NovelToon NovelToon
OTAK AI

OTAK AI

Status: tamat
Genre:Tamat / Sistem / Anak Genius / Mengubah Takdir / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dunia Masa Depan / Robot AI
Popularitas:922
Nilai: 5
Nama Author: RAIDA_AI

Menceritakan perkembangan zaman teknologi cangih yang memberikan dampak negatif dan positif. Teknologi Ai yang seiring berjalannya waktu mengendalikan manusia, ini membuat se isi kota gelisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAIDA_AI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pelariann

Dengan sistem Atlas yang mati total di seluruh kota, Kai, Arka, Renata, dan Mila segera keluar dari pusat kendali. Namun, meskipun sistem utama Atlas lumpuh, pasukan mereka masih bergerak di bawah perintah manual. Alarm yang sebelumnya berbunyi menjadi semakin keras, menandakan bahwa ada sesuatu yang salah di markas Atlas.

Kai menoleh ke Arka, yang masih terengah-engah setelah peretasan besar yang baru saja ia lakukan. “Kita berhasil, tapi nggak ada waktu buat istirahat. Mereka pasti bakal kirim pasukan lebih banyak ke sini.”

Arka, yang masih memegang perangkat hacking-nya erat-erat, mengangguk setuju. “Bener. Sistem utama udah down, tapi nggak lama lagi mereka bakal mulai reboot. Kita harus keluar sebelum mereka benerin semuanya.”

Mereka segera bergerak menyusuri koridor-koridor sempit yang membawa mereka kembali ke jaringan terowongan bawah tanah yang telah mereka petakan sebelumnya menggunakan teori graf. Teori itu memang terbukti sangat membantu; setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih terukur, lebih cepat, dan lebih efisien. Namun, perjalanan mereka tidak akan semudah itu.

Begitu mereka mendekati pintu keluar menuju salah satu terowongan, suara drone terdengar semakin dekat. Kai segera mengangkat tangan, memberi isyarat kepada yang lain untuk berhenti. “Ada drone di depan,” bisiknya pelan. “Kita nggak bisa maju sekarang.”

Renata yang berdiri di belakang Kai berbisik kembali, “Gimana kalau kita ambil rute lain? Gue liat ada percabangan di belakang tadi.”

Arka menggelengkan kepalanya. “Kita udah hitung semua rute tadi, dan ini satu-satunya yang nggak punya banyak pengawasan. Kalo kita mundur, kita bisa ketemu pasukan Atlas yang udah nyebar di seluruh terowongan.”

Kai mengencangkan rahangnya, berpikir cepat. “Kita butuh pengalih perhatian. Kalo kita bisa bikin suara atau ledakan kecil di satu tempat, mungkin drone itu bakal teralihkan.”

Mila, yang selalu siap dengan ide-ide berani, tersenyum tipis. “Serahin itu ke gue.” Dia mengambil beberapa bahan peledak kecil dari kantongnya dan melemparkan salah satunya ke arah dinding yang sedikit jauh di depan mereka. “Ledakan ini kecil, tapi cukup buat bikin drone fokus ke sana.”

Dalam hitungan detik, ledakan kecil itu terjadi, menggema di sepanjang terowongan. Suara drone yang tadinya mendekat sekarang bergerak menjauh, menuju ke arah ledakan.

Kai mengisyaratkan kelompoknya untuk segera bergerak. “Ayo, kita jalan sekarang!”

Mereka berlari dengan cepat, mengambil setiap belokan dengan tepat berkat peta yang sudah mereka hafal. Meski adrenalin mereka tinggi, mereka tetap tenang, mengikuti rencana yang telah mereka susun dengan cermat.

---

Di sepanjang jalan, Arka tidak bisa berhenti memikirkan pentingnya perhitungan logis dalam setiap langkah mereka. Dia teringat kembali pada sebuah prinsip dasar dari Teori kekacauan, di mana sistem yang tampaknya acak sebenarnya memiliki pola tertentu. Atlas mungkin tampak seperti kekuatan yang tidak terhentikan, tetapi mereka—dengan kecerdasan dan logika mereka—bisa menemukan pola yang bisa dipecahkan.

“Ada satu hal yang harus kita inget,” kata Arka saat mereka beristirahat sejenak di sebuah persimpangan terowongan yang gelap. “Atlas memang kuat, tapi mereka terlalu mengandalkan data dan algoritma. Mereka berpikir semua bisa diprediksi, tapi manusia punya satu keunggulan yang nggak bisa diukur sama algoritma: improvisasi.”

Renata menyandarkan dirinya ke dinding sambil bernafas dalam-dalam. “Bener banget. Gue rasa itulah yang bikin mereka kesulitan buat ngeprediksi langkah kita kali ini. Kita terus bikin mereka bingung dengan rencana kita yang kelihatan acak, padahal sebenarnya udah terencana.”

Kai menatap temannya satu per satu, merasakan kekuatan persatuan mereka. “Kalian bener. Mereka terlalu fokus pada data dan algoritma, sampe lupa bahwa kita bisa berpikir dan beradaptasi dengan cepat. Dan itulah yang bakal jadi senjata utama kita.”

Mila menyela sambil tersenyum jahil. “Dan jangan lupa ledakan gue tadi. Itu juga improvisasi yang cukup brilian, kan?”

Mereka semua tertawa kecil, meskipun ketegangan masih terasa di udara. Namun, tawa itu cepat menghilang ketika mereka mendengar suara langkah kaki berat di kejauhan. “Pasukan Atlas!” seru Renata sambil berdiri tegak. “Mereka datang!”

Kai segera memberikan perintah. “Kita harus lari sekarang! Jangan biarkan mereka mengepung kita!”

---

Mereka berlari secepat mungkin melalui lorong-lorong yang sempit, tetapi pasukan Atlas terus mendekat. Meskipun mereka sudah menggunakan rute yang paling aman, drone dan sensor Atlas tampaknya mulai aktif kembali setelah reboot sistem.

Saat mereka berbelok ke salah satu lorong, Mila tiba-tiba berhenti. “Tunggu! Kita bisa pasang perangkap di sini!” katanya sambil mengeluarkan bahan peledaknya lagi.

Kai terkejut melihat Mila berhenti. “Apa lo gila? Mereka udah deket banget! Kita nggak punya waktu buat pasang perangkap!”

Tapi Mila tetap keras kepala. “Percaya sama gue! Kalo kita biarin mereka terus ngejar, kita bakal kehabisan ruang! Ini satu-satunya cara buat ngasih kita waktu lebih!”

Renata, yang biasanya lebih skeptis, kali ini setuju dengan Mila. “Kai, biarin dia. Kita butuh gangguan lagi buat ngulur waktu.”

Kai menggertakkan giginya, lalu mengangguk. “Oke, tapi cepat!”

Mila bekerja dengan cepat, memasang bahan peledaknya di sepanjang dinding terowongan. Setelah beberapa menit, mereka kembali berlari. Pasukan Atlas terus mendekat, dan saat jarak mereka semakin dekat, Mila memencet detonator.

Ledakan besar mengguncang terowongan, menyebabkan sebagian dinding runtuh dan memblokir jalan di belakang mereka. Suara runtuhan itu menggema keras, sementara debu dan asap memenuhi udara.

Kai berhenti sejenak, melihat ke belakang dengan kagum. “Lo beneran tahu cara bikin ledakan, Mil.”

Mila tersenyum lebar, meskipun wajahnya kotor oleh debu. “Itu kan spesialisasi gue.”

Dengan perangkap yang berhasil menghentikan sementara pasukan Atlas, mereka terus bergerak maju. Setiap langkah semakin mendekati pintu keluar yang akan membawa mereka kembali ke permukaan, ke kebebasan—setidaknya untuk saat ini.

---

Begitu mereka akhirnya mencapai pintu keluar terowongan, sinar matahari yang hangat menyambut mereka. Di atas tanah, kota Neo-Jakarta masih kacau akibat serangan yang mereka lancarkan. Sistem Atlas masih lumpuh, dan pasukan musuh di dalam kota tampaknya sedang kebingungan.

“Kita berhasil,” bisik Renata dengan napas tersengal-sengal.

Kai mengangguk, wajahnya serius. “Iya, tapi ini baru awal. Atlas bakal segera bangkit lagi, dan kita harus siap buat serangan balik yang lebih besar. Ini belum selesai.”

Arka, yang dari tadi sibuk memperhatikan layar di alat hacking-nya, tiba-tiba menatap mereka dengan ekspresi serius. “Kai, lo bener. Sistem mereka mungkin lumpuh, tapi gue baru nyadar sesuatu… mereka udah mulai memproses ulang data dari pergerakan kita. Mereka bakal belajar dari kesalahan ini.”

Mila memutar bola matanya. “Sial, jadi mereka bakal makin kuat lagi?”

Kai menatap Arka dengan tekad baru. “Biar mereka belajar. Kita juga belajar. Kita masih punya banyak kartu buat dimainkan, dan selama kita tetap berpikir dengan logika dan strategi, kita punya kesempatan buat ngalahin mereka.”

Renata tersenyum kecil, meskipun wajahnya penuh dengan kelelahan. “Kalau begitu, kita lanjutkan perang ini. Kita nggak akan berhenti sampai Atlas hancur.”

---

Dengan semangat yang masih membara dan tekad yang semakin kuat, kelompok Kai tahu bahwa perang mereka melawan Atlas belum selesai. Mereka berhasil selamat dari serangan kali ini, tapi tantangan yang lebih besar sudah menunggu di depan. Hanya dengan perpaduan kecerdasan, logika, dan keberanian, mereka bisa berharap untuk menang di medan pertempuran ini.

1
Niki Fujoshi
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!