NovelToon NovelToon
Dilema Cinta

Dilema Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Cinta Murni
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.

Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.

Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.

Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?

Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Kenyataan yang Menyakitkan

Sore itu, di bawah langit yang mulai gelap, Arya menyaksikan sebuah pemandangan yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Dari kejauhan, di taman ia melihat Aisha berada dalam pelukan Dani. Dadanya terasa sesak, dan tanpa pikir panjang, Arya melangkah cepat ke arah mereka, amarah dan kebingungan memenuhi pikirannya. Ia sudah sendiri di taman itu, setelah membantu rekan kerjanya.

Arya: (dengan nada tajam, suaranya bergetar) “Aisha! Apa yang kamu lakukan?”

Aisha terkejut mendengar suara Arya, segera melepaskan pelukan Dani dan menatap Arya dengan panik. Dani, yang menyadari situasinya, tampak ingin menjelaskan namun memilih diam.

Aisha: (suara tertegun) “Arya... Aku...”

Arya: (memotong) "Kau... Harusnya tidak memanfaatkan hubungan sahabatmu ini, Dan. Terlalu banci merebut di saat menjalin dengan yang lain. Harusnya kamu lebih berani dari awal, Dan."

Arya: (memegang tangan Aisha) “Ikut aku. Kita bicara sekarang.”

Tanpa memberikan Aisha kesempatan untuk menjelaskan, Arya menggenggam tangan Aisha dan membawanya menuju mobilnya. Dani hanya bisa menatap dengan perasaan terluka, mengetahui bahwa perasaan Aisha kini tergantung pada keputusan yang diambilnya bersama Arya malam itu.

Apa yang mau Arya lakukan? Kenapa bibir ini seolah terkunci mengatakan semuanya? Dada ini rasanya ada sesuatu yang sakit dan ketakutan saat aku melihat Arya. Apa ini berarti cinta untuknya masih ada? Batin Aisha.

Di dalam mobil, suasana begitu hening dan mencekam. Arya terus memegang kemudi dengan erat, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Aisha duduk di sampingnya, merasa gelisah, namun bingung harus memulai dari mana. Udara di antara mereka terasa berat, seakan penuh dengan kata-kata yang terjebak.

Aisha: (dengan suara lembut) “Arya, aku bisa jelaskan...”

Arya: (tanpa menoleh) “Nggak perlu, Aisha. Aku sudah lihat semuanya.”

Aisha: “Arya, tolong dengarkan aku dulu. Dani hanya... hanya teman yang menghiburku saat aku merasa sendirian. Kamu nggak ada di sana, dan dia selalu ada buat aku.”

Kenapa malah mengatakan hal bodoh, Sha. Harusnya jangan berbohong, Sha. Batin Aisha yang entah kenapa ia bingung pada dirinya sendiri.

Arya: (menghela napas panjang) “Jadi, karena aku nggak ada, kamu merasa sah-sah aja untuk jatuh dalam pelukan orang lain?”

Aisha: “Nggak begitu, Arya. Kamu salah paham. Aku nggak pernah berniat mengkhianatimu. Sudah aku bilang aku perlu waktu untuk hatiku ini. Tapi...”

Arya: (menatap lurus ke depan) “Aisha, aku sudah berusaha menyelesaikan semua masalahku dengan Lana, hanya demi kita. Aku lakukan semua ini untuk kamu. Tapi, apa yang aku dapat saat kembali? Kamu malah terlihat nyaman dengan orang lain. Harusnya aku tidak membiarkan menyetujui saat dulu karena akibatnya sekarang kau nyaman dengan Dani sahabatmu sendiri, dan Dani memanfaatkan goyahnya hatimu. Apakah itu yang kau maksud Dani baik?”

Aisha terdiam, merasakan sakit di hatinya. Kata-kata Arya terasa seperti cambuk yang menyadarkannya akan semua keraguan yang pernah ia simpan.

Aisha: (mencoba tenang) “Arya, aku nggak pernah meminta kamu untuk melakukan semuanya demi aku. Aku hanya ingin kita bisa saling jujur dan terbuka. Aku ingin hubungan yang bisa membuat kita berdua merasa tenang.”

Arya: (nada suaranya melembut) “Dan kamu merasa tenang dengan Dani? Dan lebih memilih untuk memakai hati untuk hubungan persahabatan itu? Harusnya kau tau, Sha. Jika lelaki dan wanita itu tidak pernah ada namanya sahabat.”

Aisha tak bisa menjawab, hanya bisa menundukkan kepala. Ia merasa terluka dengan tuduhan itu, namun di sisi lain, ia tahu bahwa perasaan nyaman yang Dani berikan selama ini memang tak bisa ia pungkiri.

Akhirnya, mereka tiba di rumah Arya. Tanpa berkata-kata, Arya membuka pintu dan menuntun Aisha masuk. Mereka duduk di ruang tamu, dalam keheningan yang menyakitkan. Aisha mencoba mencari kata-kata yang tepat, tapi tak ada yang terasa benar.

Arya: (perlahan) “Aisha, aku ingin kamu jujur. Apa kamu masih punya perasaan buat aku?”

Aisha: (suaranya lirih) “Arya, aku... aku nggak tahu. Saat kamu pergi, Dani ada di sana untukku. Dia selalu ada saat aku merasa hancur, dan aku merasa nyaman dengannya.”

Arya: (tertawa kecil, penuh kegetiran) “Jadi, kenyamanan yang kamu cari selama ini, bukan aku? Kenapa kamu nggak pernah bilang?”

Aisha: “Karena aku bingung, Arya! Aku juga nggak pernah rencanakan semua ini. Aku hanya ingin bahagia, dan aku pikir kamu mengerti itu. Kenapa malah saat ini kau menyalah aku? Aku hanya ingin merasa dimiliki dan di pedulikan oleh orang yang benar benar sayang padaku.”

Arya: (menghela napas panjang, menatap Aisha dalam-dalam) “Aisha, kalau memang kamu ingin kebahagiaan, aku nggak akan halangi. Tapi aku harus tahu... apakah kamu benar-benar masih menginginkan aku, atau kamu lebih memilih bersama Dani?”

Suasana kembali hening. Aisha terdiam, hatinya terbelah antara perasaan yang pernah ia miliki untuk Arya dan kenyamanan yang ia temukan bersama Dani.

Aisha: (menarik napas dalam) “Arya, aku butuh waktu. Aku nggak bisa memutuskan semua ini dalam semalam.”

Arya: (mengangguk pelan) “Baiklah, aku akan beri kamu waktu. Tapi satu hal, Aisha... kalau kamu memilih untuk bersama Dani, aku nggak akan kembali lagi dan merelakanmu walau ini sangat menyakitkan. Ini bukan tentang cemburu, ini tentang harga diriku sebagai laki-laki.”

***

Beberapa hari kemudian, di akhir pekan, Aisha kembali bertemu dengan Dani untuk berbicara tentang kejadian malam itu. Ia tahu bahwa Dani berhak tahu apa yang ia rasakan, dan Aisha tak ingin memberikan harapan yang salah.

Dani: (menatap Aisha penuh perhatian) “Aisha, aku nggak pernah maksudkan untuk membuat kamu bingung. Aku hanya ingin kamu bahagia, dengan atau tanpa aku.”

Aisha: (tersenyum lembut) “Aku tahu, Dan. Kamu selalu jadi sahabat terbaik buat aku. Aku menghargai semua yang kamu lakukan.”

Dani: “Kalau begitu, apa yang kamu putuskan?”

Aisha: (terdiam sejenak, menundukkan kepala) “Aku masih belum tahu, Dan. Hatiku masih bergejolak. Di satu sisi, Arya adalah cinta pertamaku... tapi kamu memberiku ketenangan yang selama ini aku cari.”

Dani: (tersenyum tipis) “Aisha, aku siap menunggumu. Tapi kamu harus jujur dengan dirimu sendiri. Kalau Arya yang kamu pilih, aku akan pergi. Tapi kalau kamu ingin mencoba bersamaku, aku ada di sini.”

Aisha merasa tersentuh mendengar kata-kata Dani. Tapi di balik itu, hatinya masih terjebak dalam perasaan yang belum terselesaikan. Ia tahu bahwa ia harus memilih, namun pilihan itu terasa begitu sulit.

Inilah yang paling aku benci, memiliki rasa untuk ke dua pria yang paling aku butuhkan. Egoiskan aku bila memilih keduanya agar tetap bersama denganku selalu? Atau haruskah aku menyakiti salah satu dari mereka dan memilih satunya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung.

1
Delita bae
💪💪💪💪💪💪💪💪👍🙏
Delita bae
💪💪💪💪💪👍👍🙏
ziear
salam kenal juga kak, oke mampir ya
Delita bae: 💪💪💪👍🙏
total 1 replies
Delita bae
salam kenal 👋jika berkenan mampir juga👍👍👍💪💪💪🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!