Gadis yang tengah patah hati karena kekasihnya kedapatan tengah bermesraan di dalam kamar dengan adik tiri itu memilih pergi ke sebuah pulau untuk menenangkan hatinya. Ia merasa begitu hancur setelah kematian sang ibu, karena ayahnya menikah lagi. Dan hal tergilanya, adik tirinya tidur dengan kekasihnya sendiri. Dalam kekalutan, ia memilih pergi ke sebuah club malam untuk melampiaskan kemarahannya. Namun kondisinya yang tengah mabuk membuat ia tak sadar dan merayu seorang pria hingga malam itu menjadi malam terburuk dalam hidupnya. Ia kehilangan mahkota yang telah ia jaga selama ini. Hidupnya bahkan semakin hancur setelah pria yang telah merenggut kesuciannya itu datang dan terus mengusik kehidupnnya. Sampai pada akhirnya ia positif hamil dan mencoba mengakhiri kehidupannya yang begitu rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nickname_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Service Merry
Veronica meneguk minumannya sambil menatap pemandangan kota di luar jendela kaca ruangan perendaman. Gemerlap lampu kota menyihir matanya, hingga tangan Veronica tanpa sadar meraih busa dan mulai memainkannya. Kepalanya merebahkan diri, merasakan sensasi aroma terapi yang menguar dalam ruangan. Veronica memejamkan matanya, berusaha keras melupakan kisruh hari ini yang begitu menguras emosi.
Namun, ironisnya, semakin ia berupaya melupakan, kenangan pahit itu justru semakin menghantamnya. Seolah sebuah tarian tak berujung yang mempermainkan isi hatinya. Veronica mengusap pelipisnya yang terasa berdenyut, memutar bola mata, kesal.
Rasanya bukan lagi tentang Alan yang melukai hatinya, tapi sekarang tentang Dave yang hampir membuatnya kehilangan akal sehat. Siapa sangka, pertemuan singkat dengan laki-laki itu di sebuah tempat hiburan malam akan berbuah menjadi masalah panjang yang terus meresahkan. Veronica bingung, tak tahu apa yang harus dilakukan; ia merasa terjebak dalam jaring penuh intrik.
"Bagaimana aku harus menghadapinya? Apa yang harus kukatakan padanya agar dia menghentikan semua ini dan menjauhi hidupku?" gumam Nica lirih, menyadari betapa sulitnya menghadapi konflik batin ini. Ketakutan, marah, dan putus asa bercampur menjadi satu, seakan membentuk gelombang kegelisahan yang terus menggulung tanpa ampun.
"Andai saja malam itu aku tak begitu bodoh," bisik Nica pada dirinya sendiri, namun disisi lain ia merasa bersyukur karena malam itu ia bukani terjebak dalam pelukan om-om hidung belang berperut buncit. Veronica tengah merenungi nasibnya ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Ia mengeringkan tangannya dan segera menjawab panggilan itu.
"Ya, Dad..." ucap Nica pada penelepon yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Terlahir sebagai keturunan darah bule, Veronica memanggil sang ayah dengan sebutan Daddy yang memiliki arti "Papa".
"Apa besok kamu bisa pulang?" tanya sang Ayah lewat sambungan telepon, suaranya penuh kecemasan. Nica menelan ludah, "Maaf, Dad... akhir-akhir ini aku sibuk sekali. Ada apa, sampai-sampai Dad ingin Nica pulang segera?"
Bukankah sudah lama kita tak makan malam bersama, Nak? Bisakah kamu pulang untuk makan bersama kita malam ini?" ujar sang ayah dengan nada lembut dan rindu.
"Nica belum bisa pulang untuk sementara waktu. Daddy bisa makan malam dengan keluarga baru Daddy," jawab Nica pelan, mencoba menyembunyikan perasaan sakit yang menyelimutinya.
"Oke... Daddy telah mendengar semua itu dari Alan. Daddy minta maaf, tapi bisakah kamu pertimbangkan kembali keinginanmu untuk pulang dan makan bersama kami?" ucap ayahnya, dengan suara gemetar penuh harap.
Veronica menghela nafas berat, "Dad, Nica butuh waktu untuk meratapi semua ini. Daddy mesti mengerti."
"Baiklah, jika begitu Daddy tidak akan memaksamu," sahut ayahnya, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Thank you, Dad." Veronica menahan isak tangisnya, "Jaga kesehatan Daddy dan jangan lupa beristirahat."
Ucapan itu menyayat hati sang ayah yang sebenarnya begitu mencintai putri semata wayangnya itu. Veronica lantas mengakhiri panggilan, ia segera menyelesaikan ritual mandinya. Kemudian bergegas keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kimono dan handuk yang melilit kepala, merasa tubuh dan hatinya seperti baru saja terbebani oleh hujan deras yang tak kunjung reda.
Baru saja ia duduk di depan cermin rias bel apartemen nya di tekan oleh seseorang, Veronica bangkit dengan malas menuju ke pintu.
"lo lagi!!” !ucapnya dengan kesal saat sosok Dave berdiri di depan pintu.
"kenapa lo gak suka gue ada di sini?”
"Tidak bisakah lo berhenti gangguin hidup gue? ooh...atau lo suka,? lo naksir ama gue,? Sebenarnya tidak masalah, tapi sayang banget selera gue bukan cowok sejenis lo.”
ketus Veronica pada Dave, Pria yang ada dihadapannya itu lantas tersenyum dengan manis sambil menggigit ujung bibir nya membuat Nica menelan ludanya kasar, sadar jika Pria di depan nya itu ternyata menarik dan tampan.
"lo yakin jika gue bukan pria idaman lo? lantas kenapa memaksa saya untuk memiliki andai nona?” Jawab Dave tengil. "heh..anda terlalu percaya diri Tuan Dave, semua yang terjadi karna gue berada di bawah pengaruh alkohol, mengerti?” “Satu lagi, ada baiknya anda segera pulang dan cuci wajah serta kaki anda kemudian bobo syantik di ketiak mommy mu!” Ledek Veronica yang merasa jika pria di hadapannya itu adalah anak manja yang senang mencari perkara dengan orang lain.
"ckckckck gimana kalau gue mau nya cuci muka dan bobo syantik di sini.” balas Dave tak kalah tengil.
"sayang sekali, seseorang akan menemaniku malam ini, jadi pergilah Tuan tidak ada tempat untuk anda di sini, karena aku akan tidur bersama orang lain.” jawab Nica dengan centil seolah iya adalah wanita girang.
"Okay..katakan pada pria itu, jika tidak mau pulang tinggal nama maka jangan sentuh milik gue.” bisik Dave di telinga Veronica kemudian tersenyum smirk dan pergi dari hadapan Nica. Nica sendiri merasa ngeri dan menelan kasar saliva nya, kata kata Dave membuat nya merinding dan merasa semakin terbelenggu oleh Ceo menyebalkan itu.
“Bastard!” Umpatnya seraya menutup pintu.
apa yang terjadi pada laki-laki itu, mengapa senang sekali mengganggu hidup nya. Ungkapan yang cocok untuk Nica yang tidak mengerti maksud dan tujuan Dave yang membelenggunya seperti seorang tawanan. Ia pun buru-buru mengunci pintu dan kembali masuk ke dalam kamar, ia kemudian memutuskan untuk segera tidur dan tak mau memikirkan tentang Dave, karena semakin hari Dave semakin membuat nya gila.
***
Di tempat lain Dave tengah duduk di sebuah bar dan tersenyum sambil memainkan gelas yang ada di tangan nya,ia teringat pada kekonyolan yang dilontarkan oleh Veronica, wanita itu berusaha membohongi nya, Dave terus tersenyum rasa nya Veronica begitu menggemaskan. Saat tengah asyik bermain dengan bayangan Nica, seorang wanita datang menghampiri diri nya dan mengalungkan tangannya di leher Dave,
"Hi Dave lama sekali tak berjumpa.”
Bisik wanita yang tak asing lagi suara nya bagi Dave .Pria itu lantas menoleh ke arah wanita tersebut.
"Hmm gue terlalu sibuk akhir akhir ini.”
"Boleh gue temani lo malam ini.”
Tanya wanita yang tak lain adalah Merry, teman semasa kuliah yang mengenalkan seks bebas kepadanya.
"Hmm.." balas Dave singkat, Merry kemudian menarik tangan Dave dan mengajak Pria itu untuk pergi dari tempat hiburan malam, mereka kemudian menuju ke sebuah hotel terdekat dan memesan sebuah kamar. Dave masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Sedetik kemudian Merry menghampiri nya dan langsung menindih tubuh Dave. Merry melumat lembut bibir Dave dan Dave pun membalasnya, mereka saling bertukar saliva, bunyi decapan dan nafas yang memburu terdengar di telinga kedua nya, Merry menurunkan ciumannya menyusuri leher jenjang Dave, tangan nya sibuk melucuti kancing kemeja yang Dave kenakan, sedang Dave menikmati cumbuan bibir Merry sambil meremas bongkahan kenyal milik Merry. Merry kemudian menciumi dada bidang Dave. Membuat Pria itu mendesah dan memejamkan mata nya. Merry tersenyum saat melihat Dave memejamkan mata menikmati permainan lidah nya, Dave lantas larut dalam permainan nakal Merry.
utk si j4l4ng Elsa sukurin loe malah diumpankan ke Gayus sama Alan 😄😄