Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Tubuh Kinayu membeku saat tangan pria itu semakin mendekap hingga dadanya begitu sesak. Dia diam tanpa membalas dan tak juga memberontak. Membiarkan Yudha melepas tanpa di minta.
Tapi bukannya melepaskan Yudha justru semakin mempererat lagi hingga ia menepuk dada berharap Yudha sadar jika telah menyakiti.
Yudha menyesap aroma tubuh Kinayu hingga ia benar-benar tenang. Melepaskan ketika tepukan di dadanya semakin kencang.
Akhirnya Kinayu dapat bernafas lega, dadanya naik turun berusaha mengendalikan diri. "Bapak ingin membuatku mati?" keluhnya lirih.
"Aku harus sedih atau bahagia jika kamu mati?"
Kinayu tercengang dengan tangan memegang dada. Melihat punggung lebar dengan postur gagah pergi begitu saja.
"Cepat turun dan makan! aku tak akan membiarkan kamu mati dengan tubuh kecilmu itu."
Matanya membola dengan mulut semakin menganga, Kinayu menggelengkan kepala tak menyangka jika Yudha tak hanya tampan tapi matanya pun rabun.
"Semoook begini di bilang kecil, giliran meluk berasa nyaman sampe nggak mau lepas. Ini dosen pintar tapi nggak pandai berbohong!" Kinayu melangkah dengan menghentakkan kaki dan bibir menggerutu kesal.
Brug
"Duuhh....."
Kinayu mengusap kening, ia tak tau jika ternyata Yudha menunggu setelah mendengar umpatan Kinayu padanya. Hingga tanpa sadar menabrak tubuh Yudha dan mengenai kening begitu kencang.
"Kalo jalan pake mata jangan pake bibir!" celetuk Yudha membuat tangan Kinayu reflek menyentuh bibir. Yudha berlenggang dan meninggalkan Kinayu yang kesal dengan wajah padam.
"Benar-benar dosen gi_"
"Jangan terus mengumpatku Kinayu! cepat turun!"
Kinayu segera melangkah dengan sedikit berlari menuju meja makan. Tak ingin kembali mendapat gertakan walau di hati ingin melawan.
"Keturunan cenayang atau memang aku kualat ya," pikirnya
Kinayu melirik makanan-makanan enak yang ada di atas meja makan. Matanya sempat berbinar tapi setelahnya ia kembali tercengang melihat Yudha mengumpulkan semua makanan itu lalu membuangnya di tempat sampah. Sungguh sayang sekali batinnya, padahal jika di berikan padanya dengan senang hati akan ia terima.
"Cepat panasi makanannya!" titah Yudha dengan nada datar.
Mood Yudha yang tadi sempat hilang hingga meninggalkan semua makanan favoritnya dan kembali setelah merasa tenang. Dan dia pun mengajak Kinayu untuk makan agar sedikit mengurangi rasa tak nyaman saat kembali duduk.
Sejak tadi Kinayu ingin sekali protes, kenapa makanan itu harus di buang. Jika tidak ingin bisa saja di berikan pada orang lain atau hewan seperti kucing.
Mereka pasti mau sehingga tak mubadzir, sedangkan di luar sana masih banyak yang tak bisa makan. Sesekali ia melirik ke arah tempat sampah. Ntah mengapa pemandangan itu membuatnya tak nyaman.
"Aku memberikanmu uang untuk kau pergunakan bukan di timbun di rekeningmu. Jika ingin, besok belilah tak perlu terus di lihat terus!" tegasnya membuat Kinayu kembali menundukkan kepala makan dalam diam.
Setelah makan Kinayu kembali ke kamar, ia ingin segera tidur karena besok harus berangkat pagi dan ada kuis yang menjadi kesempatan baginya untuk menambah nilai. Apa lagi dosennya suami sendiri, dia tak ingin mempermalukan walaupun tak ada yang tau akan statusnya.
Sejenak ingatannya terpaut pada Satria, kemudian meraih ponsel di atas nakas. Ia penasaran dengan ucapan sahabatnya yang bilang jika ia memblokir nomor Satria padahal itu tak ia lakukan.
Membuka layar ponsel dengan banyak notifikasi pesan masuk. Kinayu membuka aplikasi hijau dan membuka pesan dari kedua sahabatnya yang khawatir saat ia tak kembali.
"Kamu kemana?"
"Kinayu!"
"Kamu tidak lagi di hukum Pak Yudha kan?"
"Kinayu, apa Pak Yudha menyuruhmu mengerjakan tugas?"
"Kinayu!"
"Kinayu!"
"Aku dan Arum pulang ya, tas kamu masih di kelas. Takut kamu benar-benar ada tugas dari dosen tampan."
"Kinayu besok cerita ya kamu ngapain aja? awas nanti overdosis gara-gara kelamaan lihatin dosen itu."
"Kinayu inget ya dia sudah punya istri, jangan khilaf!"
Kinayu menghela nafas panjang, dia bahkan tau siapa istri dosen itu dan siapa dirinya di hidup Yudha. Hanya sebatas istri kedua, anggaplah selir. Memang suaminya itu tampan dan belum ada yang menandingi ketampanannya di kampus, tapi bagaimana jika mereka tau Yudha memiliki sikap datar, dingin, dan banyak titah.
Tak ada niat untuk membalas pesan, ia yakin sekalipun ia balas dan di jelaskan pasti sampai di kampus masih banyak pertanyaan lain yang tak ada habisnya.
Kinayu membuka pengaturan dia mengotak atik mencari kebenaran. Dan memang benar nomor Satria telah terblokir. Ntah sejak kapan dan siapa yang melakukan sedangkan ia jarang mengotak-atik ponselnya.
Kinayu membuka blokir tersebut, menurutnya sangat tidak adil saat Satria tak bersalah tapi dia seakan menghukumnya.
Belum sempat ia meletakkan kembali ponselnya, notifikasi pesan masuk yang merupakan panggilan tak terjawab begitu banyak. Bahkan sampai puluhan dan siapa lagi jika bukan dari Satria.
"Kinayu maafkan aku."
"Kinayu seharusnya aku tidak kasar sama kamu."
"Aku tidak akan lepasin kamu! aku akan cari siapa yang berani menyentuh kekasihku!"
"Hubungan kita belum berakhir, aku memang kecewa tapi aku masih cinta."
"Aku tak peduli kamu di sentuh siapa dan kesalahan apa yang kamu perbuat di belakang aku. Kamu tetap kekasihku..."
"Kinayu kamu dimana?"
"Kinayu aku ingin bertemu.."
Dan masih banyak lagi pesan yang terkirim untuknya. Kinayu merasa sangat bersalah, tapi dia pun tak bisa melanjutkan. Jika cintanya hanya menoreh luka, dia lebih baik mundur karena dirinya pun takut Yudha melakukan hal tak terduga pada Satria yang dapat membahayakannya.
Ponsel Kinayu berdering, Satria menghubungi nya setelah beberapa menit blokir terbuka . Kinayu bimbang, di terima atau di abaikan. Sedangkan mereka memang harus bicara, sempat melirik jam dinding yang masih pukul 9, masih ada waktu paling lama satu jam sebelum ia tidur.
"Hallo."
"Sayang," lirihnya. Mendengar kata sayang dari orang yang masih menduduki seluruh hatinya membuat dada Kinayu berdenyut. Bagaimana ingin melepas dan melupakan jika mendengar panggilan sayang saja dirinya begitu lemah.
Mencoba untuk tetap sadar jika statusnya istri orang, walaupun ntah sampai kapan pernikahannya akan bertahan.
"Kinayu, kenapa diam?"
"I..iya Satria, ada apa?"
"Kamu kenapa? sudah tidak cinta?"
Pertanyaan yang menjebak, jika ia katakan tidak akan sangat menyakitkan jika menjawab iya pun hanya memberi harapan.
"Sudah malam Satria, aku mengantuk." Kinayu memilih menghindar, tapi Satria seakan tak ingin mengakhiri panggilan.
"Aku merindukanmu, tidak bisakah kita bicara? sepertinya banyak hal yang aku tidak tau. Aku akan menjadi pendengar dan jangan takut aku akan marah. Aku tidak akan bersikap seperti kemarin lagi, aku menyesal telah berbuat kasar denganmu. Maafkan aku...."
Setetes cairan bening jatuh membasahi pipi, dia yang di sakiti tapi dia yang berusaha meminta maaf.
"Kita bisa bicara besok, kita ketemu di tempat biasa."
"Aku tunggu selesai kelas, makasih ya. Tidurlah, jangan menangis lagi."
Bahkan Kinayu sudah berusaha menutupi tapi Satria tau jika ia saat ini sedang menangis, tak ada jawaban yang keluar dari bibirnya. Kinayu diam menahan sesak dan Isak. Hingga Satria mengakhiri panggilan dengan kata yang membuat tangis Kinayu pecah.
"Sebesar apapun masalah kamu, aku ada untukmu. Jangan merasa sendiri, jika memang sulit kamu cukup diam biar aku yang berusaha."
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa