Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 31
PRIA YANG BAIK???
“Sialan!” Plakk! Satu tamparan keras hingga membuat Luna menoleh ke kanan dengan rambut panjang menutupi wajah cantiknya.
Bersamaan dengan itu, Almo juga keluar dan melihat sendiri kericuhan yang terjadi hingga tamparan keras yang penjaga Monic berikan kepada istrinya. Sungguh mengejutkannya!
Pria bermata hijau kemiri itu tak banyak bicara langsung menarik kasar anak buah Monic yang sudah berani menampar istrinya tadi.
Almo memberinya pukulan Bali di wajah mereka satu persatu hingga tak segan membenturkan kepala mereka ke dinding sampai berdarah dan di lihat langsung oleh Monic sendiri.
“Siapa yang menyuruhmu menyentuhnya huh?” suara dingin Almo membuat dua wanita kini menegang melihat nya mematahkan tangan penjaga yang berani menampar Luna terus terang. “Aaakkkhhh—” lantangnya teriakan itu sama sekali tidak membuat Almo memberikan belas kasihnya.
Dengan tatapan tajam, Almo menghampiri Monic yang masih tegang. “Singkirkan mereka dan pergilah yang jauh, atau aku tak segan menarik kepala kalian dengan rantai dan mobil ku.” Ancam Almo benar-benar tak main-main hingga Monic kesusahan menelan ludahnya sendiri.
Wanita itu melirik sekilas ke arah Luna yang masih diam menatap para penjaganya yang terkapar, lalu menatap balik Almo. “Kau akan menyesal Mr. Da Costa.”
“No, non sono io a pentirmene. ma voi ragazzi. (Bukan, bukan aku yang menyesal. Tapi kalian).” Balas Almo sekali lagi hingga Monic si wanita cantik dan seksi itu melenggang pergi dengan wajah kesal sekaligus membawa syal berbulunya di tangannya.
Tentu saja anak buahnya tadi juga mengikutinya meski harus tertatih sambil membopong kawannya satunya yang pingsan ataupun mati, i don't know!
Di luar halaman, Enzo mengernyit heran saat melihat anak buah Monic sudah tak karuan. Bahkan wanita itu nampak kesal. “Apa terjadi sesuatu?” gumam Enzo segera menghampiri bosnya namun dia urungkan kembali niatnya saat melihat Almo tengah bersama istrinya.
“Ssshhhh— ” efek alkoholnya benar-benar membuat perut ku sakit. Maafkan aku Tuan Almo!” Enzo balik lagi ke kamar mandi. Ya... Harusnya dia menjaga juga di luar ruangan Almo, tapi karena perutnya mulas tiba-tiba membuatnya hilang dari sana.
.
.
.
Dengan dua kancing kemeja yang masih terbuka hingga bekas kemerahan di bibir Almo membuat Luna yakin bahwa pria itu sudah berciuman dengan wanita tadi.
“Kenapa kau datang kemari?" tanya Almo sedikit kesal.
“Aku hanya ingin meminta, maksudku... Meminjam ponsel. Aku ingin menelepon teman dan ibu panti, mereka mungkin khawatir dan—” Luna mengentikan ucapannya saat Almo terus memberikan tatapan melekat.
Wanita itu menunduk dengan kerutan alis bingung hingga Almo melangkah mendekatinya. “Jangan pernah membuat kesalahan yang bisa membuat nyawamu terancam.”
Ucap Almo seraya mengusap sudut bibir Luna dengan ibu jarinya dan menghapus darah di sana. “Ssshhh, aww!" refleks terkejut saat ia merasakan luka di sudut bibirnya akibat tamparan keras tadi.
“Kembalilah ke kamar, akan aku pertimbangkan permintaan mu itu.” Kata Almo dan itu sangat mengecewakan bagi Luna. Namun, setidaknya Almo masih mau mempertimbangkan pinjaman ponsel yang Luna maksud.
Tak ada perdebatan antara keduanya, Luna hendak berbalik badan dan pergi, namun ia menoleh ke Almo sehingga pria itu sendiri masih terus memperhatikannya.
“Thanks." Ucap Luna singkat lalu melangkah pergi.
Ya! Bagaimana pun pria itu sudah menolongnya. Jika Almo mengabaikannya mungkin para penjaga Monic sudah menghajarnya.
Tak ada senyuman di wajah Almo, hanya ada tatapan tegas dan tajam saat melihat punggung Luna yang semakin menjauh dan tak terlihat lagi.
“Kemana Enzo?" gumam Almo dengan wajah kesal. Seharusnya dia ikut berjaga namun malah tak ada di sana.
...***...
Boston
Tok! Tok! Tok! Suara ketukan berulang kali namun sejak tadi tak ada yang membalasnya ataupun membuka pintu putih tersebut.
Biel masih membawa tasnya, sudah dua kali dia datang ke apartemen Luna, namun wanita itu tak menemukan apapun bahkan temannya. “Sebenarnya dia ada di mana? Kenapa ponselnya tidak aktif?" Gerutu Biel kesal sendiri.
Apakah Luna sudah melupakannya?
Mau tak mau, Biel harus mencari rumah panti Luna dulu. Ya! Luna pernah menceritakannya, untungnya dia menjadi pendengar yang baik sehingga Biel sedikit mengingat akan nama tempat tersebut.
...***...
Berada di dalam kamar, Luna mencoba melepaskan kembali perban di pahanya dan mengecek rasa nyeri disana akibat dorongan penjaga Monic yang cukup keras.
Sambil menggertakkan giginya, wanita cantik dengan rambut panjang yang indah itu menatap lekat luka di pahanya. Beberapa hari lagi mungkin akan semakin membaik walaupun ada bekas di sana.
“Aahhh..... Untung saja tidak bengkak." Gumam Luna. Malam ini dia memutuskan tak memberikan balutan perban, matanya sudah mengantuk dan kalian tahu kan, berapa menit Luna membutuhkan waktu dari ruangan Almo ke kamar. Sangat melelahkan dalam kondisi seperti ini.
Selang beberapa jam berlalu, Luna tertidur sampai tak sadar bahwa Almo baru saja masuk ke dalam kamarnya.
Bukankah mereka harus tidur bersama karena sudah resmi menikah dan menjadi pasangan suami-istri?
.
.
.
Dirasa waktu berjalan begitu cepat, Luna samar-samar membuka matanya saat dia menyadari keberadaan nya bukan lagi di kamar yang sama. -‘Mungkin hanya mimpi.’ Pikir Luna hingga kembali memejamkan mata dan mulai mengernyit heran.
Wanita cantik itu kembali membuka matanya lebar dan benar, dekorasi kamarnya berubah.
Luna membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan terkejut ketika melihat sosok pria meringkuk memeluknya bak seorang anak ke ibunya. Almo yang masih mengenakan celana hitam dan kemeja putihnya itu benar-benar tidur di dekat perut Luna.
Tentu saja Luna risih dan mulai melepaskan tangan Almo darinya, mwnajuh sebisa mungkin hingga benar-benar terlepas dari pria itu.
“Hhhfffuuu! Dasar menyebalkan!” kesal Luna saat dia berdiri di sisi ranjang dan melihat betapa tenangnya wajah Almo saat tidur. Dia akui Almo tampan, sehingga banyak wanita yang tergoda olehnya.
Ya! Luna terfokus ke bibir Almo yang sudah tak ada noda lipstik di sana, namun mengingat semalam, benar-benar pecinta wanita? Atau sex? “I don't care!" gumam Luna memilih pergi dari kamar tersebut dan keluar di saat pagi masih sejuk.
Para pelayan yang ada di sana juga sudah sibuk dengan pekerjaan mereka. Tempat pertama yang Luna tuku adalah dapur— minum air dingin lalu pergi ke atap yang ternyata sebuah kolam di sana.
“Aku pikir tidak ada apapun di sini.” Gumamnya seraya tersenyum.
Ya! Mansion Almo tak memiliki tingkatan, meski di dalamnya terdapat tangga ke atas menuju kamar lain ataupun ruangan lain, namun dia tidak memiliki tingkat dua ataupun berapa. Namun, atapnya terdapat sebuah kolam untuk bersantai.
Sangat indah!
...°°°...
Hai guyss!!!! Sekedar informasi, soal visual M'sDL yang masih dalam proses yaaa😁 jadi mohon bersabar dan buatlah imajinasi kalian soal wajah Almo dan Luna 😅😁
Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!!
Thanks and See Ya ^•^
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung