Perjuangan dan kesabaran seorang Langit Maheswara, berakhir sia-sia. Wanita yang selalu dia puja, lebih memilih orang baru. Niat hati ingin memberikan kejutan dengan sebuah cicncin dan juga buket bunga, malah dirinya yang dibuat terkejut saat sebuah pemandangan menusuk rongga dadanya. sekuat tenaga menahan tangisnya yang ingin berteriak di hadapan sang kekasih, dia tahan agar tidak terlihat lemah.
Langit memberikan bunga yang di bawanya sebagai kado pernikahan untuk kekasihnya itu, tak banyak kata yang terucap, bahkan ia mengulas senyum terbaiknya agar tak merusak momen sakral yang memang seharusnya di liputi kebahagiaan.
Jika, dulu Ibunya yang di khianati oleh ayahnya. maka kini, Langit merasakan bagaimana rasanya menjadi ibunya di masa lalu. sakit, perih, hancur, semua luka di dapatkan secara bersamaan.
Ini lanjutan dari kisah "Luka dan Pembalasan" yang belum baca, yuk baca dulu 🤗🥰🥰
jangan lupa dukungannya biar Authornya semangat ya 🙏🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput Kejora
Masih dengan wajah misuh-misuhnya, Langit pergi menuju rumah sakit. Raja tetap meminta Langit untuk melakukan serangkaian tes, dia tak mau sahabat berduitnya itu tertular penyakit orang yang suka di celup-celup kayak teh.
Salah seorang Dokter menghampiri Langit yang tengah duduk di kursi tunggu, dia adalah sahabat Langit yang menjadi Dokter pribadinya, Dokter yang menangani Kejora pula saat Langit membawa Kejora ke apartemennya.
"Ngapain lu pada disini? Siapa yang sakit?" Tanya Galen berdiri di samping Langit.
"Sahabat gue nih yang kudu di periksa, dia habis di nodai." Jawab Raja.
"What! Di nodai? Kambing mana yang mau sama modelan kayak gini?" Ucap Galen menatap Langit dari kaki sampai ke ujung kepalanya.
"Paling demen emang kalo masalah nistain gue, jangan salahin gue kalau lu pada kagak punya kerjaan." Ucap Langit kesal.
"Wih, jangan gitu dong Bro." Ucap Galen mulai takut.
Raja pun terkekeh melihat perubahan wajah Galen, dia juga menoleh ke samping melihat wajah super masam Langit seperti belimbing wuluh.
"Cerita dong." Desak Galen penasaran, dia duduk di tengah Raja dan Langit. Satu hal yang unik dari Galen, dia adalah pria lemes yang suka sekali dengan gosip.
Raja menceritakan semuanya pada Galen sambil menahan tawanya, bahkan ceritanya terputus-putus saking lucunya mengingat Langit mencuci mulutnya dengan sabun sirih. Galen ikut tertawa, tetapi dia menyembunyikan wajahnya di belakang punggung Raja yang mana keduanya semakin tergelak satu sama lain.
"Anjirrr, sejak kapan pepek pindah ke mulut? Hahaha." Ledek Galen.
"Ya gak aneh sih, si Langit juga punya kumis, anggap aja itu z3mbyudsnya." Timpal Raja sambil memegangi perutnya.
"Terus aja terus!" Sewot Langit.
Nama Langit di panggil, dia masuk ke dalam ruangan untuk melakukan serangkaian tes yang harus dia lakukan.
...****************...
Kejora menjatuhkan tubuhnya keatas kasur, semua barang belanjaannya dia letakan di bawah lantai begitu saja. Matanya menatap keatas langit-langit kamar, buliran bening yang tak seharusnya keluar, mendesak begitu saja saat bayangan sang Nenek dan kedua saudaranya tengah tersenyum penuh arti padanya.
"Disana indah banget ya Nek, Bang, Adek? Kejora janji, Kejora akan hidup lebih baik lagi. Benar kata Gladys, Kejora berhak gapai bahagia." Ucap Kejora seraya menyeka air matanya.
"Oh iya, Kejora nanti pindah ke rumah Om Nando dan Tante Zoya. Entah apa yang sudah Tuhan rencanakan, sekarang Kejora di kelilingi orang-orang baik, meskipun baru kenal mereka terlihat menyayangi Kejora." Kejora tersenyum simpul, ia pun terkekeh mengingat kerandoman Zoya dan Nando.
Dalam ke sendiriannya, tawanya menghilang kala ia mengingat ucapan Mega tadi. Kata Mati yang di tujukan pada adiknya begitu menyakitkan, apalagi di depan banyak orang Mega menjatuhkan dirinya.
"Awas saja, kalau dia macam-macam akan ku bongkar semua rahasia anaknya. Mereka pikir aku tidak terluka? Sekarang luka yang ku rawat mulai berangsur membaik, jangan salahkan aku jika semuanya ku kembalikan pada kalian yang telah menorehkan luka." Gumam Kejora.
Rahasia Kavi dia simpan dengan begitu rapat, awalnya Kavi berpacaran dengan Kejora untuk menutupi aib dirinya yang menyukai sesama jenis. Tetapi lambat laun, rasa cinta Kavi berhasil tumbuh subur karena Kejora mampu membuatnya jatuh se-jatuhnya. Saat masih kuliah, Kavi kecelakaan dan dia di larikan ke rumah sakit. Saat itu, orangtua Kavi sedang berada di luar negeri dan Kejora lah yang selalu ada untuk Kavi. Dia rela pulang pergi dari pekerjaannya yang saat itu bekerja di Laundry dan juga Cafe, ketulusan itu yang menbuat kedua orangtua Kavi merestui hubungannya. Kabar buruk dari Dokter yang menyampaikan ada masalah dengan alat reproduksi Kavi akibat kecelakaannya, sampai akhirnya Kavi dinyatakan Impoten.
Kavi merasa malu pada Kejora, dia sampai stress dengan keadaannya karena impian menikah dengan Kejora dan hadirnya anak diantara mereka hanya angan saja. Tetapi gadis yang selalu ada di sampingnya itu memberikan semangat, sampai Kavi bangkit dan mulai berkonsultasi dengan Dokter serta mulai menjaga pola hidup sehatnya sebagai salah satu usaha agar penyakitnya bisa sembuh. Tetapi usaha itu belum menunjukkan hasilnya, masalah baru pun menghantam Kejora, dia di jebak ibunya dan mendapatkan pelecehan itu.
"Ibu biadab! Papa bajingan, Kakak brengsek! Kurang pahit apa hidup gue, perasaan manisnya pas sama orang yang peduli gue, bukan orang yang sangat gue butuhkan perannya." Gerutu Kejora.
Hoaammm...
Kejora menguap sampai matanya berair, dia butuh istirahat agar tubuhnya tak merasa lemas dan setidaknya bayangan masa lalunya itu juga menghilang walau tak lama.
*
*
Sore hari.
Tepat pukul jam 4 sore, Zoya menjemput Kejora di kediaman Meta. Nando tidak ikut karena banyak pekerjaan, sementara Arzan anak sulungnya masih sibuk di sekolah karena sebentar lagi dia lulus dari SMA.
Sesampainya di rumah Meta, Zoya keluar dari dalam mobilnya dan berjalan menuju pintu rumah.
Tokkk.... Tokkk....
Beberapa kali Zoya mengetuk pintu, baru terdengar seseorang menyahut dari dalam.
Ceklekkk..
Begitu pintu terbuka, Zoya melihat gadis cantik yang tak lain adalah Ayra. Melihat penampilan Zoya secara keseluruhan, Ayra langsung menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya adalah Zoya yang meminta Kejora untuk tinggal bersama.
"Tante Zoya ya?" Tanya Ayra memastikan.
"Iya betul, Kejoranya ada?" Jawab Zoya.
"Ada kok, dia lagi beresin barang. Silahkan masuk," Jawab Ayra sembari mempersilahkan Zoya masuk ke dalam rumah.
Ayra mempersilahkan Zoya duduk di ruang tamu, sementara dirinya pergi ke kamar Kejora dan setelah itu dia pergi ke dapur.
Selang beberapa menit, Kejora datang dengan pakaian rapih. Kejora menyalimi tangan Zoya, dia pun duduk di samping calon Ibu angkatnya.
"Gimana? Udah siap semuanya?" Tanya Zoya dengan lembut.
"Udah, maaf ya Tante jadi ngerepotin." Jawab Kejora, rasanya dia tidak enak sekali karena harus merepotkan Zoya. Padahal dia bisa saja berangkat ke rumah Zoya menggunakan taksi atau diantar Ayra, tetapi Zoya tetap kekeh untuk menjemputnya.
"Jangan sungkan anakku." Ucap Zoya dengan nada yang membuat Kejora mengulum senyumnya.
"Di minum dulu, Tante." Ucap Ayra yang datang membawa secangkir teh dan juga biskuit diatas nampannya, dia meletakannya diatas meja.
"Iya, terimakasih." Ucap Zoya menerima jamuan dari Ayra.
Ayra duduk di sebrang Zoya dan Kejora, bibirnya mengukir senyum membalas ucapan Zoya.
"Tante, aku titip sahabatku ya. Nanti kalau dia nakal, getok aja pakai talenan, manjur kok." Ucap Ayra.
"Bajingan kau dek!" Protes Kejora.
"Kejora, nakal? Kok di getok pake talenan sih? Linggis dong." Balas Zoya sambil menaikkan satu alisnya pada Ayra.
"Ternyata sama aja." Ucap Kejora pasrah.
Ayra dan Zoya pun terkekeh, mereka bertiga ngobrol banyak dan tertawa bareng sampai satu jam lamanya. Zoya melirik jam, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.
"Sepertinya kita harus berangkat sekarang," Ucap Zoya.
"Oh yasudah, aku ambil tas ku dulu ya." Jawab Kejora.
"Kamu ikut kan?" Tanya Zoya pada Ayra.
"Ikut dong, kan mau ikut pengajian juga biar dapet makanan gratis. Maklumlah, gak ada kakak jadi gak ada yang masak." Jawab Ayra tanpa ada rasa canggung.
"Oh ternyata, Kejora punya teman manusia gratisan ya." Ucap Zoya dia akhiri kekehannya.
Kejora gegas masuk ke dalam kamarnya, dia berdiri mengatur nafasnya yang terasa sesak. Sebelum Ayra pulang, Kejora memang memejamkan matanya dan tidur menjelajahi mimpinya. Tetapi mimpinya sangat aneh dan sekarang mulai mengganggu pikirannya, jantungnya berpacu hebat sampai keringat membanjiri wajahnya, untungnya Ayra membangunkannya dari mimpi buruk itu. Entahlah, Kejora tak tahu begitu jelas itu mimpi buruk atau sebuah pertanda baginya.