NovelToon NovelToon
TURUN RANJANG

TURUN RANJANG

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor
Popularitas:35.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kikan Selviani Putri

Annisa memimpikan pernikahan yang bahagia bersama lelaki yang dicintainya dan mencintainya. Tetapi siapa sangka dirinya harus menikah atas permintaan sang Kakak. Menggantikan peran sang Kakak menjadi istri Damian dan putri mereka. Clara yang berumur 7 tahun.

Bagaimana nasib Annisa setelah pernikahannya dengan Damian?

Mampukah Annisa bertahan menjadi istri sekaligus ibu yang baik untuk Clara?

Temukan kisahnya hanya di sini!^^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan Selviani Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RUMOR

"Oh ya, Mas. Kamu bilang ingin mengatakan sesuatu? Tentang apa?" Annisa bertanya sambil memasukkan sepotong salmon segar ke dalam mulutnya.

Damian terdiam sejenak, pupil matanya bergetar ringan. Sebenarnya, ia sendiri tidak tahu persis apa yang ingin ia sampaikan pada Annisa. Di satu sisi, ia hanya ingin menciptakan momen yang lebih dekat dengannya, sesuatu yang belum pernah ia coba lakukan sebelumnya. Tapi sekarang, dengan Annisa di hadapannya, kata-kata terasa sulit untuk dirangkai.

"Ah, iya…" Damian menarik napas, berusaha merangkai kata. "Sebenarnya, nggak ada sesuatu yang khusus, sih." Ia tertawa kecil, berusaha mencairkan suasana. "Aku cuma ingin punya waktu buat ngobrol dan makan bareng kamu. Rasanya selama ini aku terlalu sibuk dengan diri sendiri, dan aku juga belum pernah ajak kamu makan siang seperti ini."

Annisa menatap Damian dengan tatapan yang lembut. "Nggak apa-apa, Mas. Aku menghargai usahamu."

Damian tersenyum lega. "Aku juga merasa hal yang sama. Aku sadar belakangan ini bahwa aku perlu lebih banyak waktu buat mengenal kamu, Nis. Kamu itu… seseorang yang mudah buat dicintai, meskipun aku lambat menyadarinya."

Annisa tersipu, sedikit terkejut dengan kalimat itu. Damian jarang bicara terbuka seperti ini, dan dia bisa merasakan ketulusan di balik kata-kata suaminya.

Damian melanjutkan, "Aku ingin belajar jadi suami yang lebih baik, yang bisa kamu andalkan. Jadi, mulai sekarang, kalau ada yang kamu ingin bicarakan, apapun itu, aku mau kamu merasa bebas buat cerita."

Annisa tersenyum pelan, hatinya terasa hangat. "Terima kasih, Mas Damian. Itu sangat berarti buatku."

Mereka saling tersenyum, dan untuk pertama kalinya, mereka merasa hubungan mereka mulai menemukan arah yang lebih jelas.

Di sisi lain ruangan, Jenny tak sengaja melihat Annisa dan Damian yang sedang menikmati makan siang bersama. Rasa tak suka dan cemburu segera muncul di wajahnya. Baginya, Damian adalah pria yang harusnya hanya melihat dirinya, bukan Annisa, rekan satu timnya yang, menurut Jenny, tak selevel dengannya.

Jenny memperhatikan dari kejauhan, matanya menyipit dengan penuh rasa iri. Dia tidak tahu bahwa Annisa sebenarnya adalah istri Damian, dan menganggap Annisa hanyalah pegawai biasa yang berani mendekati pria yang ia kagumi. Hatinya mulai dipenuhi niat untuk membuat hari-hari Annisa di kantor tidak menyenangkan.

Jenny mendesis pelan, menyusun rencana dalam kepalanya. "Kau ingin berebut pria denganku, Nis? Ketahuilah, levelmu itu sangat rendah," gumamnya, dengan suara nyaris tak terdengar. "Jangan harap hari-harimu di kantor akan menyenangkan setelah ini. Aku akan membuat kamu sadar di mana levelmu."

Dengan langkah cepat, Jenny berbalik meninggalkan tempat itu, pikirannya dipenuhi dengan rencana-rencana untuk menjatuhkan Annisa. Di benaknya, ia yakin Damian hanya tertarik pada wanita seperti dirinya—berkelas dan elegan, bukan seperti Annisa yang menurutnya tidak pantas.

Keesokan harinya di kantor, Jenny mulai menunjukkan sikap dinginnya terhadap Annisa. Setiap kali mereka berpapasan, Jenny hanya menatapnya tajam tanpa senyum, bahkan mengabaikan sapaan ramah dari Annisa.

Annisa, yang tidak tahu apa penyebab perubahan sikap Jenny, berusaha mengabaikannya dan tetap fokus pada pekerjaannya. Namun, tak lama setelah Annisa mulai bekerja, Jenny datang dan meletakkan setumpuk dokumen di mejanya dengan kasar.

“Nis, ini semua laporan yang harus kamu selesaikan hari ini. Pak Damian ingin semua ini sudah selesai sebelum rapat sore nanti. Kamu bisa, kan?” ucap Jenny dengan nada tinggi, sembari menyeringai seolah-olah puas.

Annisa mengangguk, walaupun dalam hatinya bingung mengapa tugas-tugas yang seharusnya tidak begitu mendesak tiba-tiba diberikan padanya sekaligus. “Baik, Mbak Jenny. Saya akan coba selesaikan,” jawabnya dengan tenang.

Jenny mendengus, matanya menatap Annisa penuh tantangan. "Bagus. Dan jangan pikir kamu bisa selesai cepat kalau mau bersantai siang ini. Aku akan cek hasil kerjamu nanti," ujarnya sinis sebelum berlalu.

Annisa hanya menghela napas, berusaha tetap sabar menghadapi sikap Jenny yang tak bersahabat. Dalam hatinya, ia merasa ada sesuatu yang ganjil, tapi ia tidak ingin membuat masalah. Annisa bertekad untuk tetap profesional, meski Jenny jelas menunjukkan sikap yang mempersulitnya.

Sementara itu, Jenny tersenyum penuh kemenangan di balik meja kerjanya, merasa puas melihat Annisa sibuk dan mungkin kewalahan. “Itu baru permulaan, Nis,” pikirnya dalam hati. "Aku akan buat kamu paham siapa yang punya kuasa di sini."

Seiring waktu, Jenny semakin sering memperhatikan Annisa dengan cermat, mencoba mencari kelemahan apa pun yang bisa ia gunakan. Hingga suatu hari, ia baru sadar bahwa Annisa sering menggunakan barang-barang bermerek. Tas yang dibawa Annisa adalah keluaran terbaru dari salah satu brand terkenal, jam tangan di pergelangan tangannya juga bukan barang biasa. Hal itu membuat Jenny semakin kesal dan cemburu.

“Wanita sepertinya? Barang-barang mahal seperti itu?” Jenny bergumam sinis pada dirinya sendiri. Di benaknya, Annisa hanyalah karyawan biasa, bukan tipe yang mampu membeli barang-barang seperti itu. Pikiran negatif pun mulai memenuhi benaknya. “Pasti dia punya simpanan,” pikir Jenny dengan penuh curiga.

Saat jam makan siang, Jenny dengan sengaja mendekati rekan-rekannya dan berbicara dengan nada rendah namun cukup keras agar terdengar. “Eh, kalian sadar nggak sih, si Annisa belakangan ini sering bawa barang-barang branded? Jam tangan, tas, kayaknya selalu ada yang baru tiap minggu,” bisiknya, seolah-olah sedang membagikan rahasia besar.

Beberapa rekan kerja yang mendengarnya saling berbisik dan mulai memperhatikan Annisa. “Iya, benar juga ya. Padahal kita kan tahu gaji di sini nggak sebesar itu,” salah satu dari mereka menimpali.

Jenny tersenyum tipis, merasa puas karena berhasil menyebarkan kecurigaan tentang Annisa. “Ya, aku juga heran. Kalau dari gaji di sini, kayaknya nggak mungkin, ya?” ujarnya sambil tertawa kecil. “Tapi ya sudahlah, aku nggak mau ikut campur. Cuma penasaran saja.”

Percakapan itu membuat beberapa orang mulai memperhatikan Annisa dengan pandangan berbeda. Jenny merasa senang melihat Annisa jadi pusat gosip, tanpa Annisa sadari bahwa dirinya telah menjadi bahan perbincangan di belakang. Jenny yakin, perlahan-lahan, ini akan menjadi cara lain untuk membuat Annisa sadar di mana tempatnya.

Annisa mulai menyadari bahwa beberapa rekan kerja memperlakukannya berbeda. Saat ia memasuki pantry atau berjalan di lorong kantor, ada yang tiba-tiba berhenti bicara atau meliriknya dengan tatapan aneh. Namun, Annisa berusaha tidak terlalu memikirkannya. Ia berpikir mungkin hanya perasaannya saja.

Namun, situasi ini makin hari makin terasa. Rekan-rekan kerjanya mulai sering membicarakan barang-barang yang ia pakai secara terang-terangan.

"Eh, Annisa, tas kamu baru, ya? Keren banget. Berapa sih harganya?" tanya salah satu rekan kerja dengan nada menyindir, sambil melirik ke arah tasnya.

Annisa tersenyum, meski sedikit bingung. “Ah, iya, hadiah aja,” jawabnya singkat, tak ingin menjelaskan lebih lanjut.

Jenny yang berada di dekat mereka, mendengarkan jawaban itu dengan tawa sinis. “Wah, enak banget ya kalau bisa dapat hadiah mahal-mahal begitu. Beruntung banget kamu, Nis,” katanya dengan nada penuh sindiran, seolah menyiratkan sesuatu.

Annisa menatap Jenny sejenak, merasa ada yang ganjil di balik perkataannya. “Iya, Mbak Jenny. Mungkin cuma kebetulan saja,” jawab Annisa tenang, walau dalam hatinya merasa tidak nyaman.

Namun, sikap Jenny tak berhenti di situ. Beberapa hari kemudian, Jenny dengan sengaja menyebarkan gosip lain tentang Annisa, mengatakan bahwa Annisa mungkin punya “donatur” atau “sponsor” di luar yang memberikan semua barang mewah itu.

“Ya, coba pikir saja. Gaji di sini nggak cukup buat beli barang-barang mewah, kan? Aku nggak bilang apa-apa, tapi kelihatannya begitu,” ujar Jenny pelan pada beberapa rekan kerja lain.

Mendengar rumor yang mulai menyebar, beberapa rekan kerja mulai melihat Annisa dengan penuh kecurigaan. Mereka bahkan mulai membuat asumsi-asumsi sendiri, tanpa tahu kebenaran di baliknya. Annisa, yang awalnya tak menyadari semua ini, mulai merasa lingkungan kerjanya menjadi semakin tidak bersahabat.

1
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
resep nasi goreng putih apa nih, spill dong?
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
masih ada kaku kaku percakapan antara annisa dan damian
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
banyak kata terima kasih dari damian
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
ples ples nya disensor teettt
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
si jenny bukan nya tobat, malah makin menjadi
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
apa teman2 annisa bodoh? masa mau terhasut jenny.
mudah banget ya jenny menyebarkan fitnahan.
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
nah kan klo diumumkan mah jd tenang, tidak ada rumor annisa bgn bgt lg
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
to the point aja nih dami, sekalian kamu kasih tau klo annisa istrimu
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
annisa tuh lugu atau apa sih? lagian salah sendiri pernikahan ditutup tutupi, jd menyebabkan orang berpikir buruk
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
cinta akan tumbuh seiring berjalan nya waktu, mknya harus sering bersama nissa dan damian tuh
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
udah izin dari arum dam, buka hatimu untuk annisa, ungkapkan perasaan mu
❀SαmαŇthα❦✟зÄ🦋⃝🐸
Hmmmm... awal bab sdh disuguhi konflik yg ckup menegangkan, adegannya kena banget dng realita yg ada di real, KDRT yg cukup menguras emosii, semangat berkaryanya Ikannnn..
BAROKAH99 HeartNet🔰π¹¹™
Rumah tangga yang tidak ada dasar cinta pasti banyak perselisihan atau perdebatan. apalagi kisah annisa yg menikah karena amanah sang kakak. otomatis sosok yang selama ini dianggap sebagai adik tidak bisa menembus pertahanan cinta kakak iparnya.

Cobaan, cacian, bahkan sakit hati membuat annisa semakin terpuruk. Dia merasa tak dianggap, yang padahal sudah memberikan yang terbaik buat anak Damian, tapi usahanya itu tidak dihargai sama sekali. Damian menganggap annisa belum pantas mengantikan sosok arum. Annisa wanita kuat dan tabah. sudah dicaci maki tetap saja berharap damian bisa menerima status sebagai istri sah

Annisa terlalu cantik, sehingga teman damian saja jatuh hati padanya. Namanya perasaan tidak bisa dipungkiri, namun masih bisa menjaga pertemanan dan bisnis agar tidak putus.

dalam diam dan tangisan, akhirnya damian sedikit ada perubahan sikap. Buah kesabaran mulai membuahkan hasil, walau harus lewat kumpul keluarga. Semoga semua dipermudah dan annisa bisa menjadi bagian hidup damian selamanya. intinya bersabar dalam tiap cobaan, semua akan ada hasilnya.
❤️⃟Wᵃf•§¢•Chiko❣ 🤎: kelihatannya menarik untuk dibaca
total 1 replies
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
kalo ingin menjelaskan rumor itu ya umumkan saja pernikahan kalian
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
damian harus cepat tau rumor yang sedang beredar, kasihan annisa digosipin terus, klo perlu umumin saja pernikahan nya
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
kau belum tau saja jen siapa annisa, klo km tau km akan malu sendiri
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
annisa ini terlalu lugu ya, coba lawan mereka yang suka nyindir2 itu nis
✨Ꮶ͢ᮉ᳟•ᾰ𝕣ຣ𝑦𝐀⃝🥀⏤͟͟͞͞🧸👻ᴸᴷ
masa gak ada yang janggal gitu yaa smaa lelucon begitu secara tiba" kalau aku sih bakal kepo 🤔
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
annisa seperti merasakan ga enakkan ya mau ini itu tuh, padahal kan ke suaminya, apa karena tadinya karena damian terlalu dingin ya!
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
kedekatan annisa dan damian seperti jalan di tempat ya, coba klo skin to skin bisa lebih cepat mendekatkan mereka, misal cium tangan ketika mo kerja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!