Risty Azalea, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana bertekad merubah hidupnya menjadi wanita yang sukses dan dihormati semua orang, tapi siapa sangka kisah asmaranya tidak semulus karirnya saat ini. Dia malah jatuh cinta pada Bima Arya Dalwyn, seorang laki-laki menyebalkan dan bermulut tajam yang tidak menyukainya sama sekali. Penasaran kan bagaimana lika-liku perjalanan kisah cinta mereka? Yuk ikuti terus kisah mereka, jangan lupa beri like dan komen ya kesayangan!😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocha Zain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.Tanpa Ijin
"Biarin aja mereka ketemuan kak! Itu urusan mereka, aku juga udah nggak peduli sama Kak Bima! Bagaimanapun hubunganku dengan Kak Bima nantinya biar Allah yang memutuskan jalan untuk kami, aku hanya berdoa yang terbaik aja kak!" ucap Risty dengan pasrah.
"Kamu yang sabar ya Ris! Aku yakin suatu saat kamu akan menemukan kebahagiaannya kamu, kalo kamu butuh teman curhat aku selalu siap denger semua yang pengen kamu luapkan!" ucap Gibran menenangkan.
"Amiinnn, terimakasih ya kak! Kak Gibran dari dulu emang baik banget, tapi sayang ganteng-ganteng jomblo!" canda Risty dengan terkekeh.
Mendengar ejekan Risty bukannya marah Gibran malah tertawa.
"Kamu sih nggak mau aku pacarin jadinya aku jomblo deh!"
"Hahaha! Bisa aja kakak nih, udah ah malah ngelantur kemana-mana! Inget ya aku ini masih istri sahabat kakak, jangan genit-genit deh!" Risty memperingatkan.
"Ashiiiaaapp Tuan Putri! Tenang aja aku belom amnesia kok," Gibran terkekeh lagi.
Candaan garing Gibran membuat mood Risty sedikit membaik, entah apa tujuannya. Yang pasti dia tahu jika Gibran memang tulus dari dulu, sebelum dia mengenal Bima maupun Erlangga. Tapi sayangnya Risty hanya menganggap Gibran sebatas teman walaupun Gibran terang-terangan mendekatinya. Hatinya tidak pernah bergetar untuk laki-laki manis berwajah khas Jawa itu.
Setelah mengakhiri perbincangan santai mereka Risty membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya dan mulai tertidur.
***
Pagi telah menjelang, kini Bima dan Vania tengah duduk didepan penghulu untuk menikahkan mereka secara agama.
Saat penghulu mengatakan mereka telah sah menjadi pasang suami istri, Vania sangat bahagia, dia memeluk kedua orangtuanya dengan rasa haru.
Kemarin saat Bima dan Pak Anton bicara empat mata, dia meminta ijin kepada Pak Anton untuk membawa Vania ke Ibukota untuk tinggal bersamanya dan kedua orangtua Vania pun mengijinkan.
Tidak ada pesta maupun sekedar mengundang keluarga terdekat di pernikahan kali ini, setelah prosesi ijab kabul selesai mansion kembali sepi lagi.
Kini Pak Anton bersama istri, putri dan menantunya tengah duduk di meja makan untuk makan siang bersama sebelum Bima membawa Vania ke Ibukota.
"Papa setelah ini kami membereskan barang-barang kami dan pamit pergi," ucap Bima pada mertuanya.
"Apa tidak terlalu cepat kalian kembali?" tanya Pak Anton.
"Maaf Pa, pekerjaan saya di kantor belum bisa saya tinggalkan dulu. Ada beberapa jadwal meeting yang tidak bisa diwakilkan kepada asisten saya,"
"Apa kamu ingin tinggal bersama mama dan papa dulu disini sayang? Aku bisa menjemputmu saat weekend tiba," ucap Bima pada Vania.
"Tapi aku ingin ikut kamu sayang, apa kamu lupa terakhir kamu ninggalin aku, aku malah masuk rumah sakit," Vania merajuk.
"Ya udah Bim, bawa saja Vania ikut kamu ke Ibukota. Papa ijikan kalian, yang terpenting jangan pernah menyakiti putri papa ya?!" Pak Anton memperingatkan.
"Baik Pa! Saya akan menjaga putri anda sepenuh hati dan berusaha membahagiakan dia," ucap Bima tersenyum dan Vania tersipu malu.
"Kalau Bang Bima nggak sibuk, aku pasti berkunjung lagi Pa, Ma!" ucap Vania dengan binar bahagia.
"Baiklah sayang! Jaga kesehatan ya dan jaga calon cucu mama dengan baik!"
Bu Sherly mengusap lembut kepala putrinya yang mengangguk sembari tersenyum, sedangkan Bima sedikit shock mendengar Vania memanggilnya dengan sebutan "Bang" dia merasa sedikit aneh tapi dia menyukai panggilan itu.
***
Setelah beberapa jam berkendara dengan santai dan beberapa kali berhenti di Rest area, akhirnya Bima bersama istri mudanya telah sampai di apartemen miliknya.
"Van, masuklah! Itu kamarku," ucap Bima menunjuk sebuah kamar utama yang selama ini dia tempati.
"Iya sayang!"
Vania membuka pintu kamar Bima, terlihat rapi dan harum.
"Apa kamu menyewa asisten rumah tangga sayang? Kamarmu terlihat sangat bersih dan wangi, padahal kamu meninggalkan kamarmu sudah 2 hari," tanya Vania.
"Dulu sih aku berencana menyewa asisten rumah tangga hanya untuk bersih-bersih, tapi Risty melarang. Dia bilang ingin mengurusku dan mengurus rumah dengan tangannya sendiri, dia adalah tipe wanita pekerja kerja. Tidak sekalipun dia mengeluh dengan semua yang dia kerjakan, aku salut pada wanita itu," ucap Bima penuh kekaguman.
Ucapan Bima sontak membuat Vania sedikit cemburu, dia meletakkan barang bawaannya dengan sedikit membanting.
"Brrraaakkkk!"
Bima terkejut mendengar suara benda yang seolah seperti jatuh dari atas.
"Ada apa Van?" tanya Bima menoleh ke sumber suara.
"Nggak papa!" ucap Vania dengan kesal.
Dia benar-benar tak habis pikir dengan Bima, baru juga dia menjadi istrinya, Bima sudah berani memuji wanita lain dihadapannya. Walaupun wanita itu istri tua Bima, tidak seharusnya Bima memuji didepannya.
"Ya udah kamu berbaringlah, pasti capek kan berada di mobil hampir 3 jam! Aku mau mandi dulu!" ucap Bima pada istri barunya.
"Hhmmm!"
Setelah beberapa jam berlalu, Risty pulang ke apartemennya. Dia tahu Bima sudah berada di apartemen karena melihat mobilnya terparkir di Basement.
Risty membuka knop pintu apartemennya dan mengucapkan salam saat kakinya melangkah masuk.
"Assalamualaikum.."
Bima mendengar salam Risty dari dalam kamarnya, lalu dia keluar kamar untuk menghampirinya istri yang sudah sangat dia rindukan. Iya, Bima tidak bisa membohongi hatinya jika dia memang sangat rindu dengan wanita yang hampir sembilan bulan telah menjadi istrinya itu. Wanita cantik yang setiap hari memasakkan makanan enak untuknya, membersihkan kamarnya sebelum dia pulang kerja dan mencucikan semua baju miliknya.
Dia sudah jatuh cinta dengan sikap perhatian dan mandiri istrinya, tapi sialnya saat dia ingin memperbaiki hubungan mereka dan memutuskan kekasihnya, kekasihnya malah hamil.
Sungguh benar-benar sial baginya, tapi dia ingin mencoba peruntungan, siapa tahu kali ini Risty bersedia dimadu dengan istri barunya. Akan lebih menyenangkan memiliki dua istri yang cantik bukan? Begitu pikirnya, terkesan egois dan br****sek. Tapi dia yakin bisa adil menyayangi keduanya.
"Wa'alaikumsalam.. Warahmatullahi.. Wabarakatuh.." jawab Bima yang keluar dari pintu kamarnya lalu menutupnya kembali.
"Baru pulang Ris?" Bima basa-basi.
"Iya Kak! Kakak juga baru sampek?"
"Udah sekitar 3 jam lalu aku sampek Ris,"
"Oohh.."
"Ris, aku ingin bicara sesuatu yang serius dengan kamu!" ucap Bima dengan ragu-ragu.
"Mau bicara apa kak? Oh iya, apa mommy udah sehat kak?" tanya Risty berpura-pura.
"Alhamdulillah mommy sehat Ris, tapi bukan itu yang aku mau omongin," Bima sedikit tegang.
"Ceklekk!"
Tiba-tiba pintu kamar Bima terbuka, dan membuat Bima semakin tegang.
"Siapa yang datang sayang?" ucap Vania sembari membuka pintu.
Risty terkejut melihat kekasih Bima ada di apartemen dia tinggal, matanya menatap melotot ke arah sumber suara dan kemudian menatap tajam Bima seolah menuntut sebuah penjelasan.
"Hei Kak Bim! Ngapain j***ng ini ada disini!" teriak Risty yang menyadarkan lamunan Bima.
Sontak Vania tersulut amarah saat mendengar dirinya di sebut seorang j***ng.
"Hei gadis kampung! Siapa yang kau sebut j***ng! Kamu itu yang j***Ng udah ngerebut Bima dariku!" ucap Vania mendekati Risty.
Vania seperti akan menyerangnya, tapi Bima mencegah itu dan memposisikan dirinya berada di tengah-tengah kedua wanitanya.
"Cihhhh! Dasar pelakor nggak tau diri! udah pacaran dengan suami orang diam-diam, eh sekarang malah nuduh sebaliknya! Pelakor dimana-mana emang nggak tau malu!" ucap Risty dengan tatapan mengejek.
"Hei jaga ucapanmu itu gadis kampung!" Vania semakin meradang dengan ucapan Risty, "Kak Bim, ucapan istri tuamu itu menyakitiku!" rengek Vania.
"Hah? Apa? Istri tua?" Risty terkejut dengan ucapan Vania.
"Udah-udah kalian jangan bertengkar, kita bicara baik-baik, oke!" ucap Bima pada kedua istrinya.
Tatapan Bima seolah menghipnosis keduanya, dia dengan mudah menggiring kedua istrinya untuk duduk di sofa.
"Ris, aku minta maaf sebelumnya! Maafkan aku tanpa meminta ijin darimu aku udah nikahin Vania,"
Ucapan Bima membuatnya kembali meradang.
"Apa?!! Menikah! B****sek kamu Bim!" teriak Risty yang bangkit dari duduknya dan mencengkeram baju Bima agar berdiri dan mendorongnya sampai menabrak tembok.
"Kamu tau! Selama ini aku nahan diri agar nggak minta cerai dari kamu! Tapi kamu malah kawin dengan j***ng itu dibelakangku! Apa kamu nggak bisa nunggu kita cerai dulu baru kawin dengan j***ng itu! Hah?! DASAR S***LAN!" Amarah Risty begitu membara dan dia menekan leher suaminya dengan kuat.
Sedangkan wajah Bima memerah karena hampir kehabisan nafas, dia tidak melawan tindakan Risty sama sekali, karena dia menyadari terlalu banyak menyakiti wanita cantik itu.
"Hei gadis kampung lepaskan tanganmu dari suamiku! Kurang ajar kamu! Kamu bisa membunuhnya!" teriak Vania dengan panik.
Vania mendekati Risty dan menyingkirkan tangan Risty dari Bima. Melihat Bima yang mulai kehabisan nafas Risty pun melepaskan tangannya. Dia bukan seorang pembunuh, dia hanya meluapkan kekecewaan dan kemarahan pada suaminya.
Risty mengepalkan tangannya kuat untuk meredam amarahnya, sedangkan Bima terbatuk-batuk hampir kehabisan nafas.
"Ris, maafkan aku! Aku nggak bisa memenuhi janjiku untuk meninggalkan Vania, aku minta maaf Ris! Vania udah hamil dan aku nggak bisa ninggalin dia," ucap Bima berlutut dihadapan istrinya.
Sejenak Risty memejamkan mata, dia menghela nafasnya panjang, dia sudah tahu dari beberapa hari lalu bahwa kekasih suaminya tengah hamil dan diapun tidak berharap lagi bersama Bima. Tapi hal yang membuat dia kecewa kenapa Bima tega menikah lagi tanpa seijin darinya padahal status mereka masih jelas.
"Baiklah kalau begitu mari kita bercerai secepat mungkin!" ucap Risty dengan tegas.
btw thanks thor udah up 2 uluh" sarangheo thor semngaaat trus thor up satu" ngak papa thor asal jngan lama" thor