NovelToon NovelToon
Bloodlines Of Fate

Bloodlines Of Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Detia Fazrin

Aiden Valen, seorang CEO tampan yang ternyata vampir abadi, telah berabad-abad mencari darah suci untuk memperkuat kekuatannya. Saat terjebak kemacetan, dia mencium aroma yang telah lama ia buru "darah suci," yang merupakan milik seorang gadis muda bernama Elara Grey.

Tanpa ragu, Aiden mengejar Elara dan menawarkan pekerjaan di perusahaannya setelah melihatnya gagal dalam wawancara. Namun, semakin dekat mereka, Aiden dihadapkan pada pilihan sulit antara mengorbankan Elara demi keabadian dan melindungi dunia atau memilih melindungi gadis yang telah merebut hatinya dari dunia kelam yang mengincarnya.

Kini, takdir mereka terikat dalam sebuah cinta yang berbahaya...

Seperti apa akhir dari cerita nya? Stay tuned because the 'Bloodlines of Fate' story is far form over...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengungkap Tabir

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apapun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Perasaan bingung dan penasaran bercampur dalam benak Elara. Jika pria itu benar Dennis, mengapa ia kini terlihat begitu berbeda? Dennis yang ia kenal adalah sosok serius, bukan seseorang yang bergaul dengan gadis-gadis muda di klub malam atau berhubungan dengan orang-orang berpenampilan mencurigakan.

Apa yang sebenarnya sedang ia lakukan di sini? Elara merasakan keinginan kuat untuk membuka tabir misteri ini, seolah ada rahasia besar yang selama ini tersembunyi darinya. Tanpa berpikir panjang, dia memutuskan untuk mendekat dan mencari tahu lebih banyak.

Namun, sesaat sebelum masuk, Elara menyadari penampilannya yang terlalu formal. Di tengah kerumunan orang-orang berpakaian santai dan mencolok, dia terlihat mencolok, dan itu akan mengundang perhatian yang tak diinginkan.

Elara pun buru-buru pergi ke apartemennya yang tak jauh dari lokasi klub, mengganti pakaian formalnya dengan gaun yang lebih sesuai, dengan sesuatu yang lebih seksi dan kasual, meskipun dia merasa tidak nyaman mengenakannya.

Setelah siap, ia kembali ke klub dengan perasaan campur aduk antara keberanian dan ketidaknyamanan. Melangkah masuk ke dalam klub yang penuh dengan lampu warna-warni dan suara musik yang menggelegar, Elara merasa agak canggung. Demi informasi yang dia butuhkan, ia berusaha untuk "enjoy" dan terlihat seolah dia hanya pengunjung biasa.

Malam itu klub malam berpendar dengan cahaya neon, musik berdentum keras di sekitar Elara yang kini berdiri agak canggung di lantai dansa. Gaun hitam ketat dan lipstik merah yang mencolok bukanlah hal biasa baginya, tapi untuk malam ini, ia memakainya demi satu tujuan yaitu mendapatkan jawaban tentang Dennis atau siapa pun pria misterius yang tadi dilihatnya di minimarket.

Elara memindai kerumunan, mencoba menemukan sosok pria yang sangat mirip dengan ayah tirinya. Namun, sosok itu tampaknya telah menghilang. Alih-alih Dennis, pandangannya justru bertemu dengan mata seorang pria berwajah tampan namun berbahaya. Mata itu milik Max, Maxwell pria matang yang seolah mengintai Elara di tengah gemerlap lampu. Dia mendekat dengan langkah percaya diri, dan aura misteriusnya begitu kuat hingga orang-orang di sekitar tampak segan untuk mendekatinya.

“Siapa namamu, nona cantik?” Max berkata dengan suara rendah yang sedikit membuat Elara bergidik.

“El... Elara,” jawabnya sambil tersenyum tipis, kemudian mencoba menghindar dengan masuk ke kerumunan orang yang tengah berdansa.

Namun, sebelum berhasil benar-benar lolos, langkah Elara terganggu oleh seorang gadis yang tak sengaja menyenggolnya. Tubuhnya hampir jatuh ke lantai, tapi sebuah tangan kuat menangkapnya sebelum ia benar-benar terjatuh. Begitu ia melihat wajah orang yang menolongnya, Elara tertegun.

Pria itu sangat mirip Dennis, ayah tirinya. Bahkan, pria ini tetap terlihat muda dan memiliki sorot mata yang sama, tidak ada yang berbeda semua tetap sama seperti 18 tahun yang lalu.

“Oh, kamu baik-baik saja?” pria itu bertanya dengan suara yang hangat. Wajahnya tampak tulus, jauh dari kesan manipulatif yang biasa ia rasakan dari Dennis.

Elara mengangguk, masih terkejut. “Terima kasih... Aku... hampir terjatuh.”

Pria itu tersenyum kecil. “Nama saya Lucius Nathanile, tapi kamu bisa panggil aku Nate.”

“Nate,” gumam Elara, mencoba menyembunyikan keterkejutannya. Ia teringat kejadian sore kemarin, saat hampir ditabrak pria ini. “Kita pernah bertemu beberapa minggu lalu, bukan?”

Nate tertawa kecil, “Ah, ya! Aku ingat. Hampir membuatmu celaka. Dunia ini kecil, ya?”

Elara mengangguk, memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan ini. Ia membutuhkan informasi, dan Nate tampaknya orang yang tepat untuk mendekat. “Bisa dibilang begitu.”

Mereka berbincang sejenak, dan Elara merasa ada kemudahan dalam obrolan ini, hingga akhirnya Nate memperkenalkan ayahnya, Max, sebagai sosok yang berdiri tak jauh dari mereka. Elara terkejut "Ternyata pria misterius yang mendekati ku tadi adalah ayah dari Nate."

Tak lama, Max berpamitan pada Nate, beralasan akan pergi bersama dua gadis yang tadi Elara lihat bersamanya. Ada sesuatu yang aneh pada pria itu, dan Elara tidak bisa mengabaikannya.

“Permisi sebentar, Nate. Aku harus... ke toilet,” katanya, berusaha mencari alasan agar bisa mengikuti Max tanpa dicurigai.

“Oh, tentu,” jawab Nate, tersenyum lembut. Elara merasa bersyukur karena pria itu tampak mudah percaya. Tanpa menunggu lama, ia melangkah pergi, mengawasi langkah Max yang membawa kedua gadis itu ke luar klub menuju sebuah lorong gelap di samping bangunan.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Elara mengikuti mereka, merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Setelah berjalan cukup jauh, ia melihat Max membawa kedua gadis itu ke sebuah gang sepi di belakang klub. Mereka berhenti di sana, dan Elara bersembunyi di balik tembok, mencoba melihat apa yang terjadi.

Tiba-tiba, suara tawa yang tadinya riuh dari kedua gadis itu berubah menjadi jeritan tertahan. Elara merasakan tubuhnya menegang. Perlahan, ia mengintip dari balik tembok, dan apa yang dilihatnya membuat darahnya berdesir ngeri.

Max telah berubah. Mata yang tadinya memancarkan pesona dingin kini bersinar merah, tajam dan menyeramkan. Senyumannya berubah menjadi seringai penuh haus darah. Sebelum Elara bisa berpikir lebih jauh, Max mencondongkan tubuhnya ke arah salah satu gadis, menyentakkan kepalanya ke samping, dan tanpa ampun menggigit leher gadis itu.

Gadis itu terdiam, kaku, sementara darahnya mengalir membasahi pakaian dan tangan Max. Dalam sekejap, gadis lainnya mencoba lari, namun Max dengan cepat mencengkeramnya dan menatapnya seolah memaksanya untuk tunduk.

Elara tak bisa bergerak. Pemandangan itu mengunci tubuhnya dalam ketakutan yang dalam. Selama beberapa detik, pikirannya kosong, sampai ia mendengar suara langkah kaki.

❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate

Seketika, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Elara tersentak dan langsung menyembunyikan dirinya lebih dalam ke balik bayangan, khawatir kalau Max menyadari kehadirannya. Namun, ketika ia melihat siapa yang datang, Elara merasa lega. Hanya seseorang yang lewat, bukan Nate, dan lebih penting lagi itu bukan Max.

Elara menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Tubuhnya masih gemetar, tapi ia tahu harus segera kembali ke dalam klub dan bertemu dengan Nate agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dengan langkah pelan, ia berbalik, mencoba meredakan rasa takut yang masih menyelimuti.

Saat bertemu kembali dengan Nate, Elara berusaha menutupi kekhawatirannya dan berkata dengan nada yang sebisa mungkin terdengar biasa, “Sepertinya aku harus pulang sekarang, Nate. Sudah cukup larut dan aku rasa butuh istirahat.”

Nate, yang tampak terkejut dan sedikit khawatir, menawarkan, “Aku bisa mengantarmu pulang kalau kamu mau. Bagaimana ? ”

Elara menggeleng dengan senyum lemah, menolak tawarannya dengan alasan yang sederhana. “Terima kasih, Nate, tapi aku tidak ingin merepotkan mu. Lagipula, aku bisa memesan taksi online.”

Meskipun Nate tampak sedikit ragu, dia akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah, kalau itu maumu. Tapi kabari aku kalau sudah sampai rumah, ya?”

“Pasti,” jawab Elara sambil tersenyum tipis. Setelah berpamitan, dia segera memesan taksi online dan menunggu di luar klub. Di tengah kegelapan malam yang kini terasa makin mencekam, Elara merasakan kelegaan yang besar saat melihat mobil taksi datang.

Di perjalanan pulang, pikirannya terus terngiang-ngiang pada sosok Max yang tadi dilihatnya, dan rasa takut kembali menyelinap. Apa sebenarnya yang ia lihat tadi? Siapa sebenarnya pria bernama Max itu? Elara tahu dirinya harus mencari tahu lebih banyak, tapi malam ini, ia cukup bersyukur bisa kembali ke apartemennya dengan selamat.

1
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
lanjut kak
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
lanjut kak
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
lanjut kak
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
NT.RM: Terima kasih banyak sudah mampir dan terus mengikuti Bloodlines of Fate! Senang banget bisa berbagi cerita ini sama kamu. Semoga tetap seru dan bisa terus dinikmati! Jangan ragu buat kasih feedback atau pendapat, ya! 😊
total 1 replies
sella surya amanda
lanjut
KaylaKesya
terbaek thor 😇💪
KaylaKesya: sama2..semangat thor 💪
NT.RM: Terimakasih ya Laya~
total 2 replies
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!