Bercerita tentang seorang anak yang bernama mugi yang terlahir sebagai rakyat jelata dan menjadi seseorang penyihir hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muchlis sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehancuran dan kemarahan.
Sebelum Keter menggunakan teknik "Destroyer" miliknya, beberapa pasukan Black Number sedang memburu dan membunuh beberapa pasukan dari Keter palsu. Menyadari beberapa rekan mereka mati, salah satu dari pasukan itu berkata dengan napas tersengal, "Beberapa dari rekan kita ada yang mati!! Cepat cari pelakunya!!"
"Baik! Ayo kita cari!" jawab yang lain dengan penuh amarah.
Seluruh pasukan Keter palsu pun langsung mencari pasukan Black Number. Setelah cukup lama mencari, mereka dihadang oleh Nina, salah satu anggota Black Number, yang berdiri tegak dengan aura dingin.
"Berhenti kalian di sana!" perintah Nina, suaranya bergema dengan kekuatan.
Pasukan Keter palsu sedikit terkejut melihat Nina berdiri seorang diri. Salah satu dari mereka berkata, "Jadi kau yang membunuh pasukan kami?"
Nina hanya tersenyum tipis mendengar perkataan itu. Pasukan Keter palsu itu bertanya lagi, "Siapa kau sebenarnya?"
Nina langsung memperkenalkan dirinya, "Aku Nina, aku salah satu pasukan Black Number."
Seluruh pasukan Keter palsu tertawa mendengar perkataan Nina. "Black Number? Apa nya yang Black Number," ejek mereka.
Mereka tertawa tanpa henti, tetapi tiba-tiba sebagian dari mereka berubah, mengenakan jubah hitam. "Sayang nya, kami bukan lah pasukan dari kalian, kami hanya penyusup," kata salah satu dari mereka dengan suara dingin. "Iya, sekarang kalian bersiaplah."
Beberapa pasukan Keter palsu begitu terkejut. "Jangan-jangan kalian..." ucap salah satu dari mereka, suaranya gemetar.
Nina menghunus pedangnya, "Hunuskan bilah pedang penghakiman!"
Nina langsung menunjukkan pedangnya ke arah pasukan Keter palsu. Seluruh pasukan Black Number berdatangan dan menghajar pasukan Keter palsu tersebut.
Di sisi lain, Rida sedang melawan beberapa pasukan Keter palsu yang dipimpin oleh Gordon. Gordon berkata dengan nada sombong, "Lebih baik kau menyerah saja, jangan melawan."
Rida menggunakan sihir "Bilah Air" dan mengarahkannya kepada Gordon sembari berkata, "Kau pikir aku akan menyerah!!"
Gordon dengan cepat menghindari Bilah Air dan bergerak ke arah Rida. Rida kembali menggunakan sihir "Pusaran Air" sehingga membuat Gordon melompat mundur sedikit. Pasukan Keter palsu yang melihat kejadian itu tidak tinggal diam. Salah satu dari mereka bergerak ke arah belakang dan menebas belakang Rida, sehingga dia terluka parah.
Rida tertunduk, "Gawat! Sakit sekali!"
Gordon melihat Rida yang terluka dan dengan cepat bergerak maju untuk menebasnya. Namun, tiba-tiba Oneal dengan cepat menghajar Gordon dengan pukulannya, sehingga Gordon terpental begitu jauh.
Rida, yang masih terluka, secara perlahan mengarahkan wajahnya kepada Oneal. Karena Oneal menggunakan topeng dan jubah hitam, Rida tidak mengenalnya. "Si-siapa kau?" tanya Rida dengan suara lemah.
Oneal menjawab dengan tenang, "Aku adalah orang nomor 3 di Black Number. Tenang saja, tuan putri, serahkan saja sisanya kepada ku."
Gordon begitu geram melihat Oneal. Dia berteriak kepada seluruh pasukan Keter palsu, "Kepung mereka berdua!!!"
Gordon kemudian berkata dengan sombong kepada Oneal, "Sekarang kalian akan mati di sini! Bersiaplah!"
Pada saat pasukan Keter palsu ingin menyerang, Oneal dengan sigap menggunakan benang-benang sihirnya lalu memotong tubuh dari pasukan Keter palsu dengan benang-benang tersebut. Setelah itu, Oneal berlari ke arah Gordon dan menendang kepalanya. Gordon terhuyung, "Si-sial!"
Oneal kemudian melemparkan sebuah pena ke arah pipi Gordon, sehingga pena itu menembus pipinya. "Sekarang apa lagi yang engkau katakan? Apa kau ingin berkata kami akan mati?" tanya Oneal dengan nada dingin.
Gordon begitu kesal dan mengeluarkan pil yang bisa memberikannya kekuatan besar. "Aku tidak memiliki apa pun yang harus aku katakan!"
Gordon langsung memakan pil tersebut. Namun, sebelum pil itu sampai ke mulutnya, Oneal dengan cepat menendang mulut Gordon, sehingga giginya hancur dan Gordon pun mati tepat di hadapan Oneal.
Rida begitu kagum melihat Oneal. Dia berjalan mendekati Oneal. Rida, yang sudah tidak tahan menahan luka yang begitu dalam di belakangnya, seketika itu tumbang. Oneal dengan cepat menangkap Rida dan memeluknya.
Rida bersandar di bahu Oneal, "Siapa kau sebenarnya?"
Oneal tidak menjawabnya. Dia menyentuh luka Rida dan menyembuhkannya dengan sihir "Support" miliknya.
Seketika itu goresan dari luka Rida tertutup. Rida yang merasakan sihir tersebut melihat ke arah wajah Oneal, "Kau? Oneal?"
Rida meneteskan air mata karena mengetahui kalau Oneal lah yang menyelamatkannya. Oneal membalas, "Benar, aku adalah Oneal."
Rida menutup matanya dan dia pun mati pada saat itu. Rida mati karena pedang yang menancap di tubuhnya tertanam racun. Oneal, yang sudah menyadari hal itu, berkata, "Racun sialan!"
Oneal tertunduk, memeluk erat tubuh Rida dan berteriak, "Rida!!!!"
Setelah itu, Oneal melihat sebuah pelindung sihir yang mengitari seluruh sekolah. "Tuan, apa kau akan menghancurkan sekolah ini?"
Di tubuh Oneal dan Rida terpasang sebuah perlindungan sihir yang diciptakan Keter agar tidak terkena dampak dari sihirnya.
Setelah Keter selesai membaca mantranya, sebuah ledakan besar terjadi. Oneal berkata, "Dengan ini, rasa kesal ku akan terbayarkan."
Ledakan tersebut menghabisi seluruh sekolah dan tanah menjadi berlubang.
Setelah ledakan itu selesai, seluruh siswa, Melly, Oneal, mayat Rida, dan seluruh pasukan Black Number tidak terjadi apa-apa.
Keter berkata pada saat itu, "Dengan ini usai sudah."
Chaerin dengan kesal nya mendatangi Keter dan langsung berkata, "Apa-apaan kau ini!!!"
Keter dengan tatapan kosong berkata, "Ada apa?"
Chaerin mengambil pedangnya dan langsung menyerang Keter. Keter menciptakan sebuah pedang dan menahan setiap serangan dari Chaerin. Sembari bertukar serangan, Chaerin berkata, "Kau menghancurkan sekolah kami, sialan!! Untuk apa kau menghancurkan sekolah kami!!"
Keter membalas perkataan Chaerin, "Kau yang tidak tau sepertinya tidak perlu tau, karena jika aku memberi tau mu, kau tidak akan mengerti dengan itu."
Chaerin begitu kesal dan langsung melakukan sebuah tebasan keras kepada Keter. Namun, Keter menepis tebasan tersebut sehingga pedang Chaerin terlepas. Keter berkata kembali, "Latih kembali ilmu pedang mu. Setelah kau cukup layak, baru lah setelah itu tantang aku kembali."
Keter pun pergi meninggalkan Chaerin. Setelah itu pagi pun tiba, evakuasi seluruh siswa pun dilakukan, dari yang sudah mati atau pun yang masih hidup. Chaerin, yang sedari tadi merasa kesal, tiba-tiba teringat adiknya. "Mugi? Mugi di mana?"
Mugi pun datang menemui Chaerin dengan wajahnya yang dipenuhi perban. Mugi berkata dengan ekspresi datar, "Ada apa kakak?"
Melihat wajah Mugi, Chaerin pun tertawa.