Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Lasya hanya mampu menangis dalam diam. Dia memegangi erat selimutnya. Bayangan apa yang baru saja dia dan Andrian lakukan, terasa sangat menyakiti hatinya.
Berkali-kali dia bertanya, akan bagaimana cara suaminya ini bermain dalam cinta. Karena selama yang dia lakukan padanya hanya rasa kasar dan sakit. Tak pernah Lasya merasakan kelembutan di setiap sentuhan Andrian.
Tapi... pada hari ini, pertanyaannya ini terjawab sudah. Kali ini Andrian bermain dengan sangat lembut dan penuh api gairah. Bahkan kali ini Andrian menciumnya seolah dengan penuh perasaan yang penuh kasih sayang.
Tapi ini bukan untuk dia!
Ini untuk Bianka!
Andrian selalu saja menyebutkan nama Bianka di setiap erangannya.
Baru saat ini lah Lasya menyadari, betapa dalamnya perasaan Andrian untuk cinta Bianka.
Tentu dia merasa sakit hati!
Bahkan rasanya ingin dia menghilang saja dari bumi ini. Ini adalah pernikahan dia pertama kalinya. Andrian juga lah pria yang pertama kali menjadi cinta pertamanya di saat bangku sekolah.
Dia berhayal jika pernikahan ini akan sangat membahagiakan dan menghangatkan. Namun pada kenyatannya, ini sangatlah berbanding terbalik.
Lasya menyeka air matanya yang terus saja luruh.
•
BYUR...
Andrian mengerjap ketika telinganya samar-samar mendengar sebuah suara benda yang jatuh ke dalam air. Dia bangun, dia menoleh dan tidak melihat adanya Lasya di sana.
" Dimana dia?"
Dia bergumam. Dia menggerakkan lehernya yang otot-ototnya terasa kaku.
Matanya membeliak, dia kaget dan mengintip tubuhnya sendiri yang terbungkus selimut.
" SHIT..."
Umpatnya, dia menarik rambutnya frustasi.
Dia menoleh ke balkon, tatkala suara orang berenang terdengar.
Dia bangun. Melangkah maju menuju balkon.
Di sana, di bawah sana, terlihat Lasya yang sedang memakai baju bikini berenang kesana-kemari. Dia berenang dengan sangat lihai. Bahkan dia terus bolak-balik memecah air tanpa rasa lelah.
Semua ini, tak luput dari pandangan Andrian.
Dada Lasya bergerak naik-turun. Dia kini sudah naik dan duduk di pinggiran kolam. Dia meraup napas dalam-dalam.
Lelahnya ini sama sekali tak sebanding dengan rasa sakit hatinya.
" Ini belum tenang. Aku harus berenang lagi."
Lasya bergumam dalam hatinya.
BYUR....
Satu kali jalan belum cukup, Lasya melanjutkan dua kali jalan.
" hah hah hah..."
Lasya sudah minggir, dia mengusap wajahnya, menstabilkan detak jantungnya.
" Astaga..."
Sontak saja dia menendang lantai kolam saat kaget tiba-tiba melihat Andrian berdiri di sana. Andrian berdiri tegak dengan memamerkan bidang di dada serta perutnya.
Dia menatap Lasya. Membuat rasa kecewa Lasya tadi seketika sirna.
" Mas.."
Andrian diam saja. Dia malah meletakkan jus yang dia bawa ke meja.
Lasya yang senang akan perhatian Andrian seketika dia naik ke atas, menghampiri Andrian.
" Ini untuk ku?" Basa basi Lasya. Satu jarinya menunjuk ke gelas minuman berwarna kuning.
" Hem."
Andrian menjawab tanpa menatap Lasya.
Lasya tersenyum tipis. " Terimakasih, aku minum ya."
GLEG...
GLEG...
" Mas, ini tadi jus buah apa. Ini sangat enak."
Lasya menatap gelas bening.
" Mas.. aku tanya kamu lo!"
Lasya kembali mengatakan dengan nada rendah.
" Apa lidah mu itu mati rasa? Seharusnya kamu sudah tahu apa yang kamu minum. itu RACUN"
" Aku hanya bertanya mas, gitu aja kok kesal."
Andrian berdecak. Dia menatap kepergian Lasya dengan raut bertanya-tanya.
Tapi semua itu tak bertahan lama. Lasya mengedipkan bahunya dan kembali bersantai.
Seakan terpukau dengan keseksian Lasya kali ini, diam-diam Andra berkali-kali mencuri pandang. Dia berpura-pura tak terpikat. Melirik Lasya dengan ekor matanya sembari menenggak minuman yang baru dia bawa.
" Mas, kamu mau renang nggak? Kita renang bareng yuk!"
Lasya meletakkan gelasnya. Mencoba mengajak Andrian.
Sikap Andria sangat-sangat dingin. Lasya seketika mendekati Andrian dan merebut gelasnya.
" Ayo mas.."
BYUR...
" Hahahaha..."
Lasya tertawa melihat Andrian sudah tercebur ke dalam air.
" Maaf, aku sengaja."
Setelah mengatakan ini Lasya langsung masuk ke dalam air. Dia dan Andrian sekarang sudah ada dalam jarak dekat dan saling berhadap.
" Maaf ya."
" Bagaimana kalau kita tanding mas!"
Usulan macam apa ini? Lasya mengajak tanding? Yang benar saja.
Andrian menaikkan sebelah alisnya, merasa aneh saat dengan tiba-tiba Lasya menantangnya.
" Bagaimana, kamu mau kan?" Tanya Lasya.
Tapi Andrian masih diam saja. Dia bagaikan manusia kutub utara yang bibirnya terkunci oleh bekunya es.
" Jangan bilang kamu takut? Kamu takut kalah ya mas?"
Ini benar-benar penghinaan. Mana mungkin seorang Andrian kalah dari seorang wanita. Tapi walau ini aneh, Andrian tetap diam saja, dia tetap menatap Lasya dengan mata yang sama sekali tak berkedip.
" Mas, Hallo... kamu dengar aku kan?" Lasya melambaikan sebelah tangannya tepat di depan wajah Andrian.
" CK.." Andrian berdecak, dia menepis tangan Lasya menjauh.
" Aku kira kamu ngelamun. Jadi bagaimana, kamu mau nggak mas? Jangan bilang diam mu ini karena benar-benar takut kalah dari ku ya? Iya ya.... "
" Kamu pikir kamu kuat. Kamu gila karena sudah menantang ku." Balas Andrian dingin dan tak berekspresi.
Ya ini gila, memang benar gila. Lasya pun sebenarnya menyadari itu.
Tapi dia sengaja, demi membuat peluang kesempatan berdekatan dengan Andrian. Ini adalah bulan madu nya. Dia harus bisa meluluhkan hati Andrian.
" Siapa yang tahu. Kan kita belum mencoba." Balas Lasya tak kalah santai.
Mendengar jawaban yang sombong ini Andrian seketika mendengus.
" Baik aku terima."
" Benar? Kamu beneran mau mas? Kalau gitu kita harus atur hadiah nya."
Lasya menaikkan bola matanya, mengetuk dagunya pelan seperti seseorang yang tengah berpikir.
" Menurut mu hadiah apa yang cocok mas?"
" Aku nggak butuh hadiah, karena mengalahkan mu bukan hal susah."
" Nggak bisa begitu dong mas. Kan kita lomba. Mana ada lomba menang tidak dapat hadiah."
" Oke tenang saja, aku sudah mendapatkan idenya." Kata Lasya dengan wajah berbinar.
" Jadi siapa saja yang kalah, dia harus memberikan hadiah sukarela kepada yang menang. Bagaimana, kamu setuju kan mas?" Sambung Lasya. Dia menatap Andrian menanti sebuah jawaban.
" Hah, terserah terserah."
Andrian menunjukkan ekspresi malasnya. Tapi Lasya tidak menyerah. Demi pernikahannya dan keluarganya.
" Oke baiklah. Kalau gitu kita mulai saja sekarang ya."
Lasya sudah bergeser. Dia menarik Andrian agar berdiri sejajar dengannya. Dia menoleh dan akan mulai menghitung.
" Kita mulai setelah hitungan ke tiga."
Satu....
Dua....
Ti..ga
Mereka berdua sudah mulai berlomba berenang. Dengan mata tertutup pun bisa di tebak kalau Andrian lah yang akan menang. Apalagi Lasya nampak tak mengerahkan seluruh kekuatannya. Dia malah terlihat santai tapi terkesan serius.
Andrian sudah menendang pinggiran kolam. Dia sudah berenang berbalik arah. Sedangkan Lasya, dia masih tertinggal jauh dari Andrian.
Tangan Andrian bergerak cepat. Dia sudah sampai dan menang. Dia berdiri, mengusap wajahnya dan memperhatikan sampai dimana wanita yang menantangnya tadi.
" Siput." Oloknya lirih ketika melihat Lasya masih berenang, sedangkan dia sudah sampai dari tadi.
" Hah hah hah.."
Lasya meraup udara sebanyak-banyaknya. Dia mengusap wajahnya, membuang tetesan air.
" Udah nantang, kalah! Nggak malu." Ujar Andrian dengan tersenyum smirk.
Bukannya marah. Lasya malah tertawa kaku kecil.
" Iya aku kalah ternyata."
" Ehm... jadi kamu mau apa mas. Karena aku kalah, aku harus nurutin apa mau kamu." Sambung Lasya.
Andrian diam saja. Dia lagi-lagi hanya diam. Tak mau menyiakan kesempatan. Lasya bergegas mendekat dan memegang bahu Andrian.
Andrian mengerutkan keningnya. Menatap Lasya dengan tatapan keanehan.
CUP...