Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpindah Dimensi
Setelah kejadian yang menguras energi itu, Raka dan Aluna kembali ke rumah Melina dengan langkah berat. Meskipun mereka berhasil mengusir Mastara, ancaman masih membayangi, dan rasa lelah yang dirasakan mulai meresap ke dalam tubuh mereka. Fluffernox berjalan santai di belakang mereka, mendengkur dengan penuh kepuasan seperti pahlawan yang baru saja memenangkan perang besar.
Ketika mereka masuk kembali ke dalam rumah, Melina sudah menunggu di depan perapian, duduk dengan tenang sambil memandangi cahaya api yang berkobar lembut. Dia menoleh begitu melihat Raka dan Aluna masuk.
"Aku mendengar suara di luar," kata Melina, suaranya penuh kewaspadaan namun tetap tenang. "Kalian baik-baik saja?"
Aluna mengangguk, wajahnya sedikit pucat tapi matanya masih memancarkan semangat juang. "Kami baik-baik saja, Tante Melina. Ada Mastara yang mendekat, tapi kami berhasil mengusirnya."
Melina menghela napas panjang dan berdiri. "Mastara? Di desa ini? Mereka seharusnya tidak berada di sini... Sesuatu yang aneh sedang terjadi."
Raka, yang masih mencoba untuk mengatur napasnya, duduk di kursi dengan keras. "Oh, percaya saja, sesuatu yang aneh memang sedang terjadi. Sejak aku memencet tombol alat dimensi itu, semuanya jadi aneh!"
Melina menatap Raka dengan tatapan penasaran. "Alat dimensi?"
Aluna menjelaskan dengan singkat tentang alat kuno yang dimiliki Raka, bagaimana alat itu membawa mereka melintasi dimensi tanpa kendali. Melina mendengarkan dengan seksama, alisnya terangkat sedikit.
"Alat seperti itu tidak boleh digunakan sembarangan," kata Melina, suaranya penuh perhatian. "Ada alasan mengapa aturan melintasi dimensi sangat ketat. Jika kau melintasi tanpa izin, kau bisa membuka celah yang bisa menarik makhluk-makhluk berbahaya dari dimensi lain."
Raka mengerutkan kening. "Celah? Makhluk berbahaya? Maksudmu... seperti Mastara?"
Melina mengangguk pelan. "Mungkin lebih buruk dari Mastara. Setiap kali kau menggunakan alat itu, kau membuka pintu ke dimensi lain. Dan pintu yang terbuka tanpa pengawasan bisa membawa hal-hal yang tidak diinginkan."
Raka menelan ludah. "Jadi, kau bilang aku... mungkin sudah membuat kekacauan yang lebih besar?"
"Belum pasti," jawab Melina dengan tenang. "Tapi yang jelas, alat itu harus digunakan dengan hati-hati. Dan sebaiknya kau berhenti menggunakannya sampai kita tahu lebih banyak."
Raka memandang alat di tangannya dengan wajah penuh penyesalan. "Yah, itu tidak sulit. Benda ini sering salah tekan. Aku bahkan tidak tahu cara menggunakannya dengan benar."
Aluna menatap Raka dengan tatapan prihatin. "Kita harus mencari tahu bagaimana cara menggunakan alat itu dengan benar, atau menghancurkannya jika perlu."
Raka membuka mulutnya untuk menjawab, tapi sebelum dia sempat bicara, Fluffernox tiba-tiba melompat ke atas meja di depan mereka. Makhluk kecil itu tampak penuh energi lagi, matanya berkilau cerah seperti kucing yang baru saja menemukan mainan baru.
"Fluffy, tolong jangan buat masalah lagi," keluh Raka sambil memandang makhluk itu dengan ekspresi lelah.
Namun, Fluffernox tidak peduli. Makhluk itu mendekatkan hidungnya ke alat dimensi di tangan Raka, mengendus-endus dengan rasa penasaran. Sebelum Raka bisa mencegahnya, Fluffernox menggigit salah satu tombol alat tersebut.
"Hei! Jangan sentuh itu!" seru Raka, tetapi terlambat.
Sebuah kilatan cahaya terang muncul dari alat tersebut, dan sebelum mereka semua menyadarinya, ruangan di sekitar mereka bergetar. Raka, Aluna, dan Melina berdiri terkejut ketika lantai di bawah kaki mereka terasa bergerak. Semuanya berputar, dan mereka merasa seperti ditarik ke dalam pusaran energi yang tak terlihat.
"Fluffy! Apa yang kau lakukan?!" teriak Raka, suaranya nyaris tenggelam oleh suara gemuruh yang muncul dari alat dimensi.
Seketika, dunia di sekitar mereka berubah. Cahaya berkilauan memancar, dan udara terasa seolah-olah mereka sedang melayang di antara dimensi. Raka bisa merasakan tubuhnya ditarik oleh gaya yang tak terlihat, membuat kepalanya pusing.
Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, mereka semua mendarat dengan keras di atas tanah yang lembut. Raka berguling beberapa kali sebelum akhirnya berhenti, merasa pusing dan bingung. Dia menatap sekeliling, mencoba memahami di mana mereka berada.
"Ini... tempat apa lagi sekarang?" gumam Raka sambil memegangi kepalanya.
Aluna, yang sudah berdiri lebih dulu, melihat sekeliling dengan hati-hati. "Aku tidak tahu... tapi ini jelas bukan desa Melina."
Mereka sekarang berada di sebuah hutan lain, tetapi kali ini suasananya jauh lebih aneh. Pohon-pohon di sekitar mereka tampak tinggi dan menjulang, dengan daun-daun yang berkilau seperti kristal di bawah sinar bulan. Di kejauhan, terdengar suara air terjun yang mengalir, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya.
Melina, yang juga baru saja berdiri, menatap sekeliling dengan mata penuh kewaspadaan. "Kita telah berpindah dimensi," katanya pelan. "Fluffernox menekan tombol dan membawa kita ke tempat lain."
Raka menatap alat dimensi di tangannya dengan ekspresi penuh kekesalan. "Kenapa benda ini selalu membawa kita ke tempat yang aneh? Apa tidak ada tombol yang membawa kita ke tempat yang normal, seperti pantai atau kafe?"
Aluna mengabaikan keluhan Raka dan mulai berjalan perlahan, mencoba memahami tempat baru yang mereka datangi. "Kita harus mencari tahu di mana kita sekarang. Tempat ini terasa... berbeda dari yang lain."
Fluffernox, yang tampaknya sama sekali tidak merasa bersalah, melompat-lompat di sekeliling mereka dengan riang, seolah-olah ini adalah petualangan baru yang menyenangkan. Raka hanya bisa memandang makhluk kecil itu dengan frustrasi.
"Fluffy, kau benar-benar harus berhenti menekan tombol. Serius," keluhnya.
Tapi di tengah keheningan hutan yang aneh ini, tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan—suara langkah kaki yang bergerak cepat menuju ke arah mereka. Aluna segera mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka semua berhenti.
"Ada seseorang yang datang," bisik Aluna. "Kita harus waspada."
Raka menelan ludah, merasa ketegangan kembali meningkat. "Kalau ini monster lagi, aku benar-benar akan kehilangan akal."
Dari balik pepohonan, muncul tiga sosok. Mereka bukan prajurit kerajaan atau makhluk aneh seperti Mastara, tetapi manusia—atau setidaknya, mereka terlihat seperti manusia. Ketiga orang itu mengenakan jubah hitam panjang, dengan simbol misterius berwarna merah yang tersemat di dada mereka.
Mereka berhenti beberapa langkah dari Raka, Aluna, dan Melina, memandang mereka dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. Salah satu dari mereka, seorang pria dengan rambut panjang keperakan, melangkah maju.
"Kalian bukan dari dimensi ini," kata pria itu dengan nada datar tapi penuh kewaspadaan. "Apa tujuan kalian di sini?"
Aluna, yang sudah terbiasa menghadapi situasi semacam ini, berdiri tegak dan menatap balik pria itu dengan tenang. "Kami tidak bermaksud datang ke sini. Ini kecelakaan. Kami hanya melintasi dimensi tanpa sengaja."
Pria itu menyipitkan matanya, tampaknya tidak sepenuhnya percaya. "Melintasi dimensi tanpa sengaja? Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah."
Raka, yang merasa situasi semakin rumit, mencoba tersenyum canggung. "Ya, ya... begini, alat ini agak... yah, suka membawa kami ke tempat yang salah. Kami tidak bermaksud membuat masalah."
Pria berambut perak itu tidak tersenyum. "Alat dimensi? Itu adalah teknologi yang sangat berbahaya."
Raka tertawa kecil, meskipun jelas dia merasa gugup. "Katakan saja padaku..."
Pria itu memandang mereka bertiga dengan tajam, lalu beralih ke rekan-rekannya. "Bawa mereka ke markas. Kita harus memastikan mereka tidak menjadi ancaman."
Sebelum Raka atau Aluna bisa bereaksi, dua sosok berjubah hitam lainnya melangkah maju, tangan mereka bersinar dengan energi magis.