Menikah Karena DENDAM

"Tidak!" Tolak Baby dengan cepat. Baby tidak ingin jika Afika lolos dengan sangat mudanya. Baby tidak ingin Afika keluar dari penjara yang ia buat. Karena Baby takut jika Rangga kembali menikahi Afika.

"Baiklah jika kau tidak ingin." Kini Afika pergi meninggalkan Baby seorang diri.

Baby berjalan mondar mandir bak sebuah setrika. Ia pusing apakah harus mengiyakan permintaan Afika atau tidak. Tapi Baby dapat melihat dengan jelas tadi, jika Adrian sangat nyaman tertidur sambil memeluk tubuh Afika. Hingga beberapa saat, Baby langsung kembali mengejad Afika yang sudah berjalan jauh meninggalkan dirinya.

"Aku setuju." Teriak Baby membuat langkah kaki Afika terhenti. "Aku setuju tapi dengan syarat, kau tidak boleh kabur, karena jika kau kabur, maka aku akan pastikan kak Adrian kembali akan menemukan mu dan menyiksamu lebih parah lagi."

"Tenang saja, aku tidak akan kabur. Kau bisa pengang kata-kataku ini."

"Hahahah, aku tahu diri rupanya." Ucap Baby di sela tawanya.

"Bagaimana jika aku dapat membuat Adrian melupakan pacarnya? Apa yang akan kau berikan padaku?" Tanya Afika membuat Baby menghentikan tawanya. Kini Baby berpikir keras, selama ia hidup belum pernah ada sekalipun gadis yang membuat Adrian jatuh cinta. Dan hanya Inggrid gadis yang berhasil membuat Adrian jatuh hati hingga ke dasar yang paling dalam. Dan untuk melupakan Inggrid mungkin tidak akan bisa bagi Adrian karena cintanya hanya tertuju untuk satu orang saja yaitu Inggrid. Baby tertawa semakin keras mendengar ucapan Afika. Toh tidak mungkin seorang Adrian melupakan Inggrid.

"Bagaimana jika aku bisa membuat Adrian jatuh cinta dan melupakan kekasihnya. Apa yang akan kau berikan?" Kini Baby menatap tajam pada Afika.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Afika dengan cepat.

"Aku dengar Adrian sangat patuh dengan apa yang kau katakan?" Tanya Afika dan Baby menganggukkan kepalanya. "Aku hanya minta satu permintaan dan itu sangat rahasia, akan aku katakan jika Adrian sudah jatuh cinta padaku."

"Dan bagaimana jika kak Adrian tidak jatuh cinta padamu dan tidak bisa melupakan Inggrid. Apa yang akan kau berikan padaku?" Tantang Baby yang tidak ingin kalah dengan Afika.

"Kau bebas meminta apa padaku., Bahkan jika kau memintaku hidup terkurung di mension ini selamanya maka aku siap."

"Deal." Kata Baby dengan mantap sambil mengulurkan tangannya. Baby yakin tidak akan ada seorang pun yang bisa membuat hati Adrian luluh. Itulah makanya Baby sangat berani menerima tantangan yang di berikan oleh Afika. Karena kenyataan yang Baby pikirnya ,pasti dirinya lah yang menang dan akan membuat Afika selamanya berada di mension itu, dan itu artinya Baby bisa lega, karena Rangga tidak akan pernah bisa bertemu dengan Afika lagi.

Sedangkan Afika kini harus menyiapkan hari-harinya untuk menghadapi Adrian, pria dingin yang kejam yang sulit bagi Afika untuk membaca apa inginnya. Kini Afika sudah bertekad apa pun yang terjadi, dia harus bisa membuat Adrian jatuh cinta padanya, sehingga dengan muda Afika meminta apa yang ia inginkan pada Baby.

••••

Perlahan Adrian membuka matanya, dan pandangannya tertuju pada Afika yang saat ini sedang melatakkan sesuatu di atas meja.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Adrian sambil berusahan bangun dan memijat kepalanya yang terasa nyeri.

"Kau sudah bangun rupanya. Oh yah, jangan lupa minum air madu, bisa membuat sakit kepalamu reda." Kata Afika sambil membawakan segelas madu di hadapan Adrian.

Adrian menatap gelas lalu menatap Afika.

"Kau jangan takut, tidak ada racun di dalam gelas ini." Ucap Afika yang seperti tahu arti tatapan Adrian. "Lagi pula, aku akan membuat racun yang lebih mematikan yang akan membuat mu menyesal telah menyiksaku." Batin Afika.

Adrian mengambil gelas tersenyum, lalu kemudian.

Pranggggg..... Gelas di lempar di lantai hingga pecah. Afika spontan kaget.

"Kau pikir aku kan termakan oleh rayuanmu?" Tanya Adrian sambil bangun dari tidurnya dan berdiri di hadapan Afika sambil mencengkram kedua pipi Afika dengan keras. "Tidak! Jangan harap sama sekali." Kata Adrian sambil mendorong tubuh Afika hingga Afika tanpa sengaja menginjak serpihan kaca.

Afika menahan sakit di kedua pipinya dan juga di telapan kakinya. "Ayo Afika kau harus kuat." Batin Afika, namun matanya tidak dapat berbohong sakit yang ia rasakan tergambar dari sorot matanya yang kini mulai berkaca-kaca. Andrian yang melihat itu langsung melepaskan cengkramannya.

"Keluar sekarang juga" pinta Adrian.

Hingga saat Afika keluar dari kamarnya, mata Adrian tertuju pada meja yang sudah terdapat makanan. Lalu Adrian tersenyum sinis. Karena baginya Afika hanya ingin mencoba mencari perhatian padanya. "Dasar wanita" gumam Adrian dengan wajah dinginnya.

Afika langsung memberikan kabar pada Sri agar segera membereskan kamarnya, membawa keluar makanan dan juga membersihkan serpihan kaca. Lalu mata Adrian tertuju pada pesan yang di kirim oleh Baby, adik tersanyangnya.

"Kak, aku sudah memberikan perintah pada Afika untuk melayani mu. Jadikan dia pembantu pribadimu sesuka hatimu kak. Jika dia membuat kesalahan hukum dia kak. Ini perintah kak, pokoknya jadikan dia pelayan pribadimu." Adrian mengusap wajahnya dengan kasar membaca pesan yang di kirim oleh Baby. Ia tidak habis pikir dengan pikiran adiknya yang seperti anak kecil saja. Andai Adrian tidak menyanyangi adikknya mungkin saja dia sudah membentak adiknya itu dengan kata-kata yang kasar. Menikah sudah membuat Adrian pusing, dan ini? Adrian harus di hadapkan dengan permintaan yang baru lagi.