Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Pagi itu Raisya terlihat sangat cantik, dengan polesan make-up natural, ia bersiap membuat sarapan untuk kekasih dan juga sahabat-sahabatnya.
Kanaya dan Areta sudah tiba di unit Raisya. Mereka sungguh pangling melihat Raisya yang begitu cantik, berbeda dari biasanya.
Berbagai pertanyaan menggulung dikepala mereka namun mereka enggan bertanya karena takut merusak mood sahabatnya itu.
Mereka bertiga membuat sarapan yang istimewa, aromanya begitu lezat sekali. Sampai tiba-tiba terdengar suara bel. Raisya bergegas membukakan pintu, sementara kedua sahabatnya menyiapkan sarapan di meja untuk 6 orang.
Pintu dibuka dan memperlihatkan Alvian yang sudah gagah dengan mengenakan jas sambil tangan kanannya dibelakang menyembunyikan sesuatu.
"Hai Vian!" sapa Raisya sambil menyodorkan tangan hendak mencium tangan Alvian.
"Hai Sya, ini buat kamu!" jawab Al sambil memberikan bunga mawar putih kepada Raisya.
Raisya menerimanya dengan sumringah, Alvian mencium kening sang kekasih dan mereka berpelukan.
"Eheeem kita ada disini bos!" ucap Anton menyindir
"Iya masa kita jadi obat nyamuk!" timpal Reza.
Raisya dan Alvian menjadi salah tingkah dan melepas pelukan mereka. Raisya mempersilahkan mereka masuk. Mereka terkejut ternyata Kanaya dan Areta sudah ada disana.
Areta dan Kanaya juga terkejut melihat Alvian dan kedua sahabatnya ada disana juga. Mereka memberi salam pada Alvian dan keduanya.
Kemudian mereka duduk di kursi yang sudah disiapkan. Alvian bersebelahan dengan Raisya, Anton dan Reza, dan Kanaya bersama Areta.
Suasana pagi itu awalnya canggung, namun setelah Alvian menjelaskan kepada mereka bahwa kini ia dan Raisya sudah resmi berpacaran maka mereka tidak perlu canggung lagi, dan Alvian pin berharap jika mereka bisa berteman baik dengan Reza dan Anton. Dengan kata lain Raisya dan Alvian sengaja menjodohkan sahabat-sahabat mereka.
Sarapan pagi itu begitu menyenangkan, Raisya dan Alvian berharap kebahagiaan seperti ini akan terus mereka rasakan bersama para sahabatnya.
Alvian dan Raisya naik mobil yang dibawakan oleh supir pribadinya yang baru saja tiba dari kediaman papi, karena Alvian masih belum bisa menyetir sendiri.
Anton dan Kanaya naik mobil yang biasa Anton pakai untuk mereka bepergian dan Reza membawa mobil Areta.
Tiga mobil berangkat beriringan, dengan mereka yang berpasang-pasangan, seperti sedang mengiringi mobil pengantin.
Entah apa yang masing-masing obrolkan didalam mobil, namun terlihat ketiga pasangan itu sungguh bahagia saat mereka tiba di kantor.
*********************
Alvian memasuki Ruangannya, ternyata disana sudah ada papi yang sedang duduk disofa sambil meminum secangkir jus dan juga roti bakar kesukaannya.
"Papi, tumben sekali pagi-pagi papi sudah dikantor!" tanya Alvian sambil menyimpan tasnya di meja lalu menyalami papi dan duduk dihadapannya.
"Papi tidak bisa tidur dirumah, jadi papi tidur disini!" jawab papi sambil menyuapkan sepotong roti bakar ke mulutnya.
"Loh kenapa pi, kok papi gak hubungi Al, papi kan bisa ke apartement Al, kenapa harus disini?"
"Papi tidak mau mengganggu istirahatmu son, lagi pula papi sudah biasa tidur disini!"
"Oh ya? Kok Al gak tau?"
"Dulu saat kamu dan kedua saudarimu di Jerman, papi selalu tidur disini jika sedang mumet di rumah!"
"Papi kenapa? Papi lagi ada masalah?, coba cerita sama Al, ada apa?"
Papi hanya terdiam dan menghentikan makannya, beliau lalu merebahkan tubuhnya kembali di sofa dan memunggungi Alvian yang berada duduk dihadapannya.
Terdengar suara sendu dari bibir papi, sambil sedikit terisak papi berkata,
"Apa boleh papi tidur beberapa jam lagi disini? Kepala papi sedikit pusing Al!"
"Silahkan pi, apa mau Al panggilkan dokter?" tawar Al sambil menghampiri sang papi dan mencoba memijat kepalanya.
"Tidak perlu son, terima kasih, papi hanya ingin tidur disini, jika tidak keberatan!"
"Tentu saja tidak pi, kan ini juga kantor papi, bila perlu apa-apa, papi panggil Al saja ya, Al akan temani papi sambil mengerjakan pekerjaan Al."
"Terima kasih, son! maaf papi jadi merepotkanmu."
"Gak pi, papi gak merepotkan Al kok, ah sebentar!" Al lalu berjalan menuju belakang mejanya dan membuka lemari kemudian mengambil bantal serviks dan selimut untuk papi.
"Ini, pakai ini agar leher papi gak sakit, Al sengaja membeli untuk papi tapi Al belum sempat memberikannya. Ini sudah dicuci kok jadi sudah tinggal pakai!" sambil mengangkat kepala papi dan menaruh bantal serviks dibawahnya, juga menyelimuti papi dengan selimut hangat yang ia bawa.
"Terima kasih son!"
"Sama-sama pi "*C**uuup*" Al lanjut kerja ya pi." Jawab Al sambil mencium puncak kepala sang papi dan berjalan menuju mejanya.
*********************
"Selamat siang, apa benar anda bu Raisya?" dua orang pria menghampiri saat Raisya baru turun ke lobby.
"Benar, ada apa ya pak?"
"Bisa kita mengobrol ditempat lain bu?"
"Ah baik, kita mengobrol disana saja pak." jawab Raisya sambil menunjuk ke sebuah ruangan.
"Perkenalkan saya Andi dan ini teman saya pak Nirwan, kami yang sekarang menangani kasus teman ibu, yaitu Almarhumah Pamela. Apa ibu masih ingat?"
"Ah iya tentu saja pak, bagaimana kelanjutannya, apa sudah ada titik terang? Kasusnya alot sekali sudah bertahun-tahun belum juga ditemukan pembunuhnya." jawab Raisya sedikit protes
"Justru kedatangan kami ingin memberitahu bahwa sudah mulai ada titik terang tentang kasus ini bu, selama ini pelakunya bukan orang sembarangan, ia menggunakan uang untuk menutupi perbuatannya!"
"Apa maksud bapak?" tanya Raisya keheranan.
"Tuan muda yang almarhumah Pamela maksud ternyata adalah salah seorang pewaris dari perusahaan ini?"
Raisya terkejut, ia terdiam seketika mendengar penuturan sang pengacara, dalam hatinya bergumam jika pewaris perusahaan ini adalah Alvian, karena setaunya Alvian adalah satu-satunya putra penerus perusahaan ini.
"Apakah maksud anda adalah Alvian?"
"Kami masih mencari bukti lain bu, namun berdasarkan buku diary milik Almarhumah, beliau pernah memberi kode dengan inisial A sebagai si pelaku yang sudah meperk*sa sekaligus menghamilinya, dan bisa dipastikan juga A adalah pembunuhnya, namun ini masih menjadi dugaan saja bu, karena buktinya belum kuat!"
Raisya memang belum membaca semua diary milik Pamela itu karena kesibukannya dalam bekerja. Hingga akhirnya ia menghubungi pengacara keluarganya dan meminta ia mengurus masalah ini.
Namun entah mengapa kasus ini alot sekali, setiap hampir menemukan titik terang dan bukti baru pasti saja ada masalah lain muncul.
Seperti pada saat awal kasus ini diusut, tiba-tiba pengacara yang menanganinya terkena serangan jantung dan harus dilarikan ke RS luar negeri untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.
Kemudian digantikan dengan pengacara lain, namun pengacara itu tiba-tiba mengundurkan diri tanpa sebab.
Hingga beberapa pengacara terus silih berganti dan akhinya kasus ini ditangani oleh pak Andi dan pak Nirwan.
Namun Raisya pun tidak terlalu berharap banyak awalnya, sampai mereka mengatakan fakta yang membuat Raisya terkejut seperti tadi.