Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Pagi hari itu Arsen terbangun lebih dulu. Dia tersenyum menatap Naya yang masih tertidur di lengannya. Dia tidak ada niat untuk membangunkannya. Perlahan dia tarik lengannya lalu turun dari ranjang.
Dia kerjakan apa yang Naya kerjakan di pagi hari. Meskipun untuk menanak nasi saja harus melihat tutorial di yutub dulu.
"Diukur pakai ruas jari?" Arsen tersenyum setelah dirasanya pas, dia menutup rice cooker itu dan tak lupa menekan tombol cook setelah menancapkan colokannya.
"Sedikit-sedikit gue memang harus berubah. Kasihan juga Naya, gue gak mau nambahin beban hidupnya." Setelah itu dia keluar untuk membeli lauk.
Sampai Arsen kembali, Naya belum juga bangun. Akhirnya Arsen mandi terlebih dahulu. Dia berniat membangunkan Naya setelah dia selesai mandi.
Di kamarnya, Naya kini menguap panjang. Dia meraih ponselnya. "Astaga udah siang." Naya segera turun dari ranjang dan menuju dapur. Dia akan mengambil tempat menanak nasi tapi ternyata nasinya sudah matang. Di meja makan juga sudah ada lauk.
"Arsen yang masak nasi?" Dia mengaduk nasi yang baru saja matang itu. Pas, tidak keras dan lembek.
"Kenapa? Terlalu lembek? Atau keras?" tanya Arsen yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya.
"Nggak. Pas kok. Lo cuci dulu kan berasnya?"
"Yaiyalah. Gue lihat tutorial dulu di yutub."
Seketika Naya tertawa. "Memang ada yang membuat konten tutorial menanak nasi?"
"Tuh, nyatanya ada. Gue mana bisa kalau gak lihat tutorial."
Kemudian Naya mengambil handuknya dan berjalan menuju kamar mandi. "Tumben rajin banget."
"Gini nih. Malas salah, rajin juga salah."
"Ih, siapa yang bilang rajin salah?" Naya menutup pintu kamar mandi untuk membasuh dirinya.
"Dasar emak-emak." Arsen kini memakai seragamnya lalu memasukkan buku yang semalam sudah disiapkan Naya. Dia melihat kamar tidur yang belum sempat dirapikan Naya.
Biasanya siapa yang bangun terlambat, dia yang merapikan tempat tidur dan jelas saja itu selalu Arsen yang mengerjakannya.
Dia kini mulai membiasakan hal-hal kecil yang dulu tidak pernah sama sekali dia lakukan.
Beberapa saat kemudian Naya mengintip di dekat pintu. Lagi-lagi dia lupa membawa baju gantinya karena terlalu terburu. "Ar, keluar dulu gih, gue mau ganti baju."
Seketika Arsen menoleh Naya. Dia menghela napas panjang. Dan lagi, imannya digoda seperti ini.
"Sengaja banget goda gue. Lo gak tahu yang bawah langsung on gini."
"Lupa bawa ganti, soalnya gue buru-buru."
Akhirnya Arsen keluar dari kamar tapi satu tangannya melepas lilitan handuk Naya saat berpapasan hingga membuat tubuh Naya terekspos lagi.
"Ar!" teriak Naya. Dia segera mengambil handuk dan menutup pintu kamarnya.
"Menggoda gue banget," gumam Arsen lalu dia mengambil nasi untuk Naya dan untuknya. Dia siapkan di meja makan beserta lauk yang sudah dia beli.
Beberapa saat kemudian Naya keluar dari kamar dan duduk di kursi sebelah Arsen.
Arsen masih saja tertawa menatap Naya.
"Apaan sih! Mesum banget!"
"Ya gak papa. Sama istri sendiri."
"Jangan sebut istri-istri terus. Dari kemarin perasaan bilang gitu." Naya mendekatkan nasi lalu mengambil lauk dan mulai memakannya.
"Kenapa emang? Ikhlasin aja gue jadi suami lo. Gue pasti akan berubah demi lo." Arsen juga mendekatkan piringnya. Dia kini mulai memakan sarapannya juga.
"Berubah itu bukan demi gue. Berubah itu ya demi diri lo sendiri. Nanti kalau seandainya gue ngecewain lo, lo pasti akan berubah ke jalan yang gak bener lagi. Gue gak mau kayak gitu. Kayak kemarin itu, lo langsung mabuk-mabukan lagi. Apapun masalahnya kalau emang lo udah berubah ya lo gak mungkin kembali ke setelan awal." kata Naya panjang lebar. Kemudian dia terdiam dan menghabiskan sarapannya.
Apa yang dikatakan Naya memang benar. Dia memang harus berubah bukan karena orang lain tapi karena dirinya sendiri. Arsen tak bicara apa-apa sampai sarapannya habis.
Setelah selesai sarapan mereka mengambil tas lalu memakai sepatu dan keluar dari rumah.
"Nanti lo kerja?" tanya Arsen saat Naya sudah naik ke boncengannya.
"Iya," jawab Naya.
Kemudian motor Arsen melaju menuju sekolah. Mereka tak banyak bicara karena Arsen masih saja memikirkan perkataan Naya sampai Arsen menghentikan motornya di tenpat parkir sekolah.
Kemudian mereka turun dari motor dan setelah melepas helm, mereka berdua berjalan menuju koridor kelas. Tidak seperti biasanya, tatapan teman-temannya sangat aneh. Bahkan mereka berbisik-bisik sambil menatap Naya dan Arsen.
"Tuh kan Ar, jangan jalan bareng gini!" Kemudian Naya mendahului langkah Arsen.
"Ciee, yang habis staycation. Mantap bener."
"Iyalah kemarin sampai bolos berdua. Emang nagih."
"Pasti mantap servisan Naya sampai si Arsen nagih."
Naya mengerutkan dahinya sambil membenarkan kacamatanya. Apa yang teman-temannya katakan itu?
"Hei! Apa lo bilang!" Arsen menyergap krah temannya yang mengatainya itu.
"Gue bicara fakta. Semua murid di sekolah ini juga tahu kalau kalian habis ngeroom berdua."
"Siapa yang bilang?" Arsen bersiap memukul temannya itu.
"Tuh, banyak banner di tengah lapangan."
"Shits!" Kemudian Arsen mengikuti langkah Naya.
Beberapa teman lainnya justru melempari Naya dengan kertas saat Naya melewati koridor kelas.
"Huh! Tampang aja polos. Ternyata cewek murahan!"
"Gak malu apa, anak pejabat tapi tingkah lakunya kayak gini!"
"Murid teladan katanya."
Naya menutup kepalanya saat mereka semua semakin melemparinya dengan kertas.
"Diam kalian semua!" Arsen melindungi Naya dengan tubuhnya. "Kalian jangan asal ngomong!"
"Arsen, lo tuh kalau ngerusak anak orang lihat-lihat dong, siapa dia!"
Arsen mengepalkan tangannya dia kini menggenggam tangan Naya dan mengajaknya berjalan menuju lapangan basket. Mereka berdua kini memecah kerumunan teman-temannya.
Arsen semakin mengeraskan rahangnya saat melihat banner besar yang memperlihatkan dirinya bersama Naya masuk ke dalam kamar saat di klub malam itu. Bahkan ada beberapa foto lain yang sengaja diedit dengan mesra dan lengkap dengan kata-kata kasar.
"Siapa yang lakuin ini!" teriak Arsen yang membuat mereka semua akhirnya terdiam. "Lo yang lakuin ini!" Arsen menunjuk Tika yang hanya tersenyum licik di antara teman-temannya.
"Memang kenyataannya. Kenapa? Lo takut cewek lo yang sok suci itu terbongkar kebusukannya!"
Arsen semakin mengepalkan tangannya habis sudah kesabarannya. Dia mendekati Tika. "Lo salah berurusan sama gue!"
Arsen mencengkeram lengan Tika dengan kuat. "Lo bilang sama mereka semua kalau lo yang sengaja jebak Naya!" Arsen menatap tajam Tika. Dia sudah mengepalkan tangannya dan bersiap memukul Tika.
"Arsen, jangan lakuin ini!" Naya menarik tangan Arsen yang membuat Arsen kini menatapnya.
"Nay, gue gak akan terima dia hancurin hidup lo lagi!"
"Ada apa ini? Siapa yang membuat keributan?" teriak Pak Herman. Beberapa murid lain bubar karena Pak Herman dan Bu Nurul selaku Guru BK dan kesiswaan mendatangi mereka.
.
💕💕💕
.
Komennya mana nih.. 🙄
🥰😘