaran ini sangatlah wangi dan juga bersih. Ah, Zidan memang bukan kaleng-kaleng.
Usai berpegangan Salsha pun langsung meminta turun di sebuah cafe sederhana. Yang menjadi supirnya hanya menuruti.
"Lo suka makan chicken? Emangnya sejak kapan?" tanya Zidan hanya sekedar basa-basi.
Senyuman tipis terbentuk dibibir seorang Salshabilla. "Kalo gak suka ngapain gue minta di sini? Lo kalo nanya yang penting lah,"
"Yaudah, sekarang jawab pertanyaan gue. Lo sayang gak sama gue? Harus jujur, katanya yang penting."
Pertanyaan dari Zidan sontak membuat Salsha bertanya-tanya.
"Kenapa lo tanya gitu?"
"Udah sih, jawab aja sejujurnya."
"Yaudah iya, tapi sayang temen doang. Jangan kepedean jadi orang."
Diam-diam dibalik helmnya Zidan tersenyum bangga. Tanpa disadari ia bahkan menginjak gas motornya hingga sangat ngebut dan membuat Salsha ketakutan.
"Zidan! Lo kenapa ngebut banget sih! Gue takut tau gak!"
Sesudah mendapat teguran keras, Zidan akhirnya melambatkan motornya sampai ke cafe.