Alettha gadis 16 tahun yang kini duduk di bangku kelas 2 SMA itu nampak diam termenung, wajah cantiknya masih terlihat kesedihan yang mendalam.
Kehilangan Ayahnya membuat gadis itu begitu frustasi dan begitu sedih, belum lagi semua aset kekayaan ayahnya kini sudah di ambil alih oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab.
Alettha Kinaya Ayu, harus meneruskan hidup nya berapa dengan ibu tiri dan kakak tiri nya yang kurang menyukai nya itu, entah apa yang akan terjadi pada gadis malang itu.
Yuk mampir di cerita pertama ku semoga kalian suka❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lembayung Senjaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Kembali
Pagi yang begitu cerah
***
Ayu dan Alettha menunggu semua anggota keluarga Wijaya sarapan dengan diam.
" Alettha, Ayu kalian tidak sarapan?". Ucap Mona menatap dua gadis itu.
" Kami sudah sarapan nyonya, selamat menikmati." Seru Ayu tersenyum.
Hening hanya dentingan bunyi sendok dan piring yang beradu, sedang kan Arkha nampak sibuk dengan ponselnya yang terus saja berdering.
" Hallo?."
" Emz, nanti ku hubungi lagi ." Arkha meninggalkan meja makan dengan cepat.
" Arkha..". Seru Muklis menatap putra nya yang beranjak pergi.
Dengan malas pemuda tampan itu berbalik dan menatap ayahnya.
" Apa?." Perasaan kesal masih terasa di hari Arkha tentang perkataan ayah nya semalam.
" Bantu papa dirumah sakit, Arsya akan ikut mama meeting dengan klien di perusahaan."
Hari itu Arsya sudah harus mengurus perusahaan yang sedang bermasalah bersama dengan Mona sedangkan Arkha yang hanya berdiam diri di rumah membuat Muklis jengah, bagaimana bisa dia bersantai sedang rumah sakit membuat tenaga.
" Arkha sibuk, papa urus saja pasien sendiri. Lagi pula sertifikat mangang ku belum keluar." Ucap Arkha dengan datar membuat Muklis murka.
" Apa kesibukan mu hanya mengurus anak dari wanita malam itu, papa menyekolahkan mu setinggi mungkin untuk menjadi seorang dokter bukan bodyguard dari anak penghibur Arkhana.."
Seketika ruang makan yang tenang menjadi mencekam, Arkha yang menghentikan langkah nya menatap tajam Muklis yang telah berdiri dari duduk nya.
" Dia memang anak seorang wanita malam, tapi dia bukan wanita malam. Jaga bicaramu tuan Muklis Wijaya atau aku sendiri akan lupa jika kau adalah orang tua ku."
Mona menahan lengan Muklis agar suami nya itu lebih tenang menghadapi tingkah dan sikap kedua anak nya yang begitu berbeda beda.
" Mas sudah ini masih pagi, tidak baik bertengkar seperti ini.."
" Anak ini harus di beri pelajaran Mona, mau jadi apa jika dia terus berada di lingkungan wanita malam dan para pemabuk seperti itu ."
" Dinda bukan wanita malam pah.."
Argumentasi terus memanas membuat beberapa pelayan mengintip apa yang sedang terjadi pada keluarga yang biasanya begitu harmonis itu, Arkha mengempalkan tangan nya hingga buku buku tangan nya memutih.
" Arkha hentikan, mama tidak mau ada keributan antara kamu dan papa mu.." Mona berusaha menengahi kedua nya.
Sedangkan Arsya sibuk memakan sarapannya dengan tenang dan tak peduli apa yang terjadi.
" Kamu belum tau siapa dia Arkha, dia hanya akan membuat mu jatuh ke pelukan nya lalu memanfaat mu . Tanyakan pada gadis itu jika memang dia bukan bagian dari wanita malam seperti ibunya."
Prang
Arkha yang marah seketika membanting vas bunga besar di sebelah nya kemudian pergi berlalu.
" Mas, hentikan semua nya . Perkataan mu tidak seharusnya seperti itu bagaimana pun Dinda adalah teman Arkha sejak dulu, selepas apa yang dia lakukan itu bukan urusan kita." Mona merasa kesal bagaimana bisa suami nya berkata sedemikian pada seorang wanita.
Muklis diam terduduk mengingat usapan nya yang begitu pedas mengatai seorang wanita dengan begitu lantang.
" Aku selesai. Ayo ma, waktu tidak bisa terbuang sia sia hanya untuk mendengar perdebatan tak penting prihal wanita malam." Arsya memakai jas nya dan bersiap pergi.
Mona menatap putra nya itu dengan heraan nafas kesal .
" Aku harus pergi, Ayu Alettha bersihkan semua kekacauan ini." Ucap Mona lembut menatap kedua gadis itu yang nampak masih begitu syok.
Mona segera menyusul Arsya yang kini sudah berada di dalam mobil dengan laptop di pangkuan nya.
" Terima kasih pak." Ucap Mona saat supir membuka kan pintu mobil untuk nya.
" Berhenti bersiap seperti ini Arsya, seharusnya kamu bis berpikir lebih dewasa dan menjadi anutan baik untuk adikmu?."
Arsya menutup laptop menatap supir yang hendak berbicara kemudian tak jadi, supir yang mengerti kemudian segera melajukan mobilnya meninggalkan rumah.
Mobil menembus jalanan yang ramai oleh para pengemudi dan juga anak anak yang hendak berangkat sekolah, di dalam mobil hanya terdengar suara dari radio mobil tidak ada percakapan penting antara anak dan ibu itu.
Tak lama mereka sampai di perusahaan milik Mona dan langsung di sambut sapaan dari semua karyawan yang berhalu lalang, mata mata mereka menatap Arsya tak berkedip. Pujian pujian terdengar berbisik-bisik merdu.
Mereka sudah mengenal dan faham betul dengan siap mereka berhadapan namun meskipun begitu banyak diantara mereka masih saja berusaha mendapatkan perhatian dari anak CEO di perusahaan mereka itu .
Arsya dengan tatapan tajam dan dingin hanya diam saat mereka menyapa nya dengan begitu ramah, dengan langkah cepat pemuda itu langsung masuk kedalam lift menuju ruang meeting yang akan berlangsung.
Ting
Bunyi lift terbuka membuat Arsya dan Mona segera keluar dan menuju ke ruang meeting di man beberapa orang sudah berada di sana, mereka memang datang sedikit terlambat dari waktu yang di sepakati karena prihal Arkha dan ayahnya .
" Selamat Pagi semua." Ucap Mona menatap setiap tamu berserta sekertaris mereka yang sudah datang.
Selama pagi ibu mona dan pak Arsyakha
Mereka langsung duduk di kursi masing masing menunggu klien yang belum datang.
Arsya membuka ponselnya bermain sembari menunggu meeting di mulai.
Cklek
Pintu terbuka terlihat seorang pria dengan jas hitam tersenyum pada semua orang.
" Selamat pagi semua, selamat pagi Ibu Mona dan Pak Arsya ..." Suara berat itu seketika membuat Arsya langsung menatapnya tajam.
Dia adalah Derry Fredika pengusaha kaya yang selalu bermain dengan banyak wanita termasuk sekertaris atau malah rekan kerja nya sendiri, Arsya menatap tajam Derry yang tersenyum manis padanya.
" Bertemu kembali setelah sekian tahun, kamu masih mengingat ku tuan muda Wijaya ?". Gumam Derry duduk di depan Arsya dengan tatapan mencemoh.
Mona yang melihat tingkah Derry juga menjadi kesal saat tak henti dia terus menggoda Arsya dan itu bisa membuat anak nya kehilangan kendali dan akan membuat masalah.
" Pak Derry, berhenti berbicara dan mari kita mulai meeting pagi ini . Saya tidak ingin ada kekacauan lagi di pagi yang indah ini. Berhenti bertanya hal tidak penting pada putra ku ." Ucap Mona tegas membuat Derry hanya tertawa kecil.
Sedangkan Arsya tatapan tajam dan siap menerkamnya tidak pernah lepas dari Derry tanggan nya tergepal sempurna dan siap terhujat pria itu, meeting di mulai dengan hawa panas dari Arsya yang benar-benar membuat semua orang takut .
Meeting berlangsung dengan berbagai pertanyaan dari pemilik perusahaan lain yang hendak bekerja sama dengan perusahaan Wijay, sedangkan Derry nampak sesekali memperhatikan Mona yang sedang menjelaskan isi sesi meeting dan apa yang harus di lakukan dan juga keuntungan yang akan mereka dapatkan tentunya.
" Akan ku bunuh kau bajingan sialan." Batin Arsya saat melihat tatapan mesum Derry terhadap ibu nya.