Raja Chaiden Gaver Wallace dan Ratu Ivara Zelda Geraldine Wallace, pasangan Raja dan Ratu yang saling mencintai, dua sosok yang memiliki pengaruh paling besar di kerajaan Wallace.
Ratu Wallace, merupakan perempuan Cantik, tangguh, bijaksana dan juga pintar, seorang Ratu yang begitu menghargai rakyat nya.
Tragedi penculikan yang di lakukan oleh paman Raja Wallace, membuat nya terjatuh ke dalam jurang, meninggal kan semua orang termasuk meningal kan cinta nya.
---------------------------------------------------
"Queen aku merindukan mu"
~Raja Chaider Gaver Wallace
"King aku kembali?"
~?......
"Ibu apa kami memiliki ayah?" tanya dua bocah kecil.
~?.....
Setelah tujuh tahun berpisah, akhirnya semesta kembali mempertemukan mereka berdua.
Akan kah cinta mereka akan kembali menyatu? Atau hanya sebatas pertemuan singkat?
Ada rahasia besar apa di antara Raja dan Ratu?
Penasaran? Cus langsung kepoin cerita Author
Season 2 CALON RATU TANGGUH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEDIAMAN DUKE ALBERT
Kereta kuda yang di tumpangi Ivara sudah sampai di depan gerbang kediaman Duke Albert.
Para prajurit yang berjaga dengan sigap langsung membuka kan jalan, karena mereka melihat dua pria kepercayaan Raja dan Ratu Wallace ada di belakang Kereta kuda itu.
Jantung Ivara berdegup kencang, saat kereta kuda nya mulia bergerak semakin dekat dengan ke diaman orang tua nya.
"Ibu gugup?" tanya Brian, menyentuh tangan Ivara.
"Sedikit," jawab Ivara tersenyum kecil.
Setiap melihat tingkah putra sulung nya, Ivara merasa sedang berbicara dengan Raja Wallace.
Ah Ivara jadi tidak sabar untuk segera bertemu dengan suami nya.
"Apa Kakek dan Nenek jahat? Tenang saja kan di sini ada Damar," ucap Damar melihat kearah Ibu nya.
"Mana ada Kakek dan Nenek kalian jahat, mereka semua orang baik, jadi Damar sama Brian harus sopan iya Nak," ucap Ivara lembut.
Walaupun Putranya ini merupakan seorang Pangeran, tapi Ivara tidak serta-merta membiarkan putra nya bersikap tidak sopan pada orang yang lebih tua, terlebih itu keluarga nya.
"Silahkan Yang Mulia Ratu," ucap John mengulurkan tangan nya membantu Ivara untuk turun.
"Terimakasih Paman," jawab Ivara menerima uluran tangan John.
"Sudah tugas saya Yang Mulia," jawab John menunduk kan kepala nya sopan.
"Hiro, tolong kamu bantu Brian dan Damar untuk turun," ucap Ivara berdiri di samping kereta kuda nya.
"Baik Yang Mulia," jawab Hiro, cepat.
Dengan cekatan Hiro langsung mengangkat tubuh Brian dan Damar untuk turun dari kereta kuda nya.
Para prajurit yang berjaga bertanya-tanya di dalam hati mereka, tentang siapa perempuan bercadar dan dua bocah kecil bertopeng yang datang bersama orang kepercayaan Raja dan Ratu Wallace.
Edmund yang baru saja kembali dari barak prajurit menghentikan langkah nya, saat melihat ada Hiro dan Kenzo di depan kediaman nya.
"Ada perlu apa mereka berdua datang berkunjung?" batin Edmund, bertanya-tanya.
Edmund berjalan menghampiri Kenzo dan Hiro yang sedang berdiri di samping sebuah kereta kuda, di sana Edmund juga melihat seorang perempuan bercadar dan dua bocah kecil bertopeng.
"Salam tuan muda Raymond," ucap Kenzo dan Hiro menundukkan kepalanya sopan.
"Hem"
Edmund hanya berdehem singkat, menetap penuh selidik ke arah mereka terutama pada perempuan bercadar dan dua anak kecil bertopeng
Deg
Jantung Edmund berdetak kencang melihat mata perempuan bercadar yang sedang melihat nya dengan mata berkaca-kaca.
"Kakak," ucap Ivara dengan suara bergetar
Deg
Deg
Deg
Edmund mematung mendengar suara perempuan bercadar itu.
"T-tidak mungkin," batin Edmund menggelengkan kepala nya.
"Kakak," ucap Ivara membuka cadar nya.
Duarr.
"I-ivara, adik ku," ucap Edmund terkejut.
"Iya, kakak apa kabar?" tanya Ivara tersenyum dengan lelehan air mata.
Bohong jika selama ini Ivara tidak merindukan orang tua dan kakak-kakak, nyatanya Ivara rindu dengan mereka semua.
Grep
"I-ini beneran kamu, kamu masih hidup. Hem?" ucap Edmund memeluk erat tubuh Ivara.
Ivara hanya mengangguk kan kepala nya di dalam pelukan kakak ke dua nya.
"Sudah pelukan nya jangan lama-lama," ucap Damar melepaskan belitan tangan Edmund.
Edmund menatap aneh anak kecil yang baru saja melepaskan pelukan nya dengan sang adik.
"Ibu, sini tangan nya," ucap Brian mengelap tangan Ivara menggunakan sapu tangan nya.
"Sayang," ucap Ivara menggelengkan kepala nya melihat ke posesif an putranya.
"Mereka siapa?" tanya Edmund menatap lekat wajah Brian dan Damar.
"Keponakan mu," jawab Ivara tersenyum kecil.
"APA!!!"
Teriak Edmund membulatkan matanya.
"J-jangan bilang mereka," ucap Edmund mengeluhkan tidak percaya.
"Iya, mereka putra ku bersama Yang Mulia Raja," ucap Ivara, seakan mengerti apa yang sedang kakak nya pikiran.
Edmund menggelengkan kepala nya tidak percaya, ternyata dua bocah kecil bertopeng ini adalah Pengeran Wallace.
"Salam Yang Mulia Pangeran," ucap Edmund membungkuk kan badan nya hormat.
"Sayang, paman ini kakak nya Ibu," ucap Ivara memberi tahu.
"Salam Paman," ucap Brian dan Damar mengangguk kan kepala nya sopan.
Edmund tersenyum tipis melihat dua keponakan kecil nya.
"Yaudah ayo masuk, kita lanjut di dalam," ucap Edmund semangat.
Edmund yakin orang tua nya akan bahagia melihat kedatangan mereka, apa lagi yang datang bukan hanya adik nya, tapi juga keponakan nya.
"Ayo sayang," ucap Ivara pada putra kembar nya.
Brian dan Damar mengangguk mengikuti langkah Ibu mereka, sementara Edmund, Hiro dan Kenzo berjalan ngikutin mereka dari belakang.
Mereka semua masuk kedalam kediaman Duke Albert.
"Salam Tuan muda!"
"Salam Tuan Hiro!"
"Salam Tuan Kenzo!"
Ucap para pelayan yang melihat kedatangan mereka.
Para pelayan tidak memberikan salam pada Ivara dan ke-dua putra nya, karena mereka tidak mengetahui bahwa perempuan itu adalah Ratu Wallace, sekaligus nona muda mereka.
Ivara menggelengkan kepala nya saat melihat kakak ingin membuka suara, guna menegur para pelayan.
"Jangan kak," ucap Ivara.
Edmund mengernyit kan alisnya heran, melihat adik nya.
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, nanti," ucap Ivara, memberikan alasan secara singkat.
Mendengar perkataan adik nya dengan berat hati akhirnya Edmund mengangguk kan kepala nya.
Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan nya menuju ruang tamu.
Langkah Ivara terhenti melihat sosok laki-laki yang sedang duduk di ruang tamu sedang menikmati secangkir teh.
Mata Ivara sudah berkaca-kaca melihat cinta pertama nya, laki-laki pertama yang mencintai Ivara dengan hebat.
"Salam sehatAyah," ucap Edmund.
"Salam Tuan Duke," ucap Kenzo dan Hiro, sopan.
"Ada apa kalian mengunjungi kediaman saya," ucap Duke Albert mengangkat kepala nya.
Duke Albert tertegun, saat melihat seorang perempuan bertopeng dan dua pria kecil, Duke Albert pikir hanya, Edmund, Hiro dan Kenzo yang datang, ternyata tidak.
"A-ayah..." ucap Ivara lirih.
Deg
"Suara itu?" batin Duke Albert bangkit dari tempat tempat duduk nya.
"Ayah Ivara rindu hiks...hiks...hiks..." ucap Ivara langsung menubruk tubuh ayah nya, memeluk nya erat.
"A-apa," ucap Duke Albert tertegun.
"Ayah Ivara rindu hiks...hiks...hiks..." ucap Ivara lagi.
"A-apa kamu benar-benar putri kecil ku?" tanya Duke Albert dengan jantung bergemuruh.
"Iya, Ivara kembali ayah hiks...hiks... Ivara kembali hiks...hiks..." ucap Ivara membuka cadar nya.
"Oh ya ampun putri ku, kamu benar-benar nyata Nak," ucap Duke Albert saat melihat wajah Ivara.
"Kamu kemana saja sayang, kamu kemana saja selama ini Hem?" tanya Duke Albert merengkuh tubuh Ivara semakin erat.
"Sayang, ayah sangat merindukan mu Nak, kenapa kamu meninggalkan ayah begitu lama Hem?" ucap Duke Albert dengan air mata yang mengalir dari pelupuk mata nya.