Setelah orang tua nya bercerai, Talita dan kedua adiknya tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, semua itu hanya sebentar. Talita dan adik-adik nya kembali terusir dari rumah Ibu kandung nya. Ibu kandungnya lebih memilih Ayah tiri dan saudara tiri nya. Bukan itu saja, bahkan ayah kandung mereka pun menolak kedatangan mereka. Kemana Talita dan adik-adik nya harus pergi? Siapa yang akan menjaga mereka yang masih sangat kecil? Jawaban nya ada di sini. Selamat membaca. Ini novel kedua ku ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Talita berusaha memesan taksi online saat itu. Namun, setelah menunggu beberapa lama, tidak ada satu taksi pun yang tersedia. Tiba-tiba sebuah mobil yang sangat ia kenali berhenti tepat di depan nya.
"Bagas?"
"Yuk, aku anterin. Nggak usah kebanyakan mikir."
Talita tidak menunggu lama, ia langsung duduk begitu saja di sebelah Bagas. Pikiran nya melayang kepada kedua adik-adik nya. Banyak pertanyaan muncul di benak nya.
Bagaimana cara mereka ke sana. Apa jalan kaki. Atau ada yang menolong, atau, atau, pertanyaan itu terus saja membuat Talita memijit dahi nya.
"Kita mau kemana?"
"Kantor polisi."
Tanpa banyak tanya, Bagas langsung meluncur ke arah tujuan mereka. Talita masih diam dengan sejuta pertanyaan di benak nya.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di kantor polisi itu. Talita melihat tidak ada tanda-tanda kehadiran adik-adik nya.
" Maaf pak, apa ada dua orang anak kecil yang datang ke sini?"
"Oh, tadi ada dek. Di antar sam bapak-bapak, trus nggak tahu lagi deh kemana."
"Itu adik-adik saya pak. Apa bapak bisa membantu saya untuk melihat Cctv yang ada di sini? Mereka sekarang hilang dan tidak tahu ada dimana."
"Bagaimana ya dek. Saya tidak berani."
"Saya Bagas, anak nya Sudiro. Tolong lakukan apa yang di inginkan oleh nya. Saya yang akan bertanggung jawab."
Polisi itu langsung mengangguk. Siapa yang tidak tahu Sudiro Mulyo. Salah satu pengusaha terkenal di kota itu. Ia juga sangat dekat dengan seorang mafia berhati dingin.
Tidak ada yang berani menentang keputusannya, seluruh kota, berada di bawah genggaman nya saat ini. Begitu pula dengan anak nya Bagas Sudiro.
Seorang Remaja yang pendiam dan dingin. Lelaki berparas layak casanova itu sebenarnya telah memiliki perusahaan nya sendiri di bidang IT. Dari kecil, otak jenius nya memang sudah di akui.
Tidak ada yang tahu sepak terjang seorang Bagas selama ini. Yang banyak orang tahu, ia adalah seorang remaja yang suka tidur di kelas.
"Apakah ini adik-adik mu?"Tanya petugas kepolisian itu.
"Benar. Tapi laki-laki ini?"
"Apa kamu mengenal nya?"
"Dia adalah Ayah tiri ku. Tapi, mau di bawa kemana adik-adik ku. Bagas, tolongin aku."
"Kamu tenang dulu ya. Kita tanya sama semua polisi yang ada di sini. Mungkin mereka tahu kemana Ayah tiri mu membawa mereka."
"Kita tidak bisa menunggu lama Bagas. Laki-laki mesum itu bahkan hampir memper kosa ku. Dia juga sudah menuduh ku mencuri dan memasukkan aku ke pen jara. Dan sekarang, ia malah membawa adik-adik ku. Aku tidak bisa menunggu lagi Bagas."
"Talita, jika kamu tidak tenang kita tidak akan bergerak. Memang nya kamu tahu mereka di bawa kemana?"
Talita hanya menggeleng lemah. Bagaimana mungkin ia tahu apa niat Ayah tiri nya itu.
"Tolong aku bagas."
"Baik, tapi kamu harus tenang. Aku akan secepat nya menemukan mereka."
Bagas dengan seluruh koneksi nya mencoba mencari dimana adik-adik Talita berada. Ia mengerahkan seluruh kemampuan nya untuk itu. Seorang Bagas yang merupakan seorang hacker handal pasti akan dengan mudah menemukan mereka.
" Ketemu. Adik-adik mu sekarang ada di dermaga. Ayo kita segera ke sana sekarang."
Tanpa menunggu Talita langsung naik ke mobil Bagas. Tidak ada percakapan di antara mereka. Berbagai macam dugaan bermunculan di dalam kepala nya.
"Talita, apapun yang terjadi kamu harus tenang dan jangan gegabah. Serahkan seluruh masalah ini padaku. Kamu harus percaya padaku ya."
"Apa kamu bisa membantu ku Bagas?"
"Itu sih tergantung kamu."
"Bagas Sudiro, aku percaya padamu. Tolong bantu aku."Ucap Talita sambil meneteskan air mata.
Bagas kemudian langsung menambah kecepatan pada laju kendaraan nya. Talita tidak berkomentar apa-apa. Kali ini ia akan menyerahkan segalanya pada Bagas. Ia tidak mau lagi gegabah dan membuat adik-adik nya dalam bahaya.
Bagas dan Talita akhirnya tiba di sebuah dermaga yang sudah lama terbengkalai. Entah untuk apa adik-adik nya di bawa ke sini. Talita pun sama sekali tidak tahu.
Beberapa mobil dan sepeda motor milik kenalan Bagas pun terus berdatangan. Talita sampai takjub melihat semua bantuan ini. Entah bagaimana Bagas mengumpulkan mereka dalam waktu yang bersamaan.
"Kita bagi tugas ya. Kita harus berpencar untuk menemukan dua anak kecil ini. Tania berumur 11 tahun dan Tasya berumur 4 tahun."
Setelah berkata demikian, mereka pun mulai berpencar mencari keberadaan Tasya dan Tania. Namun, setelah beberapa jam mencari, mereka tidak juga menemukan dua anak kecil itu.
" Bagas, apakah belum ketemu? Dimana adik-adik ku sebenarnya." Ucap Talita sambil menutup wajah nya.
"Bukan kah kamu percaya padaku Talita."
"Aku percaya Bagas. Aku percaya."
Air mata terus saja jatuh tanpa bisa dikomando. Talita benar-benar tidak bisa menahan nya lagi. Ia sangat takut kehilangan adik-adik nya. Mereka lah keluarga yang tersisa saat ini.
"Bagas , sepertinya ada lorong rahasia di sini. Coba kerahkan anak-anak untuk masuk lebih dalam ke gudang yang ada di dekat mobil mu."
"Baik. Kawan-kawan, sepertinya Jack menemukan sebuah lorong rahasia. Segera meluncur ke sana."
"Siap!"
Tidak perlu menunggu waktu, mereka semua menelusuri sebuah lorong rahasia yang ada di sana. Bau pesing dan kotoran semakin lama semakin tercium. Membuat siapapun yang mencium pasti akan memuntahkan isi perut nya.
"Ini sih benar-benar gi la." Ucap salah satu teman Bagas.
"Ada apa?"
"Kamu harus kesini. Gi la nggak sih. Ini udah kayak panti asuhan."
Talita dan Bagas pun pergi melihat ke dalam. Talita sempat beberapa kali muntah. Bukan karena jijik, namun aroma pesing dan kotoran manusia membuat lambung nya yang belum di isi langsung memberontak.
Apalagi sebentar lagi akan malam. Berarti sudah sejak pagi ia belum memasukkan makanan apapun kedalam lambung nya.
"Tania, Tasya."
Suara Talita menggema ke seluruh penjuru ruangan. Ruangan itu seperti penjara yang di isi oleh banyak anak-anak kecil. Entah apa motif dari sang empunya.
"Kak Talita,,"
"Tania. Ini kakak sayang. Kalian baik-baik saja kan." Tania mencoba meraba tubuh adik-adik nya yang sudah berubah bentuk.
Mereka pun berpelukan dan saling menangis bersama. Namun, ada yang lain dengan Tasya. Dari tadi ia tidak bangun dan hanya diam saja.
" Tania, Tasya kenapa?"
" Nggak tahu kak. Dari tadi Tasya nangis terus. Lalu di suntik sama Om ja hat."
"Talita, sekarang kita keluar dulu dari sini. Kita bantu semua anak-anak ini keluar. Aku sudah menghubungi polisi."
"Kita ke rumah sakit dulu ya Gas. Aku takut Tasya kenapa-napa."
Bagas dan teman-teman nya menolong anak-anak itu untuk keluar dari sana. Ternyata, menurut pengakuan anak-anak itu ada yang sudah satu bulan berada di dalam sana.
Polisi datang langsung mengamankan tempat kejadian perkara. Seluruh anak-anak telah di bawa ke rumah sakit, dan polisi akan menangani kasus ini lebih lanjut.
****
"Breng sek! Bagaimana polisi bisa sampai ke sana!"
"Maaf tuan, hal ini ada hubungan nya dengan tuan Bagas anak tuan Sudiro."
"Bagaimana mungkin ia berani menggangu bisnis ku."
"Seperti nya ia tidak sengaja karena ingin menemukan dua orang anak kecil. Begitu lah pengakuan teman-teman nya Bagas."
Henri Borison adalah seorang mafia yang paling di takuti di kota itu. Ternyata, bisnis nya kali ini di gagalkan oleh anak teman nya sendiri.
Tut...
Tut..
Henri mencoba menghubungi Sudiro.
" Iya Henri, ada apa?"