Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menengok Kiara
Di Rumah Sakit.
Mutia berjalan bersama Tya asistennya di belakangnya ada Arsya pengacaranya, hari ini Mutia janjian bertemu dengan Haris untuk menandatangani kesepakatan bersama bawah saham yang dulu dititipkan akan di pindahkan menjadi saham miliknya yang akan di wariskan ke anak-anak.
Nanti Intan yang akan kuliah sambil kerja sekaligus belajar mengelola perusahaan karena nantinya Mutia ingin Intan menjadi direktur perusahaan jika intan sudah mencapai 25 tahun. Haris merasa tidak keberatan karena itu memang hak Mutia, namun ada sedikit perasaan kecil ternyata selama ini dirinya begitu jauh sahamnya di banding Mutia, dan Mutia masih berbaik hati untuk memintanya mengelola perusahaan yang saham terbesarnya adalah miliknya.
Mutia juga meminta rumah utama untuk di tinggali salah satu anak-anaknya nanti jika dewasa, karena rumah itu adalah peninggalan orang tuanya dulu. Haris sedikit merasa terusir karena sampai saat ini dirinya masih sering tinggal di sana, Haris masih ingin mengenang kebersamaan dirinya dan keluarganya itu di mulai dari masih muda hingga memiliki anak yang banyak dan sekarang sudah besar-besar.
"Maaf Mas masih sering tinggal di sana, karena Mas masih berharap kita bisa bersatu kembali..." Kata Haris menunduk lesu.
"Maaf sayangnya aku tidak bisa lagi Mas..."Kata Mutia.
"Melihat Kiara lebih hancur dari aku saat kau abaikan, aku semakin mantap untuk berpisah..." Kata Mutia lagi.
"Mungkin Allah menjodohkan kita hanya sampai disini... Dan Mas di beri jodoh baru yaitu Kiara..."Kata Mutia.
"Bun... Aku mohon... Apa tidak bisa kita berdamai..." Mohon Haris penuh harap.
"Maaf... Sebenarnya aku sudah berdamai dengan keadaan Mas... Aku sudah berusaha ikhlas menerima semua kenyataan ini, bahwa kita sudah tidak bisa bersama... Aku sudah ikhlas... Sangat ikhlas sekarang... Karena Allah membuka pandangan Ku dengan cara lain melihat dunia... Duniaku dulu kamu Mas... Hanya terpaut pada kamu..., namun sekarang Mas sudah merubah pandanganku pada Dunia ini... Bahwa duniaku itu luas... Langkah aku bisa luas dan panjang.. Tidak menjadi istrimu, aku ibarat burung yang sayapnya semakin terbang, karena Aku tidak hanya berkecimpung di rumah tangga saja, dengan aku yang mandiri... Alhamdulillah aku bisa menjadi wanita yang lebih kuat, aku bisa menjadi ibu yang semakin kuat untuk anak-anak... "Panjang Lebar Mutia berkata.
"Jadi... Jika Aku sudah ikhlas... Mas pun belajarlah ikhlas menerima semua ini... Toh ini semua mas yang memulainya... Ibaratnya kertas yang sudah sobek, rumah tangga kita ini, jadi bagaimana biar sobekan itu bisa jadi lipatan yang lebih baik. Dan ibarat kaca yang pecah maka bagaimana caranya kita agar tidak saling melukai..." Kata Mutia lagi membuat kaca di mata Haris semakin menggenang.
Mutia pun pamit pergi dari hadapan Haris lalu ijin menjenguk Kiara yang masih dirawat di rumah sakit itu. Mutia datang bersama dengan Tya dan Arsya mereka berjalan beriringan menuju ke ruang dimana Kiara di rawat
Sampai di ruang rawat Kiara, Mutia mengetuk pintu pelan saat mendengar suara orang yang memintanya masuk Mutia pun masuk ke dalam. Dan di sana nampak Kiara masih terlihat pucat wajahnya, namun sudah bisa duduk di ranjangnya.
"Assalamualaikum... Hay... Bagaimana kabarmu? Maaf baru bisa menjenguk..."Kata Mutia sembari duduk di ranjang Kiara di susu Tya berdiri di sebelahnya.
Kiara membisu namun matanya langsung menganak sungai. Air matanya lolos keluar dari matanya di susul isakan tangis dari bibirnya. Mutia membelai tangan Kiara yang tidak terluka mencoba menenangkan Kiara.
"Mbak Mutia kenapa bisa baik sekali... Mas Haris cerita bahwa Mbak Mutia yang membawa ku ke Rumah Sakit... Kenapa tidak kau biarkan aku mati saja Mbak..." Kata Kiara sambil terisak sedih.
"Kamu masih bisa punya kesempatan Kiara... Jadilah istri yang di rindukan Mas Haris... "Kata Mutia lagi sambil mengusap air mata Kiara.
"Aku Ikhlas Mas Haris jadi milikmu... Jangan coba-coba bunuh diri lagi... " Kata Mutia sambil tersenyum meski ada sedikit rasa sakit di hatinya.
Kiara justru semakin menangis penuh dengan penyesalan terhadap Haris juga terhadap Mutia yang begitu baik, kenapa cintanya datang pada Haris yang sudah memiliki keluarga yang begitu sempurna, memiliki istri yang begitu sempurna seperti Mutia.
Haris di balik pintu mendengar semua kata-kata Mutia, hatinya terasa sakit dadanya terasa sesak, kenapa Mutia rela mengikhlaskan dirinya untuk Kiara namun melepaskan diri sendiri dari pelukannya.
"Maafin Kiara mbak.... Maafin Kiara yang sudah hadir di antara Mbak dan Mas Haris..." kata Kiara sambil terisak lalu memeluk Mutia.
"Maafin Kiara... Kiara masih ingin egois... Kiara tidak bisa hidup tanpa Mas Haris... Apa mbak mau menerimaku sebagai Madumu... Jadi istri Mas Haris berdua... Mas Haris amat mencintai Mbak Mutia, dia sangat tersiksa berpisah dengan Mbk Mutia... "Mohon Kiara penuh harap.
Mutia membeku di tempat, dia tidak bisa menjawab permohonan Kiara. Sementara Tya dan Arsya nampak saling tatap dengan kondisi Mutia dan Kiara saat ini yang sama-sama sulit.
Sementara Haris di luar tidak percaya dengan apa yang Kiara barusan katakan, bawa dia meminta Mutia untuk menerimanya dan berdampingan menjadi istri Haris.
"Kiara... Maaf aku Ikhlas kamu sekarang jadi istri Mas Haris... Tapi maaf untuk tetap bersama seterusnya dengan Mas Haris aku tidak bisa..., Titip Mas Haris... Jadilah istri yang baik... Jadilah istri yang shalihah yang taat dan menyenangkan suami... "Kata Mutia sambil menahan air matanya, sekarang hatinya lega, saat dirinya bisa berdamai keadaan.
"Tapi Mas Haris masih mencintai kamu Mbak..."Kiara masih memohon, entah tulus atau tidak Mutia berharap itu tulus dari bibir seorang Kiara yang dulu sempat datang ke kediamannya dengan arogannya.
"Mbak berdoa, suatu saat seiring berjalannya waktu namaku di hatinya akan mengikis terganti dengan namamu seutuhnya... Karena jodoh pernikahan kami hanya sampai disini..." Kata Mutia mengakhiri semuanya.
Mutia pamit undur diri lalu pergi keluar dan saat sampai di luar dirinya bertemu Haris yang tengah duduk bersimbah air mata, Mutia tidak mau berjumpa terlalu lama hanya mengangguk sambil tersenyum sekilas dan berlalu pergi di susul Tya dan Arsya di belakangnya.
Mutia setengah berlari ke mobilnya lalu duduk dan meminum air putih mencoba menenangkan dirinya. Hari ini dirinya tidak puasa karena baru haid, perutnya terasa sakit di tambah kondisi perasaanya terasa amat sangat kacau, bertemu dengan Kiara dan permohonan Kiara sempat membuat dirinya dilema, namun Mutia menguatkan lagi keinginannya untuk berpisah dengan Haris.
"Ini... Cantiknya ilang kalau sampai air mata itu menetes di pipi putihmu..." Kata Arsya sambil menyerahkan tisu untuk menghapus air mata Mutia yang mengalir meski dia tahan untuk tidak keluar.
"Kamu yakin akan melanjutkan perceraian Kalian???" Tanya Arsya sambil duduk di bagian kemudi mobil.
"Sekarang atau nanti akhirnya akan sama saja.. Mundur hanya akan menunda tapi pada akhirnya akan berpisah juga, Aku bukan Siti Aisyah yang sanggup memiliki madu... Aku ingin seperti Siti Khadijah yang semasa hidupnya menjadi istri satu-satunya..." Kata Mutia lalu mengusap air matanya.
"Kamu wanita yang hebat dan kuat... Kamu pantas mendapatkan yang lebih setia..." Kata Arsya sambil tersenyum, Tya hanya menyimak pembicaraan kedua orang di depannya. Merasa sudah lebih baik, Mutia pun pindah ke kursi belakang dan duduk di sebelah Tya, mereka pun meninggalkan Rumah Sakit.
***
Maaf bila ada salah ketiknya ....🙏🙏🙏